Jumat, 03 Januari 2014

dongeng putri kodok



Putri Kodok

Matahari tekah memancarkan sinarnya, memberikan kemanfaatan bagi semua makhluk di atas bumi. Bibi separuh baya itu telah mempersiapkan segala peralatan dan bekal untuk mencari kayu bakar di tengah hutan. Itulh kebiasaannya setiap hari. Hidup jauh dari perkampungan di tepian hutan, tanpa sanak saudara dan hanya menggantungkan hidupnya pada alam sekitarnya.
Bibi selalu mencari kayu bakar di tengah hutan, kemudian dijual di pasar dan ditukarkan dengan bahan pangan yang dibutuhkan. Sungguh si bibi ini sangat jauh dari kemewahan dunia. Hidup dalam kesedehanaan yang luar biasa. Namun itu semua diterimanya dengan ikhlas dan sabar, tidak pernah mengeluh terhadap nasibnya. Bibi benar-benar yakin pada kodrat dan iradat Tuhan Sang Pencipta dan penguasa alam semesta beserta seluruh isinya. Sabit sebagai senjata utamanya, air putih dalam botol dan sepotong singkong rebus sebagai bekal telah disiapkan pula. Maka setelah itu Bibi berangkat menuju hutan belantara yang memberinya kehidupan setiap hari.
Setelah sampai di hutan, mulailah Bibi mencari kayu bakar. Perlahan tapi pasti, matahari merambat dalam garis yang telah ditetapkan sesuai kodratnya. Bibi terus mencari kayu bakar yang selama ini menghidupinya. Keringat kelelahan telah membasahi seluruh baju yang dikenakan dan bekal pun habis dimakan tanpa tersisa. Dia sangat heran, rasanya hari ini berbeda dari hari-hari biasanya. Panas matahari serasa membakar tubuh, kerongkongan terasa kering, padahal air putih bekal yang dibawa sudah habis. Tidak kuat menahan dahaga, akhirnya Bibi pergi mencari sumber air untuk membasahi tenggorokannya. Namun, tidak satupun sumber air ditemukan. Tetapi, di hadapannya tampaklah olehnya hamparan buah mentimun yang membelukar, yang sedang berbuah. “Alhamdulillah, aku akhirnya mendapat obat haus dan lapar,” kata Bibi. Tanpa berpikir panjang, Bibi memetik buah mentimun dan dinikmatinya di bawah pohon yang rindang.
Tetapi, di tengah-tengah menikmati buah mentimun, Bibi dikejutkan dengan suara seornag anak perempuan yang menegur dengan suara yang tidak jelas. Suara itu berulang kali didengarnya. Pad mulanya, Bibi ciut juga nyalinya karena mendengar suara tetapi tidak ada wujudnya. Akhirnya Bibi penasaran, maka dicarilah ke arah suara, siapakah sebenarnya yang bersuara tersebut. Ternyata di sebuah batu yang berlubang besar, tampaklah seekor kodok yang sangat besar, yang berbeda dari kebanyakan kodok lainnya. Si Kodok Nampak begitu cantik, dan bahkan menyapa kepada Bibi yang baru datang. “Selamat dating di tempat tinggalku, Bibi,” kataa si Kodok. Maka keduanya pun akhirnya bergaul sangat akrab seperti halnya manusia biasa. Singkat cerita, si Kodok digendong oleh Bibi dibawa pulang ke rumahnya.
Seperti hari-hari biasanya, Bibi selalu berangkat menuju hutan, legkap dengan bekalnya. Kemudian langsung menjual hasil pencarian kayu bakarnya menuju ke pasar. Sampai di rumah menjelang tengah hari dan segeralah bergegas memasak hasil belanjanya di pasar. Bibi memang hidup sendirian, semua pekerjaan dikerjakan sendiri dan hidupnya benar-benar berada di bawah garis kemiskinan. Bekerja hari ini, untuk makan hari ini pula. Namun hari itu Bibi mengalami keanehan luar biasa. Saat ia ke dapur hendak memasak, tetapi betapa terkejutnya ia mendapati di atas meja tua yang terbuat dari bamboo telah tersedia nasi, sayur, dan lauk pauk yang masih mengepul seperti baru selesai dimasak. Dalam keadaan tanda Tanya, Bibi menikmati dengan lahapnya. Namun tak henti-hentinya pertanyaan selalu menggoda dalam hatinya, dari mana sebenarnya asal makanan selezat itu.
Peristiwa itu berlangsung setiap hari setiap Bibi pulang dari pasar, selalu sudah tersedia masakan yang lezat. Dengan penasaran si Bibi mengintip keadaan rumahnya, ingin melihat siapakah yang sebenarnya membuat masakan setiap hari tersebut. Tidak beberapa lama, tampaklah sorang putri yang sangat cantik sedang sibuk memasak. Bibi terus mengintip dari lubang-lubang dinding rumahnya yang terbuat dari bamboo. Setelah yakin bahwa yang memasak adalah seorang putri yang sangat cantik, maka masuklah Bibi ke dalam rumahnya, dan langsung menuju ke kamar di mana tempat kodok itu disimpan. Dan ternyata si Kodok itu hanya tinggal kulitnya saja. Berkatalah Bibi dalam hati, “Berarti putri cantik itu adalah penjelmaan dari kodok.” Akhirnya dibakarlah kulit kodok tersebut sehingga si putri cantik tidak bias lagi menjelma menjadi kodok. Maka berakhirlah perjalanan sang putri yang menjelma menjadi kodok, karena disumpah oleh seorang penyihir. Dan putri tersebut adalah putri raja.
Betapa suka citanya si Putri, karena dia dapat kembali ke wujud aslinya, yaitu sebagai putri raja. Maka akhirnya Bibi diajak pulang ke kerajaan untuk menghadap sang raja. Dan berbahagialah Bibi bersama putri tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar