BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Dalam era globalisasi,
dunia pendidikan sangat penting dan pemerintah telah merencanakan beberapa
program untuk pendidikan di Indonesia. Program pemerintah ialah pendidikan
karakter karena pada saat ini karakter bangsa mulai memudar sehingga hal
tersebut menjadi pusat perhatian bagi lembaga pendidikan, ahli pendidikan,
serta pendidik. Pendidikan karekter dirancang untuk mencetak generasi penerus
bangsa yang mampu memajukan tanah air negeri tercinta ini. Dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional telah disebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sebagai
guru, sangat diharapkan untuk memahami makna dari tujuan Pendidikan Nasional
karena dalam sekolah dasar merupakan jenjang utama dan pertama bagi peletak
dasar kecerdasan peserta didik. Maka sangat penting bagi guru untuk memahami
setiap unsur belajar dan pembelajaran, strategi pembelajaran dan yang tidak
kalah penting, yaitu guru juga harus memahami psikologis peserta didik.
Terdapat pendapat bahwa, apabila dokter yang melakukan kesalahan dalam praktek,
maka yang meninggal dunia hanya satu orang, namun apabila guru yang salah
menanam konsep kepada peserta didik, maka yang meninggal (pemikiran) adalah
satu generasi tersebut. Karena tugas yang sangat fundamental tersebut, maka
telah disediakan lembaga pendidikan bagi guru sekolah dasar, dalam jenjang
strata1.
2. RUMUSAN
MASALAH
Rumusan
masalah dalam penyusunan makalah ini antara lain:
a. Bagaimana konsep dasar pembelajaran?
- Bagaimana strategi dalam pembelajaran?
- Bagaimana pendekatan dalam pembelajaran?
- Bagaimana model dalam pembelajaran?
- Bagaimana metode dalam pembelajaran?
- Bagaimana teknik dalam pembelajaran?
3. TUJUAN
Tujuan
dari penyusunan makalah ini antara lain:
a. Untuk mengetahui konsep dasar
pembelajaran
- Untuk mengetahui strategi dalam pembelajaran
- Untuk mengetahui pendekatan dalam pembelajaran
- Untuk mengetahui model dalam pembelajaran
- Untuk mengetahui metode dalam pembelajaran
- Untuk mengetahui teknik dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
1.
KONSEP DASAR PEMBELAJARAN
a.
Hakikat
Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah
proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar
dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat
melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati,
dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989 : 28). Sedangkan Witherington (1952)
menyebutkan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanivestasikan
sebagai suatu pola–pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan
dan pemahaman.
Dari beberapa kutipan diatas dapat
disimpulkan beberapa hal menyangkut pengertian belajar sebagai berikut:
1. Belajar merupakan suatu proses yaitu
kegiatan yang berkesinambungan yang dimulai sejak lahir dan terus menerus
berlangsung seumur hidup.
2. Dalam belajar terjadi adanya
perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen.
3. Hasil belajar ditujukan dengan
aktivitas–aktivitas tingkah laku secara keseluruhan.
4. Adanya peranan kepribadian dalam
proses belajar antara lain aspek motivasi, emosional, sikap dan sebagainya.
Terjadinya proses belajar dapat
dipandang dari sisi kognitif, sebagaimana dikemukan Bigge (1982) yaitu
berhubungan dengan perubahan–perubahan tentang kekuatan variabel-variabel
hipotesis, kekuatan-kekuatan, asosiasi, hubungan–hubungan dan kebiasaan dan
kecendrungan perilaku.
Rumusan diatas menyatakan bahwa proses
belajar terjadi apabila individu dihadapkan pada situasi dimana ia tidak dapat
menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila ia harus mengatasi
rintangan-rintangan yang mengganggu kegiatan-kegiatan yang di inginkan. Belajar
merupakan suatu proses interaksi antara berbagai unsur yang berkaitan. Unsur
utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebgai
sumber pendorong, situasi belajar yang memberi kemungkinan terjadinya kegiatan
belajar. Dengan demikian maka manivestasi belajar atau perbuatan belajar
dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku.
b.
Landasan
konsep pembelajaran
1. Filsafat
Proses belajar pada dasarnya
melibatkan upaya yang hakiki dalam membentuk dan menyempurnakan kepribadian
manusia dengan berbagai tuntutan kehidupannya. Secara filosofis belajar berarti
mengingatkan kembali pada manusia mengenai makna hidup yang bisa dilalui
melalui proses meniru, memahami, mengamati, merasakan, mengkaji, melakukan dan
melakukan segala sesuatu kebenaran sehungga semuanya memberikan kemudahan dalam
mencapai segala yang dicita-citakan manusia. Harapan filosofis bahwa dengan
belajar maka segala kebenaran di alam semesta ini bisa dinikmati manusia yang
pada akhirnya akan menyadari bahw alam semesta ini ada yang menciptakannya.
2.
Psikologis
Perilaku
manusia itu bisa berubah karena belajar, akan tetapi apakah manusia itu
memahami perilakunya sendiri atau menyadari dia harus berperilaku seperti apa
jika berada, atau dihadapkan dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Maka
perilaku yang masih dicari inilah dapat dikaitkan dengan kajian ilmu psikologi.
Psikologi sebagai ilmu kejiwaan yang akhirnya mempelajari produk-produk dari
kejiwaan ini dalam bentuk perilaku-perilaku yang nampak dan sangat dibutuhkan
dalam proses belajar.
3. Sosiologis
Manusia
adalah makhluk sosial dan individu maka melalui belajar individu bisa mempelajari
lawan bersosialisasi, teman hidup bersama dan akhirnya melalui belajar manusia
mampu membangun masyarakat sampai Negara dan bangsa. Jika dalam belajar tanpa
arah dan tujuan pada makna hidup manusia sebagai makhluk social, maka belajar
dijadikan cara saling menguasai, memusnahkan karena segala sesuatu yang
dipelajari diketahui, dipahami melaui belajar tidak digunakan dalam menciptakan
kondisi kedamain dunia. Landasan sosiologis ini sangat penting dalam mengiringi
perkembangan inovasi pembelajaran yang banyak berimbas oleh perubahan zaman
yang semakin hedonistic. Maka pemahaman akan belajar yang ditinjau dari aspek
sosiologis inilah yang sangat dubutuhkan dewasa ini.
4. Komunikasi
Pendidikan
dan komunikasi ibarat setali tiga uang, yang satu memberikan pemakaian terhadap
yang lainnya. Dalam prakteknya proses belajar atau pembelajaran akan
menghasilkan kondisi dimana individu dalam hal ini siswa dan guru, siswa dengan
siswa atau interaksi yang komplek sekalipun akan pasti ditemukansuatu
proseskomunikasi. Landasan komunikasi ini banyak memberikan warna dalam bentuk
pendekatan, model, metode dan strategi pembelajaran serta pola-pola inovasi
pembelajaran.
c. Proses pembelajaran
Bila semua
masyarakat perguruan tinggi telah memahami dengan baik tentang proses
pembelajaran mahasiswa aktif, learning how to learn, penyiapan sumber daya
telah diatur dengan baik dan penyiapan konten sudah tersedia dengan baik dan mengatur
dengan baik mekanisme proses pembelajaran, maka proses pembelajaran akan lebih
mudah. Proses pembelajaran hanya menerapkan kemampuan dan menggunakan serta
mengikuti mekanisme yang telah diatur dengan baik. Proses pembelajaran yang
telah direncanakan dengan baik akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Selain proses pembelajaran sudah ditata dengan baik, juga harus selalu meminta feed back dan melakukan kajian untuk
membenahi proses pembelajaran.
d.
Perkembangan konsep dasar Pembelajaran
Pembelajaran
(Instruction) merupakan akumulasi
dari konsep mengajar (teaching) dan
konsep belajar (Learning).
Penekanannya terletak pada perpaduan anatar keduanya, yakni kepada penumbuhan
aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagai usaha system
sehingga dalam system belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta
didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat
atau media yang harus dipersiapkan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Davis
(1974 : 30) bahwa learning system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan
antara manusia, pengalaman belajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan
dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai
tujuan. Kenyataannya bahwa dalam proses pembelajaran terjadi pengorganisasian,
pengelolaan dan transformasi informasi oleh dan dari guru kepada siswa. Ketiga
kategori kegiatan dalam proses pembelajaran berkait erat dengan aplikasi dan
konsep sistem informasi management. Keterampilan mengorganisasi informasi ini
merupakan dasar kelancaran proses pembelajaran. Agnew dkk (1976 : 17)
mengungkapkan bahwa belajar adalah kemampuan untuk mengorganisasi informasi
merupakan hal yang mendasar bagi seseorang peserta didik. Meier (2002 : 203)
mengemukakan bahwa semua pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat
unsure yakni, persiapan (preparation),
penyampaian (presentation), pelatihan
(practice) dan penampilan hasil (performance).
1. Persiapan
Tahap
persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk belajar. Tanpa
itu pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat berhenti sama sekali. Namun karena
selalu bersemangat untuk mendapat materi, tahap ini sering diabaikan, sehingga
mengganggu pembelajaran yang baik. Persiapan pembelajaran itu seperti
mempersiapkan tanah untuk ditanami benih. Jika dilakukan dengan benar niscaya
menciptakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan yang sehat, begitu juga dengan
pembelajaran. Tahap ini penting mengingat bahwa untuk mendekati situasi
belajar, misalnya, peserta belajar harus menghadapi segala macam rintangan yang
potensil dapat mengganggu. Seperti tidak adanya manfaat, takut gagal, benci
pada topik pembelajaran, dipaksa hadir, merasa sudah tahu, dan merasa bosan.
Semua rintangan ini dan yang lainya dapat menyebabkan stress, beban otak dan
kemerosotan dalam kemampuan belajar.
Berdasarkan
hal diatas, maka tujuan tahap persiapan adalah untuk menimbulkan minat peserta
belajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan
dating dan menempatkannya dalam situasi optimal untuk belajar. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan memberikan sugestif positif, memberikan pernyataan yang
memberi manfaat, memberi tujuan yang jelas dan bermakna. Tahap ini bertujuan
membangkitkan rasa ingin tahu dan mengajak belajar penuh dari awal.
Asumsi
negatif cenderung menciptakan pengalaman negative dan asumsi positif cenderung
menciptakan pengalaman positif. Sugesti tidak boleh berlebihan, menimbulkan
kesan bodoh, dangkal tetapi harus realistik, jujur dan tidak bertele-tele.
Sugesti baik positif maupun negatif akan tercipta oleh ligkungan belajar itu
sendiri. Pengaturan ruang kelas sering menimbulkan sugesti negatif, jika
lingkungan fisik mengilhami perasaan negtif dan mengingatkan orang pada
pengalaman yang tidak manusiawi, maka lingkungan itu memberi pengaruh negative
pada pembelajaran. Sehingga diperlukan alternatif lingkungan yang memberi kesan
gembira, positif dan membangkitkan semangat.
Ada garis lurus antara tujuan dan manfaat, tetapi cenderung dikaitkan dengan apa, sedangkan manfaat dikaitkan dengan mengapa. Peserta belajar dapat belajar paling baik jika mereka tahu mengapa mereka belajar dan dapat menghargai bahwa pelajaran mereka punya relevansi dan nilai bagi mereka sendiri secara pribadi. Orang belajar untuk mendapatkan hasil bagi sendiri. Jika mereka tidak melihat ada hasilnya, mengapa harus belajar. Oleh karena itu, pentig sekali untuk sejak awal menegaskan manfaat belajar sesuatu agar orang merasa terkait dengan topik pembelajaran itu secara positif. Dalam banyak kasus, persiapan pembelajaran dapat dimulai sebelum dimulaiya proses pembelajaran. Jika dapat diusahakan, peserta belajar diberi sarana persiapan sebelum belajar yang berisi beraneka pilihan peralatan untuk membantu mereka agar siap belajar. Sarana itu dapat membantu menyingkirkan rasa takut, menentukan tujuan, menjelaskan manfaat, meningkatkan rasa ingin tahu dan minat serta menciptakan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang.
Ada garis lurus antara tujuan dan manfaat, tetapi cenderung dikaitkan dengan apa, sedangkan manfaat dikaitkan dengan mengapa. Peserta belajar dapat belajar paling baik jika mereka tahu mengapa mereka belajar dan dapat menghargai bahwa pelajaran mereka punya relevansi dan nilai bagi mereka sendiri secara pribadi. Orang belajar untuk mendapatkan hasil bagi sendiri. Jika mereka tidak melihat ada hasilnya, mengapa harus belajar. Oleh karena itu, pentig sekali untuk sejak awal menegaskan manfaat belajar sesuatu agar orang merasa terkait dengan topik pembelajaran itu secara positif. Dalam banyak kasus, persiapan pembelajaran dapat dimulai sebelum dimulaiya proses pembelajaran. Jika dapat diusahakan, peserta belajar diberi sarana persiapan sebelum belajar yang berisi beraneka pilihan peralatan untuk membantu mereka agar siap belajar. Sarana itu dapat membantu menyingkirkan rasa takut, menentukan tujuan, menjelaskan manfaat, meningkatkan rasa ingin tahu dan minat serta menciptakan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang.
Untuk
membantu mempersiapkan orang mendapatkan pengalaman belajar yang optimal,
diperlukan lingkungan kerja sama sejak awal. Kerja sama membantu peserta
belajar mengurangi stress dan lebih banyak memanfaatkan energinya untuk
belajar. Upaya belajar yang benar-benar bergantung pada peserta belajar dan
bukan merupakan tanggung perancang atau fasilitator. Salah satu tujuan
penyiapan peserta belajar adalah mengajak memasuki kembali dunia kanak-kanak
mereka, sehingga kemampuan bawaan mereka untuk belajar dapat berkembang
sendiri.
2. Penyampaian (Presentation)
Tahap
penyampain dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan peserta
belajar dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan
menarik. Presentasi berarti pertemuan, dimana fasilitator dapat memimpin tetapi
peserta belajar yang harus menjalani pertemuan itu. Pembelajaran berasal dari
keterlibatan aktif dan penuh seseorang peserta belajar dengan pelajaran dan
bukan dari mendengarkan persentasi guru atau dosen saja. Belajar adalah
menciptakan pengetahuan bukan menelan informasi, maka presentasi dilakukan
semata-mata untuk mengawali proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus
semata. Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu yang dilakukan
fasilitator, melainkan sesuatu yang secara efektif melibatkan peserta belajar
dalam menciptakan pengetahuan disetiap langkahnya.
3. Latihan (Practice)
Tahap
latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap 70% atau lebih
pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya
pembelajaran berlangsung. Bagaimanpun apa yang dipikirkan dan dikatakan serta
dilakukan pembelajaran yang menciptakan pembelajaran dan bukan apa yang
dipikirkan, dikatakan serta dilakukan oleh instruktur atau pendidik. Peranan
pendidik hanyalah memprakarsai proses belajar dan menciptakan suasana yang
mendukung suasana kelancaran pelatihan. Dengan kata lain tugas infrastruktur
hanyalah penyusun kontek tempat peserta belajar dapat menciptakan isi yang
bermakna mengenai materi belajar yang sedang dibahas. Tujuan tahap pelatihan
adalah membantu peserta belajar mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan
keterampilan baru dengan berbagai cara.
4. Penampilan hasil (performance)
Belajar
adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi
pengalaman, pengalaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan. Tujuan
tahap penampilan hasil adalah untuk memastikan bahwa pelajaran tetap melekat
dan berhasil diterapkan dan membantu peserta dan memperluas pengetahuan atau
keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan melekat
dan penampilan hasil akan terus meningkat seperti, penerapan didunia maya dalam
tempo segera, penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi dan efektifas penguatan
penerapan .
e.
Hasil belajar dan pembelajaran
Secara
keseluruhan pemahaman terhadap konsep dasar pembelajaran tidak akan sempurna
jika berhenti pada defenisi atau proses. Berikut uraian dari kaitan antara
hasil pembelajaran yang sangat diharapkan sekali oleh semua lapisan masyarakat
belajar khususnya peserta didik.
1. Hasil belajar
Bloom
(1956) mengemukan 3 ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Untuk aspek kognitif, Bloom menyebutkan 6 tingkatan yaitu:
a. pengetahuan
b. pemahaman
c. pengertian
d. aplikasi
e. analisa
f. sintesa
g. evaluasi
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan
tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif
maupun psikomotor. Secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor
internal, yaitu faktor-faktor yang ada didalam diri siswa dan faktor eksternal
yaitu, faktor-faktor yang berada di luar diri pelajar. Yang tergolong faktor
internal ialah:
a. Faktor fisiologis atau jasmani
individu baik bersifat bawaan maupun diperoleh dengan melihat, mendengar,
struktur tubuh, cacat tubuh dan sebagainya.
b. Faktor psikologis baik bersifat
bawaan maupun keturunan yang meliputi:
1. Faktor intelektual terdiri atas
a. Faktor potensial, yaitu intelegensi
dan bakat
b. Faktor aktual, yaitu kecakapan nyata
dan prestasi
2.
Faktor
intelektual yaitu komponen–komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat,
kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional dan
sebagainya.
c. Faktor kematangan baik fisik maupun
psikis, yang tergolong faktor eksternal ialah:
1. Faktor sosial yang terdiri atas
a. Faktor lingkungan keluarga
b. Faktor lingkungan sekolah
c. Faktor lingkungan masyarakat
d. Faktor kelompok
2.
Faktor
budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian dan
sebagainya.
3.
Faktor
lingkungan fisik seperti: fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim dan
sebaginya.
4.
Faktor
spiritual atau lingkungan keagamaan.
Faktor-faktor tersebut saling
berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam mempengaruhi hasil
belajar yang dicapai seseorang, karena adanya faktor–faktor tertentu yang
mempengaruhi prestasi belajar yaitu motivasi berprestasi, intelegensi dan
kecemasan.
2.
Motivasi menuju hasil proses pembelajaran
Pengaruh motivasi disini adalah
motivasi baik intern maupun ekstern terhadap hasil belajar yang dimaksud,
menurut Hilgrad, motif merupakan tenaga penggerak yang mempengaruhi kesigapan
untuk memulai melakukan rangkaian kegiatan dalam suatu perilaku. Menurut
jenisnya motif dibedakan menjadi motif primer dan sekunder, yang diikuti oleh
syamsudin (1990), yang diikuti oleh Subhana, membedakan motif sebagai berikut:
a. Motif primer (primary motive) atau motif dasa (basic motive) menunjukan kepada motif yang tidak dipelajari (unleadned motive) yang sering juga digunakan
istilah dorongan (drive).
b. Motif sekunder (secondary motive) menunjukan kepada motif yang berkembang dalam
diri individu karena pengalaman dan dipelajari. Kedalam golongan ini termasuk :
1.
Takut
yang dipelajari (learning fears)
2.
Motif-motif
sosial (ingin diterima, ingin dihargai, conformitas, afiliasi, persetujuan,
status, merasa aman dan sebagainya)
3.
Motif-motif
objektif dan interest (eksplorasi, manipulasi, minat)
4.
Maksud
(purposes) dan aspirasi
5.
Motif
berprestasi (achievement motive)
2. STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi dalam kegiatan
pembelajaran dapat diartikan dalam pengertian secara sempit dan pengertian
secara luas. Dalam pengertian sempit bahwa istilah strategi itu sama dengan
pengertian metode yaitu sama-sama merupakan cara dalam rangka pencapaian
tujuan. Dalam pengertian luas sebagaimana dikemukakan Newman dan Logan (Abin
Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsure strategi dari setiap usaha,
yaitu:
1.
Mengidentifikasi dan
menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (output) dan sasaran (target)
yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang
memerlukannya.
2.
Mempertimbangkan dan memilih
jalan pendekatan utama (basic way)
yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3.
Mempertimbangkan dan
menetapkan langkah-langkah (steps)
yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4.
Mempertimbangkan dan menetapkan
tolok ukur (criteria) dan patokan
ukuran (standard) untuk mengukur dan
menilai taraf keberhasilan (achievement)
usaha.
Sementara itu, Kemp (Wina
Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip
pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada
dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya,
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery
learning dan (2) group-individual learning (Rowntree
dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya,
strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan
strategi pembelajaran deduktif.
3.
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Pendekatan adalah konsep dasar yang
mewadahi, menginsipirasi, menguatkan, dan mendasari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada
guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran
ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa
menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi
pembelajaran induktif (Sanjaya, 2008:127). Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (a) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan (b) pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
1.
Pendekatan
Expository
Pendekatan
Expository menekankan pada penyampaian informasi yang disampaikan sumber
belajar kepada warga belajar. Melalui pendekatan ini sumber belajar dapat
menyampaikan materi sampai tuntas. Pendekatan Expository lebih tepat digunakan
apabila jenis bahan belajar yang bersifat informatif yaitu berupa konsep-konsep
dan prinsip dasar yang perlu difahami warga belajar secara pasti. Pendekatan ini
juga tepat digunakan apabila jumlah warga belajar dalam kegiatan belajar itu
relatif banyak. Pendekatan expository dalam pembelajaran cenderung berpusat
pada sumber belajar, dengan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) adanya
dominasi sumber belajar dalam pembelajaran, 2) bahan belajar terdiri dari
konsep-konsep dasar atau materi yang baru bagi warga belajar, 3) materi lebih
cenderung bersifat informasi, 4) terbatasnya sarana pembelajaran.
Langkah-langkah
penggunaan pendekatan Expository
a.
Sumber belajar menyampaikan
informasi mengenai konsep, prinsip-prinsip dasar serta contoh-contoh
kongkritnya. Pada langkah ini sumber belajar dapat menggunakan berbagai metode
yang dianggap tepat untuk menyampaikan informasi
b.
Pengambilan kesimpulan dari
keseluruhan pembahasan baik dilakukan oleh sumber belajar atau warga belajar
atau bersama antara sumber belajar dengan warga belajar
Keuntungan dari penggunaan pendekatan Expository adalah sumber
belajar dapat menyampaikan bahan belajar sampai tuntas sesuai dengan rencana yang
sudah ditentukan, bahan belajar yang diperoleh warga belajarnya sifatnya
seragam yaitu diperoleh dari satu sumber, melatih warga belajar untuk
menangkap, manafsirkan materi yang disampaikan oleh sumber belajar, target
materi pembelajaran yang perlu disampaikan mudah tercapai, dapat diikuti oleh
warga belajar dalam jumlah relative banyak.
Di samping kebaikan ada juga kelemahannya yaitu pembelajaran
terlalu berpusat kepada sumber belajar sehingga terjadi pendominasian kegiatan
oleh sumber belajar yang mengakibatkan kreatifitas warga belajar terhambat.
Kelemahan lain yaitu sulit mengetahui taraf pemahaman warga belajar tentang
materi yang sudah diberikan, karena dalam hal ini tidak ada kegiatan umpan
balik.
Untuk mengatasi kelemahan pendekatan ini harus ada usaha dari
sumber belajar tentang jenis metode yang digunakan yaitu setelah penyampaian
informasi selesai harus ada tindak lanjutnya yaitu dengan menggunakan metode
bervariasi yang sekiranya memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk
mengemukakan permasalahan atau gagasannya yang ada kaitannya dengan materi yang
sudah diberikan.
2.
Pendekatan
Inquiry
Istilah
Inquiry mempunyai kesamaan konsep dengan istilah lain seperti Discovery,
Problem solving dan Reflektif Thinking. Semua istilah ini sama dalam penerapannya
yaitu berusaha untuk memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk dapat
belajar melalui kegiatan pengajuan berbagai permasalahan secara sistimatis,
sehingga dalam pembelajaran lebih berpusat pada keaktifan warga belajar. Dalam
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Inquiry, sumber belajar
menyajikan bahan tidak sampai tuntas, tetapi memberi peluang kepada warga
belajar untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan menggunakan berbagai cara
pendekatan masalah. Sebagaimana dikemukakan oleh Bruner bahwa landasan yang
mendasari pendekatan inquiry ini adalah hasil belajar dengan cara ini lebih
mudah diingat, mudah ditransfer oleh warga belajar. Pengetahuan dan kecakapan
warga belajar yang bersangkutan dapat menumbuhkan motif intrinsik karena warga
belajar merasa puas atas penemuannya sendiri.
Pendekatan
Inquiry ditujukan kepada cara belajar yang menggunakan cara penelaahan atau
pencarian terhadap sesuatu objek secara kritis dan analitis, sehingga dapat
membentuk pengalaman belajar yang bermakna. Warga belajar dituntut untuk dapat
mengungkapkan sejumlah pertanyaan secara sistimatis terhadap objek yang
dipelajarinya sehingga ia dapat mengambil kesimpulan dari hasil informasi yang
diperolehnya. Peran sumber belajar dalam penggunaan pendekatan Inquiry ini
adalah sebagai pembimbing/fasilitator yang dapat mengarahkan warga belajar
dalam kegiatan pembelajarannya secara efektif dan efisien.
Langkah-langkah
yang dapat ditempuh dengan menggunakan pendekatan Inquiry yaitu sebagaimana
dikemukan oleh A.Trabani:
a.
Stimulation: Sumber belajar mulai
dengan bertanya mengajukan persoalan atau memberi kesempatan kepada warga
belajar untuk membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan
b.
Problem Statement: Warga
belajar diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan. Permasalahan
yang dipilih selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau
hipotesis
c.
Data Collection: Untuk
menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis itu, warga
belajar diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan,
membaca literatur, mengamati objeknya, mewawancarai narasumber, uji coba
sendiri dan sebagainya.
d.
Data Processing: Semua
informasi itu diolah, dilacak, diklasifikasikan, ditabulasikan kalau mungkin
dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu.
e.
Verification: Berdasarkan hasil
pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada tersebut, pertanyaan atau
hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek terbukti atau
tidak.
f.
Generalization: Berdasarkan hasil
verifikasi maka warga belajar menarik generalisasi atau kesimpulan tertentu.
Adapun langkah secara keseluruhan mulai dari perencanaan sampai
evaluasi tentang penggunaan pendekatan Inquiry adalah sebagai berikut:
a.
Kegiatan pemberian dorongan.
Kegiatan ini ditujukan untuk menarik perhatian warga belajar dan mengungkapkan
hubungan bahan belajar yang akan dipelajari dengan bahan belajar yang sudah
dikuasai atau dalam keseluruhan bahan belajar secara utuh
b.
Kegiatan penyampaian rencana
program pembelajaran. Kegiatan ini ditujukan untuk mengungkapkan rencana
program pembelajaran, termasuk prosedur pembelajaran yang harus diikuti oleh
warga belajar
c.
Proses inquiry. Pelaksanaan
pembelajaran dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1)
Pengajuan permasalahan
2)
Pengajuan pertanyaan
penelitian atau hipotesis
3)
Pengumpulan data
4)
Penarikan kesimpulan
5)
Penarikan generalisasi
d.
Umpan balik. Kegiatan ini
ditujukan untuk melihat respon warga belajar terhadap keseluruhan bahan belajar
yang telah dipelajari
e.
Penilaian. Kegiatan
penilaian dilakukan oleh sumber belajar baik secara lisan maupun tertulis dan
atau penampilan.
Dalam penggunaan pendekatan Inquiry, Sumber belajar perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.
Warga belajar sudah memiliki
pengetahuan konsep dasar yang berhubungan dengan bahan belajar yang dipelajari.
b.
Warga belajar memiliki sikap
dan nilai tentang keraguan terhadap informasi yang diterima, keingintahuan,
respek terhadap penggunaan fikiran, respek terhadap data, objektif,
keingintahuan dalam pengambilan keputusan, dan toleran dalam ketidaksamaan.
c.
Memahami prosedur
pelaksanaan penggunaan strategi pembelajaran Inquiry.
Apabila pendekatan Inquiry digunakan dalam kegiatan pembelajaran
maka banyak kelebihan yang diperoleh, diantaranya yaitu:
a.
Menumbuhkan situasi
keakraban diantara warga belajar, karena diberi kesempatan untuk saling
berkomunikasi dalam memecahkan suatu permasalahan.
b.
Membiasakan berfikir
sistimatis dan analitis dalam mengajukan hipotesis dan pemecahan masalah.
c.
Membiasakan berfikir
objektif dan empirik yang didasarkan atas pengalaman atau data yang diperoleh.
d.
Tumbuhnya suasana demokratis
dalam pembelajaran.
e.
Dapat menambah wawasan bagi
warga belajar dan sumber belajar karena terjadi saling tukar pengalaman.
Di samping kelebihan dari pendekatan ini
juga tidak lepas dari kelemahan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran
yaitu apabila tidak ada kesiapan dan kemampuan dari warga belajar untuk
memecahkan permasalahan maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai, juga
kemungkinan akan terjadi pendominasian oleh beberapa orang warga belajar yang
sudah biasa dalam hal mengemukakan pendapat.
Untuk mengurangi permasalahan yang
mungkin muncul, sumber belajar dituntut memiliki kemampuan dalam hal membimbing
dan mengarahkan warga belajar supaya mereka dapat mengembangkan kemampuannya
sesuai dengan potensi yang sudah dimilikinya.
4. MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam toturial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Model
pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model pembelajaran kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.
- Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. Misalnya model berfikir Induktif dirancang untuk mengembangkan proses berfikir induktif.
- Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas. Misalnya model Syntetic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.
- Memiliki bagian-bagin model dalam pelaksanaan, yaitu:
a. urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax),
b. adanya prisip-prinsip reaksi,
c. sistem sosial dan
d. sistem dukung.
5. Keempat bagian tersebut merupakan
pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.
- Memilliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur dan dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
- Membuat persiapan mengajar (desain intruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.
Keempat
rumpun model pembelajaran yang telah dikemukakan di atas, menurut Jioyce dan
Weil (1986) memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1.
Sintaks
(Syntax) yaitu urutan langkah pengajaran yang menunjuk pada
fase-fase/tahap-tahap yang harus dilakukan oleh guru bila ia menggunakan model
Unit 33-14 pembelajaran tertentu. Misalnya model deduktif akan menggunakan
sintak yang berbeda dengan model induktif.
2.
Prinsip
Reaksi (Principles of Reaction) berkaitan dengan pola kegiatan yang
menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan para siswa,
termasuk bagaimana seharusnya guru memberikan respon terhadap siswa. Prinsip
ini memberi petunjuk bagaimana seharusnya guru menggunakan aturan permainan
yang berlaku pada setiap model.
3.
Sistem
Sosial (The Social System) adalah pola hubungan guru dengan siswa pada
saat terjadinya proses pembelajaran (situasi atau suasana dan norma yang
berlaku dalam penggunaan model pembelajaran tertentu).
4.
Sistem
Pendukung (Support System) yaitu segala sarana, bahan dan alat yang
diperlukan untuk menunjang terlaksananya proses pembelajaran secara optimal.
Dampak Instruksional (Instructional
Effect) dan Dampak Pengiring (Nurturant
Effects). Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai atau yang
berkaitan langsung dengan materi pembelajaran, sementara dampak pengiring
adalah hasil belajar samapingan (iringan) yang dicapai sebagai akibat dari
penggunaan model pembelajaran tertentu.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil
(Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat)
kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model
pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi
tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model
pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah
tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran
dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi
pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas
pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara
merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan
strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah,
strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang
hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya),
masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan
desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun
beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya,
maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap
akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
5.
METODE PEMBELAJARAN
Metode
adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran
memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi
pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran,
karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan
melalui penggunaan metode pembelajaran.
Beberapa metode
pada pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah :
a. Metode
ceramah
Metode ceramah
adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode ini banyak
dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus
serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang menggunakan
metode ceramah terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan
melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru
yang selalu dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme
psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping menerima informasi dari
guru. Inilah yang disebut kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan diri.
Ada
beberapa kelebihan sebagai alasan mengapa ceramah sering digunakan yaitu :
·
Ceramah
merupakan metode yang ’murah’ dan ’mudah’ untuk dilakukan. Murah dalam arti
proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda
dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah,
memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak terlalu
memerlukan persiapan yang rumit.
·
Ceramah
dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi pelajaran yang
banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu
yang singkat.
·
Ceramah
dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat
mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
·
Melalui
ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas
merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.
·
Organisasi
kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana. Ceramah
tidak memerlukan setting kelas yang beragam, atau tidak memerlukan
persiapan-persiapan yang rumit. Asal siswa dapat menempati tempat duduk untuk
mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan.
Di samping
beberapa kelebihan di atas, ceramah juga memiliki beberapa kelemahan, di
antaranya:
·
Materi
yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa
yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan, sebab
apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai
siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.
·
Ceramah
yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.
·
Guru
yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap
sebagai metode yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa
ada di dalam kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya
proses pembelajaran; pikirannya melayang ke mana-mana, atau siswa mengantuk,
oleh karena gaya bertutur guru tidak menarik.
b. Metode
tanya jawab
Metode tanya jawab dapat menarik dan
memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa
akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan
keruntutan dalam mengemukakan pokok–pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika
menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk
mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini
akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran
siswa ditugasi membaca materi yang akan dibahas.
Tujuan yang akan dicapai dari metode
tanya jawab.
·
Untuk
mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa.
·
Untuk
merangsang siswa berfikir.
·
Memberi
kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami
c. Metode
diskusi
Metode diskusi adalah cara
pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi terjadi tukar menukar
gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Dengan metode diskusi
keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan menjadi terangsang,
siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima pendapat
orang lain, dan yang lebih penting melalui diskusi mereka akan belajar
bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.
Ada beberapa kelebihan metode
diskusi, manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
·
Metode
diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan
gagasan dan ide-ide.
·
Dapat
melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap
permasalahan.
·
Dapat
melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di
samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang
lain.
Selain
beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:
·
Sering
terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki
keterampilan berbicara.
·
Kadang-kadang
pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
·
Memerlukan
waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang
direncanakan.
·
Dalam
diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak
terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung yang
dapat mengganggu iklim pembelajaran.
d. Metode
belajar kooperatif
Dalam metode ini terjadi interaksi
antar anggota kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Semua
anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh
aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu. Model belajar
kooperatif yang sering diperbincangkan yaitu belajar kooperatif model jigsaw
yakni tiap anggota kelompok mempelajari materi yang berbeda untuk disampaikan
atau diajarkan pada teman sekelompoknya.
e. Metode
demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara
penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi
biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti
benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium dan lain –
lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan
white board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan
tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan
matematika, dan lain – lain peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan.
Sebagai suatu metode pembelajaran
demonstrasi memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, kelebihannya di
antaranya:
·
Melalui
metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa
disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
·
Proses
pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga
melihat peristiwa yang terjadi.
·
Dengan
cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk
membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih
meyakini kebenaran materi pembelajaran.
Di samping
beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, di
antarannya:
·
Metode
demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpanpersiapan yang
memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak
efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses
tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat
memakan waktu yang banyak.
·
Demonstrasi
memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti
penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan
dengan ceramah.
·
Demonstrasi
memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut
untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan
kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran
siswa.
f. Metode
ekspositori atau pameran
Metode ekspositori adalah suatu
penyajian visual dengan menggunakan benda dua dimensi atau tiga dimensi, dengan
maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk membantu menyampaikan
informasi yang diperlukan.
g. Metode
karyawisata/widyamisata
Metode karyawisata/widyawisata
adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar
kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat
meransang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual, siswa dapat
mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi karyawisata memerlukan waktu
yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak
sebentar.
h. Metode
penugasan
Metode ini berarti guru memberi
tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini dapat
mengembangkan kemandirian siswa, meransang untuk belajar lebih banyak, membina
disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah
sendiri informasi. Tetapi dlam metode ini sulit mengawasi mengenai kemungkinan
siswa tidak bekerja secara mandiri.
i.
Metode eksperimen
Metode eksperimen adalah cara
penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen,
siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru
dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil
belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Metode ini paling tepat
apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri
atau pendekatan penemuan.
j.
Metode bermain peran
Pembelajaran dengan metode bermain
peran adalah pembelajaran dengan cara seolah – olah berada dalam suatu situasi
untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep. Dalam metode ini siswa
berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan lebih memahami konsep dan
lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama.
Pendekatan
dan metode yang dipilih guru dalam memberikan suatu materi pelajaran sangat
menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Tidak pernah ada satu
pendekatan dan metode yang cocok untuk semua materi pelajaran, dan pada umumnya
untuk merealisasikan satu pendekatan dalam mencapai tujuan digunakan multi
metode. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu
metode mengajar yaitu :
- Kemampuan guru dalam menggunakan metode.
- Tujuan pengajaran yang akan dicapai.
- Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa.
- Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya.
- Sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
- Desain Pembelajaran
- Komponen dasar
6. TEKNIK PEMBELAJARAN
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan
gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah
pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik
tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode
ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan
penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang
siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal
ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang
sama.
Taktik
Pembelajaran
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya
seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang
sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode
ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.
Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi
kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu
elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya
pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai
dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.
Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni
(kiat)
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk
dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat
memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai
model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran
yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini
banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang
untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan)
sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru
(calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang
merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana
dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif
mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai
dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya
akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang
tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Perencanaan pembelajaran sangat penting untuk membantu guru
dan siswa dalam mengkreasi, menata, dan mengorganisasi pembelajaran sehingga
memungkinkan peristiwa belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Model pembelajaran sangat diperlukan untuk memandu proses belajar secara
efektif. Model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran yang
memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur, adaptif, berorientasi
kekinian, memiliki sintak pembelajaran yang sedehana, mudah dilakukan, dapat mencapai
tujuan dan hasil belajar yang disasar. Model pembelajaran yang dapat diterapkan
pada bidang studi hendaknya dikemas koheren dengan hakikat pendidikan bidang
studi tersebut. Namun, secara filosofis tujuan pembelajaran adalah untuk
memfasilitasi siswa dalam penumbuhan dan pengembangan kesadaran belajar,
sehingga mampu melakukan olah pikir, rasa, dan raga dalam memecahkan masalah
kehidupan di dunia nyata. Model-model pembelajaran yang dapat mengakomodasikan
tujuan tersebut adalah yang berlandaskan pada paradigma konstruktivistik
sebagai paradigma alternatif. Model problem
solving and reasoning, model inquiry training, model problem based instruction, model conceptual change instruction, model group investigation, dan masih banyak
lagi model-model yang lain yang berlandaskan paradigma konstruktivistik, adalah
model-model pembelajaran alternatif yang sesuai dengan hakikat pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar