BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
adalah suatu proses untuk menuju pendewasaan, di mana untuk mewujudan
pendidikan yang optimal diperlukan berbagai jenis pendidikan, tidak hanya
terpancang pada pendidikan formal saja. Melainkan juga diperlukan pendidikan
informal dan nonformal. Karena sejatinya pendidikan itu merupakan suatu proses
yang komplek di mana kesemuanya merupakan satu kesatuan. Begitu pentingnya
pendidikan inilah yang melatarbelakangi penulis dalam menyusun makalah ini.
Dewasa ini
perwujudan masyarakat belajar belum ada peningkatan seperti yang diharapkan.
Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang merata,
yang melingkupi semua lapisan masyarakat untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia (SDM). Dalam upaya ini dibutuhkan pula campur tangan dari
masyarakat itu sendiri. Karena tanpa kedasaran dan kerjasama masyarakat,
perwujudan masyarakat belajar tidak akan tecapai. Karena pendidikan tidak hanya
diperoleh dari sekolah, melainkan dari kesadaran masyarakat untuk belajar
antara lain melalui membaca, internet, pengalaman, dan lain-lain.
Penerapan
belajar sepanjang hayat dalam mewujudkan masyarakat belajar sangat memberikan
kontribusi bagi peningkatan kualitas SDM. Dengan peningkatan tersebut, harkat
dan martabat masyarakat dapat terangkat di mata dunia. Oleh sebab itu, perlu
adanya pemerataan pendidikan yang tidak hanya didapat dari sekolah, namun juga
dapat terwujud dalam perpustakaan umum untuk meningkatkan minat baca
masyarakat.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam
makalah ini, penulis akan membahas tentang ”Penerapan Pendidikan Sepanjang
Hayat dalam Mewujudkan Masyarakat Belajar” yang dibatasi oleh beberapa masalah
seperti berikut:
1. Apa pengertian pendidikan sepanjang
hayat?
2. Apa dasar, tujuan, dan implikasi
pendidikan sepanjang hayat?
3. Mengapa pendidikan sepanjang hayat
diperlukan?
4. Bagaimana konsep pendidikan
sepanjang hayat?
5. Bagaimana masyarakat belajar itu?
6. Upaya apa saja yang dilakukan untuk
mewujudkan masyarakat belajar?
C.
Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa pengetian pendidikan
sepanjang hayat.
2. Untuk mengetahui apa dasar, tujuan,
dan implikasi pendidikan sepanjang hayat.
3. Untuk mengetahui alasan pendidikan
sepanjang hayat diperlukan.
4. Untuk mengetahui konsep pendidikan
sepanjang hayat.
5. Untuk mengetahui bagaimana masyarakat
belajar itu.
6. Unutuk mengetahui upaya yang dapat
dilakukan dalam mewujudkan masyarakat belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan
merupakan suatu upaya sadar manusia untuk mendewasakan anak. Secara umum, pendidikan
merupakan suatu proses berkelanjutan yang mengandung unsur-unsur pengajaran,
latihan, bimbingan, dan pimpinan dengan tumpuan khas kepada pemindahan berbagai
ilmu, nilai agama, dan budaya serta kemahiran yang berguna untuk diaplikasikan
oleh individu (pengajar atau pendidik) kepada individu yang memerlukan
pendidikan.
Beberapa
pendapat pakar tentang pendidikan:
1. Crow and crow, mengartikan
pendidikan sebagai proses di mana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai
hasil dari proses belajar.
2. John Dewey (pandangan pakar
pendidikan dari Amerika), berpandangan bahwa pendidikan ialah suatu proses
membentuk kecenderungan asas yang berupa akaliah dan perasaan terhadap alam dan
manusia.
3. Prof. Horne (tokoh pendidik di
Amerika), berpendapat bahwa pendidikan merupakan proses abadi bagi menyesuaikan
perkembangan diri manusia yang merangkumi aspek jasmani, alam, akaliah,
kebebasan, dan perasaan manusia terhadap Tuhan sebagaimana yang ternyata dalam
akaliah, perasaan, dan kemahuan manusia.
4. Herbert Spencer (ahli falsafah
Inggris (820-903M)), mengatakan bahwa pendidikan ialah mempersiapkan manusia
supaya dapat hidup dengan kehidupan yang sempurna.
5. Johan Amos Comenius (1592-1671),
mencetuskan konsep pendidikan bahwa pendidikan adalah untuk membuat persiapan
yang lebih berguna di akhirat nanti.
Pada
hakikatnya pendidikan diperoleh melalui proses yang terdapat di dalam suatu
masyarakat dan individu di dalamnya. Sehingga pendidikan itu tidak hanya berupa
pendidikan formal yang diperoleh di lembaga pendidikan saja, tetapi lebih
bersifat menyeluruh, yaitu adanya pendidikan informal dan nonformal yang
sebenarnya membantu tercapainya kesuksesan pembentukan kedewasaan anak. Semua
ini karena pada dasarnya pendidikan formal, informal, dan nonformal merupakan
suatu kesatuan yang saling berhubungan sehingga terdapat kesinambungan yang
tidak bisa terpisahkan dalam kaitannya untuk menciptakan manusia yang sempurna
dalam hal penguasaan iptek dan pengoptimalan potensi.
Pendidikan
sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang
hidup dalam dunia transformasi dan di dalam masyarakat yang saling mempengaruhi
seperti saat zaman globalisasi sekarang ini. Setiap manusia dituntut untuk
menyesuaikan dirinya secara terus-menerus dengan situasi baru.
Pengertian
pendidikan sepanjang hayat menurut beberapa pakar pendidikan antara lain:
1. Delker (1974) mengemukakan bahwa
pendidikan sepanjang hayat adalah perbuatan manusia secara wajar dan alamiah
yang prosesnya tidak selalu memerlukan kehadiran guru, pamong, atau pendidik.
Proses belajar tersebut mungkin tidak didasari oleh seseorang atau kelompok
bahwa ia atau mereka telah atau sedang terlibat di dalamnya. Kegiatan belajar
sepanjang hayat terwujud apabila terdapatdorongan pada diri seseorang atau
kelompok untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kepuasan, serta apabila ada
kesadaran dan semangat untuk belajar selama hayat masih di kandung badan.
2. Gestrelius (1977) mengemukakan bahwa
pendidikan sepanjang hayat mencakup interaksi belajar (pembelajaran), penentuan
bahan belajar dan metode belajar, lembaga penyelenggara, fasilitas,
administrasi, dan kondisi lingkungan yang mendukung kegiatan belajar
berkelanjutan. Ke dalam pendidikaan ini termasuk pula peranan pendidik dan
peserta didik yang harus dan saling belajar, pengelolaan kegiatan belajar, dan
faktor-faktor lainnya yang mendukung terjadinya proses belajar.
Arti luas
pendidikan sepanjang hayat (Lifelong Education) adalah bahwa pendidikan
tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang
hidupnya. Pendidikan sepanjang hayat menjadi
semakin tinggi urgensinya pada saat ini karena, manusia perlu
menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup secara wajar dalam lingkungan
masyarakatnya yang selalu berubah. Dalam GBHN termaktub: “pendidikan
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga,
sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah tanggung jawab bersama
antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”. Ini berarti bahwa setiap insan di
Indonesia dituntut untuk selalu berkembang sepanjang hidupnya. Oleh karena itu,
masyarakat dan pemerintah harus menciptakan suasana atau iklim belajar yang
baik, sebab pendidikan formal bukanlah satu-satunya tempat untuk belajar.
Pendidikan
sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan pada
sekolah. Sistem sekolah secara tradisional mengalami kesukaran dalam
menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad
terakhir ini dan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau
tuntutan-tuntutan manusia yang semakin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya
terbatas pada tingkat pendidikan sejak kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan
memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia yang berkembang sangat
pesat. Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan suatu sistem yang fleksibel.
Pendidikan harus tetap bergerak dan mengenal inovasi secara terus-menerus.
Melalui proses belajar sepanjang hayat inilah manusia mampu meningkatkan
kualitas kehidupannya secara terus-menerus, mampu mengikuti perkembangan ilmu
dan teknologi serta perkembangan masyarakat yang diakibatkannya dan budaya
untuk menghadapi tantangan masa depan, serta mau dan mampu mengubah tantangan
menjadi peluang.
Ciri-ciri
manusia yang menjadi pelajar sepanjang hayat (Cropley 1977:49):
1. Sadar bahwa dirinya harus belajar
sepanjang hayat.
2. Memiliki pandangan bahwa belajar
hal-hal yang baru merupakan cara logis untuk mengatasi masalah.
3. Bersemangat tinggi untuk belajar
pada semua level.
4. Menyambut baik perubahan.
5. Percaya bahwa tantangan sepanjang
hidup adalah peluang untuk belajar hal baru.
Pendidikan sepanjang hayat juga mempunyai ciri-ciri, antara
lain:
1. Pendidikan
sepanjang hayat mampu menghilangkan tembok pemisah antara sekolah dengan
lingkungan kehidupan nyata di luar sekolah.
2. Pendidikan
sepanjang hayat mampu menempatkan
kegiatan belajar sebagai bagian integral dari proses hidup yang
berkesinambungan.
3. Pendidikan
sepanjang hayat lebih mengutamakan
pembekalan sikap dan metode dari pada isi pendidikan.
4. Pendidikan
sepanjang hayat mampu menempatkan
peserta didik sebagai individu yang menjadi pelaku utama dalam proses
pendidikan.
B. Dasar,
Tujuan, dan Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat
1. Dasar-Dasar Pendidikan Sepanjang
Hayat
Prinsip pendidikan manusia seutuhnya berlangsung seumur
hidup didasarkan atas berbagai landasan yang meliputi:
a. Dasar-dasar filosofis
Filosofis hakikat kodrat martabat manusia merupakan kesatuan
integral segi-segi:
1. Manusia sebagai makhluk pribadi (individualbeing).
2. Manusia sebagai makhluk social (sosialbeing).
3. Manusia sebagai makhluk susila (moralbeing).
Ketiga
esensial ini merupakan potensi-potensi dan kesadaran yang integral yang
dimiliki oleh setiap manusia serta menentukan martabat dan kepribadian
seseorang. Yang artinya bahwa individu itu merealisaikan potensi-potensi
tersebut secara optimal dan berkeseimbangan itulah wujud kejadiannya.
b. Dasar-dasar psikofisis
Merupakan dasar-dasar kejiwaan dan kejasmanian manusia.
Realitas psikofisis manusia menunjukkan bahwa pribadi manusia merupakan
kesatuan antara:
1. Potensi-potensi dan kesadaran
rohaniah baik dari segi pikis, rasa, karsa, cipta, dan budi nurani.
2. Potensi-potensi dan kesadaran
jasmaniah yang sehat dengan pancaindra yang normal secara fisiologis
bekerjasama dengan sistem saraf dan kejiwaan.
3. Potensi-potensi psikofisis berada di
dalam suatu lingkungan hidupnya, baik alamiah maupun sosial budaya.
c. Dasar-dasar sosio-budaya
Meskipun manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan namun manusia
terbina pula oleh tata nilai sosio-budaya sendiri. Inilah segi-segi budaya
bangsa dan sosio psikologis manusia yang wajar diperhatikan oleh pendidikan.
Dasar-dasar segi sosio-budaya bangsa mencakup:
1. Tata nilai warisan budaya bangsa
seperti nilai keutuhan, musyawarah, gotong-royong dan tenggang rasa yang
dijadikan sebagai filsafat hidup rakyat.
2. Nilai-nilai filsafat Negara yakni
pancasila.
3. Nilai-nilai budaya nasional, adat
istiadat, dan lain-lain.
4. Tata kelembagaan dalam hidup
kemasyarakatan dan kenegaraan baik bersifat formal maupun nonformal.
2. Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat
Tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup ialah:
a. Tujuan untuk pendidikan manusia
seutuhnya dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya
seoptimal mungkin.
b. Dengan
mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat
hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup. Adapun aspek pembawaan (potensi
manusia), seperti: potensi jasmani (fisiologis dan pancaindera) dan potensi
rohaniah (psikologis dan budi nurani).
Dengan
adanya keseimbangan yang wajar antara potensi jasmani dan rohani, berarti kita
mengembangkan keduanya secara utuh sesuai dengan kodrat kebutuhannya, akan
dapat terwujud manusia seutuhnya.
3. Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat
Sebagai satu kebijakan yang mendasar dalam memandang hakikat
pendidikan manusia dapat kita jelaskan segi implikasinya sebagai berikut:
a. Pengertian implikasi ialah akibat
langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan.
b. Segi-segi implikasi dari konsepsi
pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup:
1. manusia seutuhnya sebagai subyek
didik atau sasaran didik,
2. proses berlangsungnya pendidikan,
yakni waktunya seumur hidup manusia.
c. Materi pendidikannya
Dengan
mengingat potensi-potensi manusia seutuhnya itu (meliputi tujuh potensi), maka
dapat dikembangkan wujud manusia seutuhnya itu dengan membina dan mengembangkan
sikap hidup:
1. Potensi jasmani dan pancaindera,
dengan mengembangkan sikap hidup sehat, memelihara gizi makanan, olah raga yang
teratur, istirahat yang cukup, dan lingkungan hidup bersih.
2. Potensi pikir (rasional), dengan mengembangkan kecerdasan, suka membaca, belajar
ilmu pengetahuan yang sesuai dengan minat, mengembangkan daya pikir yang
kritis, dan obyektif.
3. Potensi perasaan, dengan
mengembangkan perasaan etika dengan menghayati tata nilai Ketuhanan/keagamaan,
kemanusiaan, sosial budaya, filsafat, dan perasaan estetika dengan
mengembangkan minat kesenian dengan berbagai seginya, sastra, dan budaya.
4. Potensi karsa atau kemauan yang
keras, dengan mengembangkan sikap rajin belajar/bekerja, ulet, tabah menghadapi
segala tantangan, berjiwa perintis (kepeloporan), suka berprakarsa, termasuk
hemat, dan hidup sederhana.
5. Potensi cipta, dengan mengembangkan
daya kreasi dan imajinasi baik dari segi konsepsi-konsepsi pengetahuan maupun
seni-budaya (sastra, puisi, lukisan, desain, dan model).
6. Potensi karya, konsepsi, dan imajinasi
tidak cukup diciptakan sebagai konsepsi, semuanya diharapkan dilaksanakan
secara operasional. Inilah tindakan, amal, atau yang nyata. Misalnya gagasan
yang baik tidak cukup dilontarkan, kita berkewajiban merintis penerapannya.
7. Potensi budi nurani, kesadaran
Ketuhanan, dan keagamaan, yakni kesadaran moral yang meningkatkan harkat dan
martabat manusia menjadi manusia yang berbudi luhur, atau insan kamil, ataupun
manusia yang takwa menurut konsepsi agama masing-masing.
Dengan mengembangkan ketujuh potensi
itu melalui sikap positif dan mendasar maka akan mencapai kesinambungan.
d. Wadah pendidikan sepanjang hayat
Pendidikan sepanjang hayat berwadahkan
di semua lembaga pendidikan, sumber-sumber informasi, sesuai dengan kepentingan
perseorangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena
itu, lembaga dari pendidikan sepanjang hayat adalah lembaga pendidikan yang selama ini kita kenal, yaitu:
1. Pendidikan
sekolah
2. Pendidikan
luar sekolah
3. Sumber informasi baik berupa
terbitan buku, majalah, atau media massa seperti
media cetak atau elektronik ataupun sajian dalam internet.
Wadah pendidikan sepanjang hayat adalah semua lembaga pendidikan yang
ada. Wadah mana yang dipakai, tergantung pada apa yang diperlukan oleh
individu. Banyaknya pendidikan luar sekolah yang di awal Indonesia merdeka
hanya kursus mengetik, steno, dan memegang buku (administrasi keuangan) kini
sudah banyak sekali ragamnya dan kursus steno semakin surut jumlahnya karna
hadirnya teknologi baru.
Media belajar juga pesat perkembangannya. Secara informal orang dapat
belajar melalui televisi, radio, atau komputer. Orang dapat belajar di tempat,
di gedung di mana lembaga pendidikan itu berada tetapi dapat pula belajar dari
jarak jauh. Inilah perluasan wadah untuk belajar yang tedadi saat ini.
C. Alasan
Pendidikan Sepanjang Hayat Diperlukan
Pendidikan sepanjang hayat
diperlukan supaya meningkatkan persamaan distribusi pelayanan pendidikan,
memiliki implikasi ekonomi yang menyenangkan, dan esensial dalam menghadapi
struktur sosial yang berubah terdapat alasan-alasan kejuruan untuk
menetapkannya akan menghantarkan peningkatan kualitas hidup. Gagasan dasarnya
bahwa pendidikan harus dikonsepkan secara formal sebagai proses yang
terus-menerus dalam kehidupan individu, mulai dari anak-anak sampai dewasa.
Di dalam tulisannya, Cropley, dengan memperhatikan masukan dari sebagian pemerhati pendidikan, mengemukakan beberapa alasan diperlukannya pendidikan sepanjang hayat, antara lain: alasan keadilan, ekonomi, faktor sosial, perkembangan iptek, dan sifat pekerjaan.
Di dalam tulisannya, Cropley, dengan memperhatikan masukan dari sebagian pemerhati pendidikan, mengemukakan beberapa alasan diperlukannya pendidikan sepanjang hayat, antara lain: alasan keadilan, ekonomi, faktor sosial, perkembangan iptek, dan sifat pekerjaan.
1. Alasan Keadilan
Terselenggaranya pendidikan sepanjang hayat secara meluas di
kalangan masyarakat dapat menciptakan iklim lingkungan yang memungkinkan
terwujudnya keadilan sosial. Hinsen menunjukan konteks yang lebih luas yaitu
dengan terselenggaranya pendidikan sepanjang hayat yang lebih baik akan membuka
peluang bagi perkembangan nasional untuk mencapai tingkat persamaan
internasional (Cropley: 33). Dalam hubungan ini, Bowle mengemukakan statemen
bahwa pada prinsipnya dapat mengeliminasi peranan sekolah sebagai alat untuk
melestarikan ketidakadilan sosial (Cropley: 33).
2. Alasan Ekonomi
Tidak dapat dipungkiri, alasan ekonomi merupakan alasan yang
sangat vital dalam penyelenggaraan pendidikan. Apalagi di negara berkembang,
biaya untuk perluasan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan
hampir-hampir tidak tertanggulangi. Di satu sisi tantangan untuk mengejar
keterlambatan pembangunan dirasakan, sedangkan di sisi lain keterbatasan biaya
dirasakan menjadi penghambat. tidak terkecuali di negara yang sudah maju
teknologinya, yaitu dengan munculnya kebutuhan untuk memacu kualitas pendidikan
dan jenis-jenis pendidikan, dan mereka merasa berat beban biaya penyelenggaraan
pendidikan tersebut. Dalam hubungannya dengan masalah tersebut, pendidikan
sepanjang hayat yang secara radikal mendasarkan diri pada konsep baru dalam
pemrosesan pendidikan memiliki implikasi pembiayaan pendidikan yang lebih luas
dan lebih longgar (Cropley: 35).
3. Alasan Faktor Sosial
Faktor yang berhubungan dengan perubahan peranan keluarga,
remaja, dan emansipasi wanita dalam kaitannya dengan perkembangan iptek.
Perkembangan iptek yang demikian pesat yang telah melanda negara maju dan
negara-negara yang sedang berkembang memberi dampak yang besar karena adanya
perubahan-perubahan kehidupan sosial, ekonomi, dan nilai budaya. Seperti
berubahnya corak pekerjaan, status dan peran adolesen versus kelompok dewasa, hubungan sosial pekerja dengan
atasannya, khususnya bertambahnya usia harapan hidup dan menurunnya jumlah
kematian bayi, dan yang tak kalah pentingnya ialah berubahnya sistem dalam
peranan lembaga pendidikan. Fungsi pendidikan yang seharusnya diperankan oleh
keluarga, dan juga fungsi lainnya, seperti fungsi ekonomi, rekreasi, dan
lain-lain, lebih banyak diambil alih oleh lembaga-lembaga, organisasi-organisasi
di luar lingkungan keluarga, khususnya oleh sekolah. Jika dahulu masa anak-anak
dan remaja diartikan sebagai masa belajar dalam dunia persekolahan, sedangkan
dunia orang dewasa adalah dunia kerja, kini garis batas yang memisahkan kedua
kelompok usia tersebut sedang menjadi kabur.
4. Alasan Perkembangan Iptek
Uraian sebelumnya telah menjelaskan betapa luasnya pengaruh
perkembangan iptek dalam semua sektor pembangunan. Meskipun diakui bahwa
pengaruh tersebut di dalam dunia pendidikan belum sejauh yang terjadi pada
dunia pertanian, industri, transportasi, dan komunikasi. Namun invensinya di
dalam dunia pendidikan telah menggejala dalam banyak hal.
5. Alasan Sifat Pekerjaan
Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan iptek disatu sisi
dalam skala besar menyita pekerjaan tangan diganti dengan mesin, tetapi tidak
dapat dipungkiri di sisi yang lain juga memberi andil kepada munculnya
pekerjaan-pekerjaan baru yang menyerap banyak tenaga kerja dan munculnya
cara-cara baru dalam memproses pekerjaan. Akibatnya pekerjaan menuntut
persyaratan kerja yang selalu saja berubah.
D. Konsep
Pendidikan Sepanjang Hayat
Beberapa konsep pendidikan sepanjang
hayat antara lain:
1. Kehidupan
Fisik dan Pikiran
Kehidupan
kemanusiaan dibangun oleh kehidupan:
a. Kehidupan
fisik
Berawal
dari kelahiran melalui ibu kandung, kemudian tumbuh dilengkapi dengan kehidupan
pikirannya yang semakin lama semakin sempurna dan menentukan keberadaan
kemanusiaanya.
b. Kehidupan
pikiran
Kehidupan pikiran manusia tidak saja berupa untuk kerja dari
bagian tubuh otak, saraf, dan indera baik yang bersifat analisis maupun
sintesis, melainkan juga merupakan sarana dan prasarana memahami sumber dari
segala sumber kreativitasnya.
Kehidupan
pikiran manusia dikembangkan secara sadar melalui pendidikan dan pengajaran di
sekolah baik formal maupun nonformal mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan
Tinggi.
Kehidupan fisik manusia memerlukan makan, minum, dan
bergerak sehingga akan mati bila hal tersebut tidak terpenuhi. Demukian pula
kehidupan pikiran manusia akan mati bila tidak belajar atau berpikir. Tidak
jarang manusia fisiknya masih hidup tetapi pikirannya sudah berhenti, sehingga
kita harus tetap mawas diri apakah proses belajar masih berlangsung dalam diri
kita atau tidak.
2. Proses
Belajar
Proses belajar ditunjukkan dengan adanya rasa ingin tahu
yang dikemukakan dalam bentuk pertanyaan atau bertanya. Sehingga bisa dikatakan
bahwa tidak bertanya atau tidak ingin tahu berarti tidak ada proses belajar.
Semakin dewasa seseorang mestinya semakin canggih proses belajar yang berlangsung
dalam dirinya, berarti semakin canggih caranya ia bertanya. Sehingga dengan
demikian tanpa dibarengi rasa ingin tahu, kegiatan seperti kuliah, membaca,
atau praktikum bukanlah proses belajar yang meningkatkan kehidupan pikiran
seseorang, namun sekadar kegiatan merekam dan latihan fisik belaka.
3. Metode
Mencari Jawaban
Upaya sistematik setelah merumuskan rasa ingin tahu kedalam
bentuk bertanya adalah dengan mencari jawaban. Terdapat beberapa metode mencari
jawaban untuk menjawab pertanyaan yang muncul dari rasa ingin tahu, yaitu:
a. Berguru
Komunikasi dengan guru sangat manusiawi karena
diselenggarakan dengan nalar, rasa, bahasa, dan gerak yang telah sama-sama
dipahami. Kelembagaan berguru ini berkembang menjadi suatu sistem pendidikan
yang formal yang menganut paham-paham seakan-akan semakin banyak guru adalah
semakin baik.
b. Membaca
buku
Menbaca buku adalah cara yang paling objektif untuk
mengetahui berbagai informasi keilmuan yang merupakan kompilasi pengalaman
manusia yang tertulis secara sistematik. Membaca buku dapat dilakukan oleh
siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Dengan membaca buku perpindahan
informasi dapat langsung terjadi dari tangan si penulis ke seluruh pembacanya.
Baca-tulis
adalah budaya dasar umat manusia untuk meningkatkan peradabannya. Oleh karena
itu tingkat kemampuan membaca dan menulis adalah kemampuan dasar kemanusiaan
yang tidak akan tergantikan. Kemampuan seseorang untuk membaca dan menulis
harus dipelihara setiap saat. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam membaca, yaitu:
1. Kemampuan
berbahasa
Kemampuan berbahasa tidak sekadar penguasaan perbendaharaan
atau tata bahasa, tetapi juga mencakup kemampuan berekspresi dan apresiasi. Di
samping bahasa dari berbagai bangsa yang maju tingkat keilmuannya, dalam
beberapa hal matematika (ilmu pasti) juga merupakan bagian dari bahasa
keilmuan, terutama untuk secara tepat mengungkapkan tingkat kepastian.
Kemampuan berbahasa yang tinggi membuka peluang untuk mengungkap pengertian yang tersurat maupun
tersirat pada tingkat keseksamaan yang tinggi.
2. Kecepatan
membaca
Kemampuan untuk membaca dengan cepat ini perlu dilatih,
dipelihara, dan ditingkatkan. Huruf adalah lambang bunyi, kata adalah lambang
arti, kalimat adalah lambang pesan, dan alenia adalah lambang pokok pikiran.
Oleh karena itu, perlu dilatih membaca alenia agar dapat menangkap pokok-pokok
pikiran secara cepat dan tepat, yang bersamaan dengan itu dapat ditangkap pesan
utamanya dari kalimat kunci, dan pengertian dasarnya dari kata kunci.
3. Kemampuan
untuk memilih dan membaca buku ajar (text book)
Kemampuan minimal yang harus dikuasai oleh seorang
mahasiswa. Perpustakaan dengan segala tata caranya harus merupakan bagian dari
kehidupan mahasiswa. Mahasiswa harus bisa menggunakan katalog atau software yang
tersedia untuk penelusuran buku dan memilih buku mana yang harus dibaca.
Pengertian dari setiap jenis buku harus dipahami sehingga tepat dan benar
menggunakannya. Mahasiswa harus bisa membedakan mana buku ensiklopedia, buku
indeks, kamus, jurnal, catatan, dan text book.
c. Praktikum
Keinginan tahu seseorang juga seringkali dapat dijawab
dengan membaca langsung kenyataan alamnya. Dalam hal ini kita harus mampu
berdialog secara alami dan secara manusiawi.
Dalam dialog manusiawi dimana lawan bicara kita adalah
manusia juga maka lawan bicara mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan
pikirannya sendiri dengan bahasa yang telah sama-sama diketahui. Sedangkan
dialog dengan alam terlebih dahulu kita harus melakukan kompilasi logika alam
ke dalam pikiran manusiawi kita.
Pelajaran Kimia, Fisika, Biologi, dan ilmu pengetahuan
alam lainnya pada dasarnya adalah proses kompilasi pikiran alam ke dalam
pikiran manusia yang akan terungkap kembali saat kita berdialog dengan alam.
Berdialog dengan alam tidak mudah, mungkin paling sulit.
Oleh karena itu suatu cara sistematik perlu dikembangkan, yaitu dengan cara
membawa fenomena alam itu ke dalam laboratorium untuk ditelaah. Praktikum pada
dasarnya adalah latihan untuk memiliki kemampuan itu, kemampuan berdialog
dengan alam.
Dengan demikian praktikum bukan sekedar cara untuk
melengkapi atau menyempurnakan penguasaan materi perkuliahan, melainkan
menanamkan pengertian dan kemampuan dasar untuk dapat berdialog langsung dengan
alam secara alami dan manusiawi.
4. Metode
SQ3R
Dalam membaca buku ajar (text book) metode SQ3R dapat
digunakan, yaitu:
a. Survey
Melihat
sekilas buku dengan ilustrasinya, membaca kata pengantarnya, dan seterusnya
sehingga menimbulkan rasa ingin tahu dan bertanya.
b. Question
Bertanya-tanya tentang bahan yang akan dibahas, dalam buku
ajar seringkali disiapkan daftar pertanyaan untuk membantu pembaca memandu rasa
ingin tahunya.
c. Read
Membaca secara cepat dan menyeluruh untuk menangkap
pokok-pokok pikiran, tidak mengulang-ulang membaca kata atau kalimat.
d. Review
Menelaah pokok-pokok pikiran yang penting, pesan-pesan yang
penting, serta kata-kata kuncinya.
e. Recall
Mengulang telaahan, membahas dan menguasai permasalahannya.
5. Ilmu dan
Agama
Berbagai upaya sistematik di atas adalah upaya untuk
menjawab keingintahuan dan pertanyaan berbagai hal yang bersifat fisik alamiah
ilmiah, baik yang nyata dan kasat mata maupun ilmiah yang abstrak dan tidak
terlihat, hasilnya adalah pemahaman ilmu alamiah dan ilmiah. Sementara itu
kehidupan manusia tidak sebatas hal-hal fisik, alamiah dan ilmiah saja
melainkan juga mencakup hal-hal yang metafisik dan gaib.
Dalam hal ingin memenuhi keingintahuan atas hal-hal yang
gaib dan metafisik ini maka pendekatan yang paling bertanggung jawab adalah
pendekatan agama dan ilahiyah, bukan sekedar mimpi atau renungan, karena
pendekatan agama merujuk petunjuk guru (Nabi Allah), buku (Kitab Suci), dan
pengalaman (Syariah) yang absah dan dapat ditelusuri kebenarannya.
Sesungguhnya ilmu dan agama bersumber dari Allah, dengan
demikian kedua hal itu akan saling melengkapi dan menyempurnakan, akan
memberikan pemahaman dari rujukan yang utuh, menyeluruh dan terpadu, tidak akan
saling bertentangan.
Manusia mempunyai insting ingin mengetahui yang
dimanifestasikan dalam upaya mencari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah
berbagai pengetahuan manusia yang disusun secara sistematik. Secara garis besar
pengetahuan terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Bukan sains
b. Sains (ilmu pengetahuan)
Ilmu pengetahuan dibangun atas dasar bukti-bukti empirik
hasil penelitian ilmiah yang didalamnya tercakup sejumlah teori ilmiah. Teori
ilmiah adalah teori-teori dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang berfungsi
mendeskripsikan, memprediksi dan mengendalikan (mengontrol).
Teori-teori ilmiah bersifat reliable, meskipun
derajat keandalannya bergantung pada keumuman dan keluasan penerapannya, dimana
semakin umum penerapannya maka semakin andal teori tersebut.
Contoh teori Copernicus direvisi oleh teori Kappler:
matahari merupakan pusat peredaran planet yang beredar mengelilingi matahari
dengan garis edar berbentuk lonjong (elips). Kemudian teori tersebut
direvisi lagi oleh teori Newton: sistem planet dengan matahari sebagai pusatnya
disertai berbagai rumus-rumus matematika. Teori relatifitas Einstein dianggap
lebih andal dibandingkan dengan teori Newton, karena teori relativitas mampu
menjelaskan tentang gerak benda yang kecepatannya melebihi kecepatan cahaya dan
mampu menjelaskan tentang gerak molekul dan atom.
E. Mewujudkan
Masyarakat Belajar
Secara fisiologis manusia adalah
makhluk sosial dan makhluk pembelajar. Ini berarti bahwa setiap manusia perlu
pendidikan dan perlu belajar sepanjang kehidupannya. Sebagai bagian dari tujuan
pembangunan manusia seutuhnya. Pendidikan merupakan hak kemanusiaan setiap
warga negara dan harus dipenuhi oleh negara tersebut. Hal ini seperti yang
tertuang dalam UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi “Negara berkewajiban
mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Seperti juga yang tertuang dalam
amanat Undang-Undang No. 2 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional, penyelenggaraan
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan
pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan pada masyarakat mutlak
diperlukan dalam rangka mewujudkan pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan pada
masyarakat dapat meningkatkan kecakapan hidup, keterampilan hidup, sikap
wirausaha dan kompetensi yang dimiliki oleh manusia.
Pendidikan pada masyarakat juga
memiliki beberapa karakteristik antara lain:
1. Tujuan pendidikan masyarakat adalah
memenuhi kebutuhan belajar yang fungsional bagi kehidupan sehari-hari.
2. Hasil belajar dapat diterapkan
langsung dalam kehidupan sehari-hari.
3. Lamanya penyelengaraan program
relatif singkat tergantung pada kebutuhan warga belajar untuk meningkatkan mutu
dan taraf hidupnya.
4. Waktu kegiatan disesuaikan dengan
kesempatan yang dimiliki warga belajar.
5. Kurikulum bervariasi dan fleksibel
sesuai dengan perbedaan kebutuhan warga belajar dan potensi yang tersedia di
masyarakat.
6. Kegiatan pembelajaran berpusat pada
warga belajar, dengan lebih menekankan kecakapan dan keterampilan yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
7. Kegiatan pembelajaran menekankan
pada inisiatif dan partisipasi warga belajar, dengan melibatkan masyarakat
sekitar.
8. Hubungan antara tutor dan warga
belajar bersifat sejajar atas dasar kefungsian.
9. Pembinaan program dilakukan secara
demokratis antara tutor warga belajar, dan pihak lain yang berpartisipasi.
Adapun
untuk mewujudkan masyarakat belajar ada beberapa program yang dapat
dilaksanakan antara lain:
a. Program pengembangan keahlian dan
peningkatan kualitas pengelola lembaga pendidikan. Program ini dilaksanakan
berdasarkan variasi latar belakang pengelola lembaga pendidikan, serta variasi
kondisi geografis dan potensi sumber daya alam yang ada di masing-masing
daerah.
b. Pemberantasan buta aksara. Masalah
buta aksara kadang dianggap masalah biasa, padahal masalah ini sangat terkait
dengan mutu suatu bangsa di mata Internasional.
c. Sebagai pembentuk generasi baru yang
berkarakter dan berdaya saing tinggi. Sebagai wadah dalam mempersiapkan SDM
yang berkualitas, berwawasan, dan berintelektual tinggi.
d. Sebagai pewaris budaya dari
pembinaan satu tahapan dari generasi satu ke generasi berikutnya.
Program
mewujudkan masyarakat belajar perlu kerjasama dari berbagai pihak baik dari
masyarakat itu sendiri ataupun dari pemerintah, baik pemerintah daerah ataupun
pusat. Dengan adanya kerjasama dari berbagai pihak diharapkan mewujudkan
masyarakat belajar bukan hal yang tidak mungkin.
F. Upaya
Mewujudkan Masyarakat Belajar
Untuk mewujudakan masyarakat belajar,
perlu adanya strategi-strategi pendidikan sepanjang hayat. Strategi dalam
rangka pendidikan sepanjang hayat itu meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Konsep-Konsep Kunci Pendidikan
Sepanjang Hayat
Dalam pendidikan sepanjang hayat dikenal adanya 4 macam
konsep kunci, yaitu:
a. Konsep pendidikan sepanjang hayat
itu sendiri.
Sebagai
suatu konsep, maka pendidikan sepanjang hayat diartikan sebagai tujuan atau ide
formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman
pendidikan. Hal ini berarti pendidikan akan meliputi seluruh rentangan usia
dari usia yang paling muda sampai paling tua, dan adanya basis yang mendasari
persekolahan konfensional.
b. Konsep belajar sepanjang hayat
Dalam pendidikan sepanjang hayat berarti pelajar belajar
karena respon terhadap keinginan yang didasari untuk belajar dan angan-angan
pendidikan menyediakan kondisi-kondisi yang membantu belajar. Jadi, istilah
belajar ini merupakan kegiatan yang dikelola walaupun tanpa organisasi sekolah
dan kegiatan ini justru mengarah pada penyelengaraan asas pendidikan sepanjang
hayat.
c. Konsep pelajar sepanjang hayat
Belajar sepanjang hayat dimaksudkan adalah orang-orang yang
sadar tentang diri mereka sebagai pelajar sepanjang hayat, melihat belajar baru
sebagai cara yang logis untuk mengatasi problema dan terdorong untuk belajar di
seluruh tingkat usia dan menerima tantangan dan perubahan sepanjang hayat
sebagai pemberi kesempatan untuk belajar baru.
Dalam keadaan demikian perlu adanya sistem pendidikan yang
bertujuan membantu perkembangan orang-orang secara sadar dan sistematik
merespons untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka sepanjang hayat.
d. Kurikulum yang membantu pendidikan
sepanjang hayat
Kurikulum, dalam hubungan ini, didesain atas dasar prinsip
pendidikan sepanjang hayat betul-betul telah menghasilkan pelajar sepanjang
hayat yang secara berurutan melaksanakan belajar sepanjang hayat. Kurikulum
yang demikian, merupakan kurikulum praktis untuk mencapai tujuan pendidikan dan
mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan sepanjang hayat.
2. Arah Pendidikan Sepanjang Hayat
Pada umumnya pendidikan sepanjang hayat diarahkan pada
orang-orang dewasa dan pada anak-anak dalam rangka penambahan pengetahuan dan
keterampilan mereka yang sangat dibutuhkan di dalam pendidikan.
a. Pendidikan sepanjang hayat kepada
orang dewasa
Sebagai generasi penerus, kaum muda atau dewasa membutuhkan
pendidikan sepanjang hayat ini dalam rangka pemenuhan “self interest” yang merupakan tuntutan hidup mereka sepanjang masa.
Diantara self interest tersebut,
kebutuhan akan baca tulis bagi mereka umumnya dan latihan keterampilan bagi
para pekerja, sangat membantu mereka untuk menghadapi situasi dan
persoalan-persoalan penting yang merupakan kunci keberhasilan.
b. Pendidikan sepanjang hayat bagi anak
Pendidikan
sepanjang hayat bagi anak, merupakan sisi lain yang perlu memperoleh perhatian
dan pemenuhan oleh karena anak akan menjadi “tempat awal” bagi orang dewasa
nantinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Program kegiatan disusun
mulai dari peningkatan kecakapan baca tulis, keterampilan dasar dan
mempertinggi daya pikir anak, sehingga memungkinkan anak terbiasa untuk
belajar, berpikir kritis dan mempunyai pandangan kehidupan yang dicita-citakan
pada masa yang akan datang.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari yang telah diuraikan di atas
dapat ditarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan penerapan pendidikan
sepanjang hayat dalam mewujudkan masyarakat belajar adalah sebagai berikut:
1. Belajar sepanjang hayat adalah
belajar seumur hidup yang merupakan kebutuhan manusia dalam usaha mengembangkan
diri serta mempertahankan eksistensinya adalah melalui belajar yang dilakukan
sepanjang hayatnya. Tanpa belajar, manusia akan mengalami kesulitan baik dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun dalam memenuhi tuntutan hidup dan
kehidupan yang selalu berubah.
2. Dasar-dasar pendidikan sepanjang
hayat yaitu, dasar-dasar filosofis, dasar-dasar psikofisis, dan dasar-dasar
sosio-budaya.
Tujuan
pendidikan sepanjang hayat yaitu:
a. Tujuan untuk pendidikan manusia
seutuhnya dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya
seoptimal mungkin.
b. Dengan
mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat
hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup. Adapun aspek pembawaan (potensi manusia),
seperti: potensi jasmani (fisiologis dan pancaindera) dan potensi rohaniah
(psikologis dan budi nurani).
3. Alasan diperlukannya pendidikan
sepanjang hayat adalah karena alasan keadilan, faktor ekonomi, faktor sosial,
faktor perkembangan iptek, dan sifat pekerjaan.
4. Masyarakat belajar (Learning Community) adalah pembelajaran
yang dilakukan kepada masyarakat dalam bentuk kelompok-kelompok. Hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama. Masyarakat belajar merupakan upaya untuk
lebih melibatkan masyarakat dalam upaya-upaya membangun pendidikan untuk
kepentingan masyarakat dalam menjalankan perannya dalam kehidupan.
5. Program mewujudkan masyarakat
belajar adalah pengembangan keahlian dan peningkatan kualitas pengelola lembaga
pendidikan, pemberantasan buta aksara, pembentukan generasi baru yang
berkarakter dan berdaya saing tinggi, membentuk pewaris budaya dari pembinaan
satu tahapan dari generasi satu ke generasi berikutnya. Program ini perlu
kerjasama dari berbagai pihak baik dari masyarakat itu sendiri ataupun dari
pemerintah, baik pemerintah daerah ataupun pusat.
6. Upaya untuk mewujudkan masyarakat
belajar adalah:
a. Konsep-konsep kunci kendidikan
sepanjang hayat
1. Konsep pendidikan sepanjang hayat
itu sendiri.
2. Konsep belajar sepanjang hayat.
3. Konsep pelajar sepanjang hayat.
4. Kurikulum yang membantu pendidikan
sepanjang hayat.
b. Arah pendidikan sepanjang hayat
1. Pendidikan sepanjang hayat kepada
orang dewasa.
2. Pendidikan sepanjang hayat bagi
anak.
B. Saran
Konsep tentang pendidikan sepanjang
hayat diharapkan akan mengubah pandangan masyarakat bahwa pendidikan bukan
hanya belajar di sekolah formal saja, melainkan dapat dilakukan di mana saja
dan kapan saja, misalnya di lingkungan keluarga dan masyarakat. Untuk mendukung
konsep tentang pembelajaran sepanjang hayat, dibutuhkan peran aktif dari
masyarakat dan pemerintah. sehingga konsep pendidikan sepanjang hayat dapat
terealisasikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. ” Filosofi Pendidikan
masyarakat”.
(http://www.glorianet.org/kolom/koloalla.html, diakses 10 Desember 2012).
Anonim. 2012. ”Pendidikan Seumur Hidup”. (http://my.opera.com, diakses 10 Desember 2012).
Anonim. 2012. “Belajar Seumur Hidup”. (http://gurupkn.wordpress.com, diakses 10 Desember 2012).
Syuhada, Achmad, Roosdi. 1988. Bimbingan dan Konseling dalam Masyarakat dan Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Depdikbud.
Joesoef, Soelaiman. 1986. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: PT Bumi Aksara.
Drs. Gino, dkk. 1999. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: Depdikbud.
(http://www.glorianet.org/kolom/koloalla.html, diakses 10 Desember 2012).
Anonim. 2012. ”Pendidikan Seumur Hidup”. (http://my.opera.com, diakses 10 Desember 2012).
Anonim. 2012. “Belajar Seumur Hidup”. (http://gurupkn.wordpress.com, diakses 10 Desember 2012).
Syuhada, Achmad, Roosdi. 1988. Bimbingan dan Konseling dalam Masyarakat dan Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Depdikbud.
Joesoef, Soelaiman. 1986. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: PT Bumi Aksara.
Drs. Gino, dkk. 1999. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: Depdikbud.
mba Dyah Maya Rikawati, ijin copas makalah buat referensi yaa..terimakasih
BalasHapusmba Dyah Maya Rikawati, ijin copas makalah buat referensi yaa aku juga mba ..terimakasih
BalasHapus