Selasa, 18 November 2014

konsep dasar, strategi,pendekatan, model, metode, dan teknik dalam pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG
Dalam era globalisasi, dunia pendidikan sangat penting dan pemerintah telah merencanakan beberapa program untuk pendidikan di Indonesia. Program pemerintah ialah pendidikan karakter karena pada saat ini karakter bangsa mulai memudar sehingga hal tersebut menjadi pusat perhatian bagi lembaga pendidikan, ahli pendidikan, serta pendidik. Pendidikan karekter dirancang untuk mencetak generasi penerus bangsa yang mampu memajukan tanah air negeri tercinta ini. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional telah disebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sebagai guru, sangat diharapkan untuk memahami makna dari tujuan Pendidikan Nasional karena dalam sekolah dasar merupakan jenjang utama dan pertama bagi peletak dasar kecerdasan peserta didik. Maka sangat penting bagi guru untuk memahami setiap unsur belajar dan pembelajaran, strategi pembelajaran dan yang tidak kalah penting, yaitu guru juga harus memahami psikologis peserta didik. Terdapat pendapat bahwa, apabila dokter yang melakukan kesalahan dalam praktek, maka yang meninggal dunia hanya satu orang, namun apabila guru yang salah menanam konsep kepada peserta didik, maka yang meninggal (pemikiran) adalah satu generasi tersebut. Karena tugas yang sangat fundamental tersebut, maka telah disediakan lembaga pendidikan bagi guru sekolah dasar, dalam jenjang strata1.


2.      RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini antara lain:
a.       Bagaimana konsep dasar pembelajaran?
  1. Bagaimana strategi dalam pembelajaran?
  2. Bagaimana pendekatan dalam pembelajaran?
  3. Bagaimana model dalam pembelajaran?
  4. Bagaimana metode dalam pembelajaran?
  5. Bagaimana teknik dalam pembelajaran?


3.      TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
a.       Untuk mengetahui konsep dasar pembelajaran
  1. Untuk mengetahui strategi dalam pembelajaran
  2. Untuk mengetahui pendekatan dalam pembelajaran
  3. Untuk mengetahui model dalam pembelajaran
  4. Untuk mengetahui metode dalam pembelajaran
  5. Untuk mengetahui teknik dalam pembelajaran













BAB II
PEMBAHASAN

1.      KONSEP DASAR PEMBELAJARAN
a.       Hakikat Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989 : 28). Sedangkan Witherington (1952) menyebutkan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanivestasikan sebagai suatu pola–pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan dan pemahaman.
Dari beberapa kutipan diatas dapat disimpulkan beberapa hal menyangkut pengertian belajar sebagai berikut:
1.      Belajar merupakan suatu proses yaitu kegiatan yang berkesinambungan yang dimulai sejak lahir dan terus menerus berlangsung seumur hidup.
2.      Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen.
3.      Hasil belajar ditujukan dengan aktivitas–aktivitas tingkah laku secara keseluruhan.
4.      Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain aspek motivasi, emosional, sikap dan sebagainya.
Terjadinya proses belajar dapat dipandang dari sisi kognitif, sebagaimana dikemukan Bigge (1982) yaitu berhubungan dengan perubahan–perubahan tentang kekuatan variabel-variabel hipotesis, kekuatan-kekuatan, asosiasi, hubungan–hubungan dan kebiasaan dan kecendrungan perilaku.
Rumusan diatas menyatakan bahwa proses belajar terjadi apabila individu dihadapkan pada situasi dimana ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila ia harus mengatasi rintangan-rintangan yang mengganggu kegiatan-kegiatan yang di inginkan. Belajar merupakan suatu proses interaksi antara berbagai unsur yang berkaitan. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebgai sumber pendorong, situasi belajar yang memberi kemungkinan terjadinya kegiatan belajar. Dengan demikian maka manivestasi belajar atau perbuatan belajar dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku.

b.      Landasan konsep pembelajaran
1.      Filsafat
Proses belajar pada dasarnya melibatkan upaya yang hakiki dalam membentuk dan menyempurnakan kepribadian manusia dengan berbagai tuntutan kehidupannya. Secara filosofis belajar berarti mengingatkan kembali pada manusia mengenai makna hidup yang bisa dilalui melalui proses meniru, memahami, mengamati, merasakan, mengkaji, melakukan dan melakukan segala sesuatu kebenaran sehungga semuanya memberikan kemudahan dalam mencapai segala yang dicita-citakan manusia. Harapan filosofis bahwa dengan belajar maka segala kebenaran di alam semesta ini bisa dinikmati manusia yang pada akhirnya akan menyadari bahw alam semesta ini ada yang menciptakannya.
2.      Psikologis
Perilaku manusia itu bisa berubah karena belajar, akan tetapi apakah manusia itu memahami perilakunya sendiri atau menyadari dia harus berperilaku seperti apa jika berada, atau dihadapkan dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Maka perilaku yang masih dicari inilah dapat dikaitkan dengan kajian ilmu psikologi. Psikologi sebagai ilmu kejiwaan yang akhirnya mempelajari produk-produk dari kejiwaan ini dalam bentuk perilaku-perilaku yang nampak dan sangat dibutuhkan dalam proses belajar.

3.      Sosiologis
Manusia adalah makhluk sosial dan individu maka melalui belajar individu bisa mempelajari lawan bersosialisasi, teman hidup bersama dan akhirnya melalui belajar manusia mampu membangun masyarakat sampai Negara dan bangsa. Jika dalam belajar tanpa arah dan tujuan pada makna hidup manusia sebagai makhluk social, maka belajar dijadikan cara saling menguasai, memusnahkan karena segala sesuatu yang dipelajari diketahui, dipahami melaui belajar tidak digunakan dalam menciptakan kondisi kedamain dunia. Landasan sosiologis ini sangat penting dalam mengiringi perkembangan inovasi pembelajaran yang banyak berimbas oleh perubahan zaman yang semakin hedonistic. Maka pemahaman akan belajar yang ditinjau dari aspek sosiologis inilah yang sangat dubutuhkan dewasa ini.
4.      Komunikasi
Pendidikan dan komunikasi ibarat setali tiga uang, yang satu memberikan pemakaian terhadap yang lainnya. Dalam prakteknya proses belajar atau pembelajaran akan menghasilkan kondisi dimana individu dalam hal ini siswa dan guru, siswa dengan siswa atau interaksi yang komplek sekalipun akan pasti ditemukansuatu proseskomunikasi. Landasan komunikasi ini banyak memberikan warna dalam bentuk pendekatan, model, metode dan strategi pembelajaran serta pola-pola inovasi pembelajaran.

c.   Proses pembelajaran
Bila semua masyarakat perguruan tinggi telah memahami dengan baik tentang proses pembelajaran mahasiswa aktif, learning how to learn, penyiapan sumber daya telah diatur dengan baik dan penyiapan konten sudah tersedia dengan baik dan mengatur dengan baik mekanisme proses pembelajaran, maka proses pembelajaran akan lebih mudah. Proses pembelajaran hanya menerapkan kemampuan dan menggunakan serta mengikuti mekanisme yang telah diatur dengan baik. Proses pembelajaran yang telah direncanakan dengan baik akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain proses pembelajaran sudah ditata dengan baik, juga harus selalu meminta feed back dan melakukan kajian untuk membenahi proses pembelajaran.

d.   Perkembangan konsep dasar Pembelajaran
Pembelajaran (Instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (Learning). Penekanannya terletak pada perpaduan anatar keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagai usaha system sehingga dalam system belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Davis (1974 : 30) bahwa learning system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalaman belajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan. Kenyataannya bahwa dalam proses pembelajaran terjadi pengorganisasian, pengelolaan dan transformasi informasi oleh dan dari guru kepada siswa. Ketiga kategori kegiatan dalam proses pembelajaran berkait erat dengan aplikasi dan konsep sistem informasi management. Keterampilan mengorganisasi informasi ini merupakan dasar kelancaran proses pembelajaran. Agnew dkk (1976 : 17) mengungkapkan bahwa belajar adalah kemampuan untuk mengorganisasi informasi merupakan hal yang mendasar bagi seseorang peserta didik. Meier (2002 : 203) mengemukakan bahwa semua pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsure yakni, persiapan (preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (practice) dan penampilan hasil (performance).
1.      Persiapan
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk belajar. Tanpa itu pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat berhenti sama sekali. Namun karena selalu bersemangat untuk mendapat materi, tahap ini sering diabaikan, sehingga mengganggu pembelajaran yang baik. Persiapan pembelajaran itu seperti mempersiapkan tanah untuk ditanami benih. Jika dilakukan dengan benar niscaya menciptakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan yang sehat, begitu juga dengan pembelajaran. Tahap ini penting mengingat bahwa untuk mendekati situasi belajar, misalnya, peserta belajar harus menghadapi segala macam rintangan yang potensil dapat mengganggu. Seperti tidak adanya manfaat, takut gagal, benci pada topik pembelajaran, dipaksa hadir, merasa sudah tahu, dan merasa bosan. Semua rintangan ini dan yang lainya dapat menyebabkan stress, beban otak dan kemerosotan dalam kemampuan belajar.
Berdasarkan hal diatas, maka tujuan tahap persiapan adalah untuk menimbulkan minat peserta belajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan dating dan menempatkannya dalam situasi optimal untuk belajar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan sugestif positif, memberikan pernyataan yang memberi manfaat, memberi tujuan yang jelas dan bermakna. Tahap ini bertujuan membangkitkan rasa ingin tahu dan mengajak belajar penuh dari awal.
Asumsi negatif cenderung menciptakan pengalaman negative dan asumsi positif cenderung menciptakan pengalaman positif. Sugesti tidak boleh berlebihan, menimbulkan kesan bodoh, dangkal tetapi harus realistik, jujur dan tidak bertele-tele. Sugesti baik positif maupun negatif akan tercipta oleh ligkungan belajar itu sendiri. Pengaturan ruang kelas sering menimbulkan sugesti negatif, jika lingkungan fisik mengilhami perasaan negtif dan mengingatkan orang pada pengalaman yang tidak manusiawi, maka lingkungan itu memberi pengaruh negative pada pembelajaran. Sehingga diperlukan alternatif lingkungan yang memberi kesan gembira, positif dan membangkitkan semangat.
Ada garis lurus antara tujuan dan manfaat, tetapi cenderung dikaitkan dengan apa, sedangkan manfaat dikaitkan dengan mengapa. Peserta belajar dapat belajar paling baik jika mereka tahu mengapa mereka belajar dan dapat menghargai bahwa pelajaran mereka punya relevansi dan nilai bagi mereka sendiri secara pribadi. Orang belajar untuk mendapatkan hasil bagi sendiri. Jika mereka tidak melihat ada hasilnya, mengapa harus belajar. Oleh karena itu, pentig sekali untuk sejak awal menegaskan manfaat belajar sesuatu agar orang merasa terkait dengan topik pembelajaran itu secara positif. Dalam banyak kasus, persiapan pembelajaran dapat dimulai sebelum dimulaiya proses pembelajaran. Jika dapat diusahakan, peserta belajar diberi sarana persiapan sebelum belajar yang berisi beraneka pilihan peralatan untuk membantu mereka agar siap belajar. Sarana itu dapat membantu menyingkirkan rasa takut, menentukan tujuan, menjelaskan manfaat, meningkatkan rasa ingin tahu dan minat serta menciptakan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang.
Untuk membantu mempersiapkan orang mendapatkan pengalaman belajar yang optimal, diperlukan lingkungan kerja sama sejak awal. Kerja sama membantu peserta belajar mengurangi stress dan lebih banyak memanfaatkan energinya untuk belajar. Upaya belajar yang benar-benar bergantung pada peserta belajar dan bukan merupakan tanggung perancang atau fasilitator. Salah satu tujuan penyiapan peserta belajar adalah mengajak memasuki kembali dunia kanak-kanak mereka, sehingga kemampuan bawaan mereka untuk belajar dapat berkembang sendiri.
2.      Penyampaian (Presentation)
Tahap penyampain dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan peserta belajar dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Presentasi berarti pertemuan, dimana fasilitator dapat memimpin tetapi peserta belajar yang harus menjalani pertemuan itu. Pembelajaran berasal dari keterlibatan aktif dan penuh seseorang peserta belajar dengan pelajaran dan bukan dari mendengarkan persentasi guru atau dosen saja. Belajar adalah menciptakan pengetahuan bukan menelan informasi, maka presentasi dilakukan semata-mata untuk mengawali proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus semata. Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu yang dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara efektif melibatkan peserta belajar dalam menciptakan pengetahuan disetiap langkahnya.
3.      Latihan (Practice)
Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap 70% atau lebih pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya pembelajaran berlangsung. Bagaimanpun apa yang dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan pembelajaran yang menciptakan pembelajaran dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan serta dilakukan oleh instruktur atau pendidik. Peranan pendidik hanyalah memprakarsai proses belajar dan menciptakan suasana yang mendukung suasana kelancaran pelatihan. Dengan kata lain tugas infrastruktur hanyalah penyusun kontek tempat peserta belajar dapat menciptakan isi yang bermakna mengenai materi belajar yang sedang dibahas. Tujuan tahap pelatihan adalah membantu peserta belajar mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.
4.      Penampilan hasil (performance)
Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pengalaman, pengalaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan. Tujuan tahap penampilan hasil adalah untuk memastikan bahwa pelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan dan membantu peserta dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat seperti, penerapan didunia maya dalam tempo segera, penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi dan efektifas penguatan penerapan .

e.   Hasil belajar dan pembelajaran
Secara keseluruhan pemahaman terhadap konsep dasar pembelajaran tidak akan sempurna jika berhenti pada defenisi atau proses. Berikut uraian dari kaitan antara hasil pembelajaran yang sangat diharapkan sekali oleh semua lapisan masyarakat belajar khususnya peserta didik.
1.      Hasil belajar
Bloom (1956) mengemukan 3 ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, Bloom menyebutkan 6 tingkatan yaitu:
a.       pengetahuan
b.      pemahaman
c.       pengertian
d.      aplikasi
e.       analisa
f.       sintesa
g.      evaluasi
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif maupun psikomotor. Secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada didalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu, faktor-faktor yang berada di luar diri pelajar. Yang tergolong faktor internal ialah:
a.       Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh dan sebagainya.
b.      Faktor psikologis baik bersifat bawaan maupun keturunan yang meliputi:
1.      Faktor intelektual terdiri atas
a.       Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat
b.      Faktor aktual, yaitu kecakapan nyata dan prestasi
2.      Faktor intelektual yaitu komponen–komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional dan sebagainya.
c.       Faktor kematangan baik fisik maupun psikis, yang tergolong faktor eksternal ialah:
1.      Faktor sosial yang terdiri atas
a.       Faktor lingkungan keluarga
b.      Faktor lingkungan sekolah
c.       Faktor lingkungan masyarakat
d.      Faktor kelompok
2.      Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian dan sebagainya.
3.      Faktor lingkungan fisik seperti: fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim dan sebaginya.
4.      Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam mempengaruhi hasil belajar yang dicapai seseorang, karena adanya faktor–faktor tertentu yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu motivasi berprestasi, intelegensi dan kecemasan.

2.   Motivasi menuju hasil proses pembelajaran
Pengaruh motivasi disini adalah motivasi baik intern maupun ekstern terhadap hasil belajar yang dimaksud, menurut Hilgrad, motif merupakan tenaga penggerak yang mempengaruhi kesigapan untuk memulai melakukan rangkaian kegiatan dalam suatu perilaku. Menurut jenisnya motif dibedakan menjadi motif primer dan sekunder, yang diikuti oleh syamsudin (1990), yang diikuti oleh Subhana, membedakan motif sebagai berikut:
a.       Motif primer (primary motive) atau motif dasa (basic motive) menunjukan kepada motif yang tidak dipelajari (unleadned motive) yang sering juga digunakan istilah dorongan (drive).
b.      Motif sekunder (secondary motive) menunjukan kepada motif yang berkembang dalam diri individu karena pengalaman dan dipelajari. Kedalam golongan ini termasuk :
1.      Takut yang dipelajari (learning fears)
2.      Motif-motif sosial (ingin diterima, ingin dihargai, conformitas, afiliasi, persetujuan, status, merasa aman dan sebagainya)
3.      Motif-motif objektif dan interest (eksplorasi, manipulasi, minat)
4.      Maksud (purposes) dan aspirasi
5.      Motif berprestasi (achievement motive)


2.   STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi dalam kegiatan pembelajaran dapat diartikan dalam pengertian secara sempit dan pengertian secara luas. Dalam pengertian sempit bahwa istilah strategi itu sama dengan pengertian metode yaitu sama-sama merupakan cara dalam rangka pencapaian tujuan. Dalam pengertian luas sebagaimana dikemukakan Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsure strategi dari setiap usaha, yaitu:
1.      Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (output) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2.      Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3.      Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4.      Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.


3.      PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginsipirasi, menguatkan, dan mendasari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif  (Sanjaya,  2008:127). Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (a) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (b) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
1.      Pendekatan Expository
Pendekatan Expository menekankan pada penyampaian informasi yang disampaikan sumber belajar kepada warga belajar. Melalui pendekatan ini sumber belajar dapat menyampaikan materi sampai tuntas. Pendekatan Expository lebih tepat digunakan apabila jenis bahan belajar yang bersifat informatif yaitu berupa konsep-konsep dan prinsip dasar yang perlu difahami warga belajar secara pasti. Pendekatan ini juga tepat digunakan apabila jumlah warga belajar dalam kegiatan belajar itu relatif banyak. Pendekatan expository dalam pembelajaran cenderung berpusat pada sumber belajar, dengan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) adanya dominasi sumber belajar dalam pembelajaran, 2) bahan belajar terdiri dari konsep-konsep dasar atau materi yang baru bagi warga belajar, 3) materi lebih cenderung bersifat informasi, 4) terbatasnya sarana pembelajaran.
Langkah-langkah penggunaan pendekatan Expository
a.       Sumber belajar menyampaikan informasi mengenai konsep, prinsip-prinsip dasar serta contoh-contoh kongkritnya. Pada langkah ini sumber belajar dapat menggunakan berbagai metode yang dianggap tepat untuk menyampaikan informasi
b.      Pengambilan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan baik dilakukan oleh sumber belajar atau warga belajar atau bersama antara sumber belajar dengan warga belajar
Keuntungan dari penggunaan pendekatan Expository adalah sumber belajar dapat menyampaikan bahan belajar sampai tuntas sesuai dengan rencana yang sudah ditentukan, bahan belajar yang diperoleh warga belajarnya sifatnya seragam yaitu diperoleh dari satu sumber, melatih warga belajar untuk menangkap, manafsirkan materi yang disampaikan oleh sumber belajar, target materi pembelajaran yang perlu disampaikan mudah tercapai, dapat diikuti oleh warga belajar dalam jumlah relative banyak.
Di samping kebaikan ada juga kelemahannya yaitu pembelajaran terlalu berpusat kepada sumber belajar sehingga terjadi pendominasian kegiatan oleh sumber belajar yang mengakibatkan kreatifitas warga belajar terhambat. Kelemahan lain yaitu sulit mengetahui taraf pemahaman warga belajar tentang materi yang sudah diberikan, karena dalam hal ini tidak ada kegiatan umpan balik.
Untuk mengatasi kelemahan pendekatan ini harus ada usaha dari sumber belajar tentang jenis metode yang digunakan yaitu setelah penyampaian informasi selesai harus ada tindak lanjutnya yaitu dengan menggunakan metode bervariasi yang sekiranya memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk mengemukakan permasalahan atau gagasannya yang ada kaitannya dengan materi yang sudah diberikan.

2.      Pendekatan Inquiry
Istilah Inquiry mempunyai kesamaan konsep dengan istilah lain seperti Discovery, Problem solving dan Reflektif Thinking. Semua istilah ini sama dalam penerapannya yaitu berusaha untuk memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk dapat belajar melalui kegiatan pengajuan berbagai permasalahan secara sistimatis, sehingga dalam pembelajaran lebih berpusat pada keaktifan warga belajar. Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Inquiry, sumber belajar menyajikan bahan tidak sampai tuntas, tetapi memberi peluang kepada warga belajar untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan menggunakan berbagai cara pendekatan masalah. Sebagaimana dikemukakan oleh Bruner bahwa landasan yang mendasari pendekatan inquiry ini adalah hasil belajar dengan cara ini lebih mudah diingat, mudah ditransfer oleh warga belajar. Pengetahuan dan kecakapan warga belajar yang bersangkutan dapat menumbuhkan motif intrinsik karena warga belajar merasa puas atas penemuannya sendiri.
Pendekatan Inquiry ditujukan kepada cara belajar yang menggunakan cara penelaahan atau pencarian terhadap sesuatu objek secara kritis dan analitis, sehingga dapat membentuk pengalaman belajar yang bermakna. Warga belajar dituntut untuk dapat mengungkapkan sejumlah pertanyaan secara sistimatis terhadap objek yang dipelajarinya sehingga ia dapat mengambil kesimpulan dari hasil informasi yang diperolehnya. Peran sumber belajar dalam penggunaan pendekatan Inquiry ini adalah sebagai pembimbing/fasilitator yang dapat mengarahkan warga belajar dalam kegiatan pembelajarannya secara efektif dan efisien.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dengan menggunakan pendekatan Inquiry yaitu sebagaimana dikemukan oleh A.Trabani:
a.       Stimulation: Sumber belajar mulai dengan bertanya mengajukan persoalan atau memberi kesempatan kepada warga belajar untuk membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan
b.      Problem Statement: Warga belajar diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan. Permasalahan yang dipilih selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis
c.       Data Collection: Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis itu, warga belajar diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objeknya, mewawancarai narasumber, uji coba sendiri dan sebagainya.
d.      Data Processing: Semua informasi itu diolah, dilacak, diklasifikasikan, ditabulasikan kalau mungkin dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
e.       Verification: Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada tersebut, pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek terbukti atau tidak.
f.       Generalization: Berdasarkan hasil verifikasi maka warga belajar menarik generalisasi atau kesimpulan tertentu.
Adapun langkah secara keseluruhan mulai dari perencanaan sampai evaluasi tentang penggunaan pendekatan Inquiry adalah sebagai berikut:
a.       Kegiatan pemberian dorongan. Kegiatan ini ditujukan untuk menarik perhatian warga belajar dan mengungkapkan hubungan bahan belajar yang akan dipelajari dengan bahan belajar yang sudah dikuasai atau dalam keseluruhan bahan belajar secara utuh
b.      Kegiatan penyampaian rencana program pembelajaran. Kegiatan ini ditujukan untuk mengungkapkan rencana program pembelajaran, termasuk prosedur pembelajaran yang harus diikuti oleh warga belajar
c.       Proses inquiry. Pelaksanaan pembelajaran dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1)      Pengajuan permasalahan
2)      Pengajuan pertanyaan penelitian atau hipotesis
3)      Pengumpulan data
4)      Penarikan kesimpulan
5)      Penarikan generalisasi
d.      Umpan balik. Kegiatan ini ditujukan untuk melihat respon warga belajar terhadap keseluruhan bahan belajar yang telah dipelajari
e.       Penilaian. Kegiatan penilaian dilakukan oleh sumber belajar baik secara lisan maupun tertulis dan atau penampilan.
Dalam penggunaan pendekatan Inquiry, Sumber belajar perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Warga belajar sudah memiliki pengetahuan konsep dasar yang berhubungan dengan bahan belajar yang dipelajari.
b.      Warga belajar memiliki sikap dan nilai tentang keraguan terhadap informasi yang diterima, keingintahuan, respek terhadap penggunaan fikiran, respek terhadap data, objektif, keingintahuan dalam pengambilan keputusan, dan toleran dalam ketidaksamaan.
c.       Memahami prosedur pelaksanaan penggunaan strategi pembelajaran Inquiry.
Apabila pendekatan Inquiry digunakan dalam kegiatan pembelajaran maka banyak kelebihan yang diperoleh, diantaranya yaitu:
a.       Menumbuhkan situasi keakraban diantara warga belajar, karena diberi kesempatan untuk saling berkomunikasi dalam memecahkan suatu permasalahan.
b.      Membiasakan berfikir sistimatis dan analitis dalam mengajukan hipotesis dan pemecahan masalah.
c.       Membiasakan berfikir objektif dan empirik yang didasarkan atas pengalaman atau data yang diperoleh.
d.      Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran.
e.       Dapat menambah wawasan bagi warga belajar dan sumber belajar karena terjadi saling tukar pengalaman.
Di samping kelebihan dari pendekatan ini juga tidak lepas dari kelemahan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran yaitu apabila tidak ada kesiapan dan kemampuan dari warga belajar untuk memecahkan permasalahan maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai, juga kemungkinan akan terjadi pendominasian oleh beberapa orang warga belajar yang sudah biasa dalam hal mengemukakan pendapat.
Untuk mengurangi permasalahan yang mungkin muncul, sumber belajar dituntut memiliki kemampuan dalam hal membimbing dan mengarahkan warga belajar supaya mereka dapat mengembangkan kemampuannya sesuai dengan potensi yang sudah dimilikinya.


4.   MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam toturial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model pembelajaran kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.
  2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. Misalnya model berfikir Induktif dirancang untuk mengembangkan proses berfikir induktif.
  3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas. Misalnya model Syntetic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.
  4. Memiliki bagian-bagin model dalam pelaksanaan, yaitu:
a.       urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax),
b.      adanya prisip-prinsip reaksi,
c.       sistem sosial dan
d.      sistem dukung.
5.      Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.
  1. Memilliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur dan dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
  2. Membuat persiapan mengajar (desain intruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.
Keempat rumpun model pembelajaran yang telah dikemukakan di atas, menurut Jioyce dan Weil (1986) memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1.      Sintaks (Syntax) yaitu urutan langkah pengajaran yang menunjuk pada fase-fase/tahap-tahap yang harus dilakukan oleh guru bila ia menggunakan model Unit 33-14 pembelajaran tertentu. Misalnya model deduktif akan menggunakan sintak yang berbeda dengan model induktif.
2.      Prinsip Reaksi (Principles of Reaction) berkaitan dengan pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan para siswa, termasuk bagaimana seharusnya guru memberikan respon terhadap siswa. Prinsip ini memberi petunjuk bagaimana seharusnya guru menggunakan aturan permainan yang berlaku pada setiap model.
3.      Sistem Sosial (The Social System) adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat terjadinya proses pembelajaran (situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam penggunaan model pembelajaran tertentu).
4.      Sistem Pendukung (Support System) yaitu segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk menunjang terlaksananya proses pembelajaran secara optimal.
Dampak Instruksional (Instructional Effect) dan Dampak Pengiring (Nurturant Effects). Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai atau yang berkaitan langsung dengan materi pembelajaran, sementara dampak pengiring adalah hasil belajar samapingan (iringan) yang dicapai sebagai akibat dari penggunaan model pembelajaran tertentu.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.


5.   METODE PEMBELAJARAN
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.
Beberapa metode pada pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah :
a.       Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan diri.
Ada beberapa kelebihan sebagai alasan mengapa ceramah sering digunakan yaitu :
·         Ceramah merupakan metode yang ’murah’ dan ’mudah’ untuk dilakukan. Murah dalam arti proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.
·         Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.
·         Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
·         Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.
·         Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam, atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit. Asal siswa dapat menempati tempat duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan.
Di samping beberapa kelebihan di atas, ceramah juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:
·         Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan, sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.
·         Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.
·         Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran; pikirannya melayang ke mana-mana, atau siswa mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru tidak menarik.

b.      Metode tanya jawab
Metode tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok–pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan dibahas.
Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab.
·         Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa.
·         Untuk merangsang siswa berfikir.
·         Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang  belum dipahami

c.       Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Dengan metode diskusi keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan menjadi terangsang, siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima pendapat orang lain, dan yang lebih penting melalui diskusi mereka akan belajar bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.
Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
·         Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
·         Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
·         Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:
·         Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
·         Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
·         Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
·         Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung yang dapat mengganggu iklim pembelajaran.



d.      Metode belajar kooperatif
Dalam metode ini terjadi interaksi antar anggota kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu. Model belajar kooperatif yang sering diperbincangkan yaitu belajar kooperatif model jigsaw yakni tiap anggota kelompok mempelajari materi yang berbeda untuk disampaikan atau diajarkan pada teman sekelompoknya.

e.       Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan.
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, kelebihannya di antaranya:
·         Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
·         Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
·         Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, di antarannya:
·         Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpanpersiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak.
·         Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
·         Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.

f.       Metode ekspositori atau pameran
Metode ekspositori adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua dimensi atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk membantu menyampaikan informasi yang diperlukan.

g.      Metode karyawisata/widyamisata
Metode karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat meransang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi karyawisata memerlukan waktu yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar.



h.      Metode penugasan
Metode ini berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi dlam metode ini sulit mengawasi mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri.

i.        Metode eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.

j.        Metode bermain peran
Pembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah – olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama.

Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam memberikan suatu materi pelajaran sangat menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Tidak pernah ada satu pendekatan dan metode yang cocok untuk semua materi pelajaran, dan pada umumnya untuk merealisasikan satu pendekatan dalam mencapai tujuan digunakan multi metode. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu metode mengajar yaitu :
  • Kemampuan guru dalam menggunakan metode.
  • Tujuan pengajaran yang akan dicapai.
  • Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa.
  • Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya.
  • Sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
  • Desain Pembelajaran
  • Komponen dasar


6.   TEKNIK PEMBELAJARAN
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Taktik Pembelajaran
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)



Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.










BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Perencanaan pembelajaran sangat penting untuk membantu guru dan siswa dalam mengkreasi, menata, dan mengorganisasi pembelajaran sehingga memungkinkan peristiwa belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran sangat diperlukan untuk memandu proses belajar secara efektif. Model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran yang memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur, adaptif, berorientasi kekinian, memiliki sintak pembelajaran yang sedehana, mudah dilakukan, dapat mencapai tujuan dan hasil belajar yang disasar. Model pembelajaran yang dapat diterapkan pada bidang studi hendaknya dikemas koheren dengan hakikat pendidikan bidang studi tersebut. Namun, secara filosofis tujuan pembelajaran adalah untuk memfasilitasi siswa dalam penumbuhan dan pengembangan kesadaran belajar, sehingga mampu melakukan olah pikir, rasa, dan raga dalam memecahkan masalah kehidupan di dunia nyata. Model-model pembelajaran yang dapat mengakomodasikan tujuan tersebut adalah yang berlandaskan pada paradigma konstruktivistik sebagai paradigma alternatif. Model problem solving and reasoning, model inquiry training, model problem based instruction, model conceptual change instruction, model group investigation, dan masih banyak lagi model-model yang lain yang berlandaskan paradigma konstruktivistik, adalah model-model pembelajaran alternatif yang sesuai dengan hakikat pembelajaran.








DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar