Rabu, 04 Desember 2013

makalah: pendidikan sepanjang hayat



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses untuk menuju pendewasaan, di mana untuk mewujudan pendidikan yang optimal diperlukan berbagai jenis pendidikan, tidak hanya terpancang pada pendidikan formal saja. Melainkan juga diperlukan pendidikan informal dan nonformal. Karena sejatinya pendidikan itu merupakan suatu proses yang komplek di mana kesemuanya merupakan satu kesatuan. Begitu pentingnya pendidikan inilah yang melatarbelakangi penulis dalam menyusun makalah ini.
Dewasa ini perwujudan masyarakat belajar belum ada peningkatan seperti yang diharapkan. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang merata, yang melingkupi semua lapisan masyarakat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dalam upaya ini dibutuhkan pula campur tangan dari masyarakat itu sendiri. Karena tanpa kedasaran dan kerjasama masyarakat, perwujudan masyarakat belajar tidak akan tecapai. Karena pendidikan tidak hanya diperoleh dari sekolah, melainkan dari kesadaran masyarakat untuk belajar antara lain melalui membaca, internet, pengalaman, dan lain-lain.
Penerapan belajar sepanjang hayat dalam mewujudkan masyarakat belajar sangat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas SDM. Dengan peningkatan tersebut, harkat dan martabat masyarakat dapat terangkat di mata dunia. Oleh sebab itu, perlu adanya pemerataan pendidikan yang tidak hanya didapat dari sekolah, namun juga dapat terwujud dalam perpustakaan umum untuk meningkatkan minat baca masyarakat.

B.     Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang ”Penerapan Pendidikan Sepanjang Hayat dalam Mewujudkan Masyarakat Belajar” yang dibatasi oleh beberapa masalah seperti berikut:
1.      Apa pengertian pendidikan sepanjang hayat?
2.      Apa dasar, tujuan, dan implikasi pendidikan sepanjang hayat?
3.      Mengapa pendidikan sepanjang hayat diperlukan?
4.      Bagaimana konsep pendidikan sepanjang hayat?
5.      Bagaimana masyarakat belajar itu?
6.      Upaya apa saja yang dilakukan untuk mewujudkan masyarakat belajar?

C.    Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui apa pengetian pendidikan sepanjang hayat.
2.      Untuk mengetahui apa dasar, tujuan, dan implikasi pendidikan sepanjang hayat.
3.      Untuk mengetahui alasan pendidikan sepanjang hayat diperlukan.
4.      Untuk mengetahui konsep pendidikan sepanjang hayat.
5.      Untuk mengetahui bagaimana masyarakat belajar itu.
6.      Unutuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam mewujudkan masyarakat belajar.















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan merupakan suatu upaya sadar manusia untuk mendewasakan anak. Secara umum, pendidikan merupakan suatu proses berkelanjutan yang mengandung unsur-unsur pengajaran, latihan, bimbingan, dan pimpinan dengan tumpuan khas kepada pemindahan berbagai ilmu, nilai agama, dan budaya serta kemahiran yang berguna untuk diaplikasikan oleh individu (pengajar atau pendidik) kepada individu yang memerlukan pendidikan.
Beberapa pendapat pakar tentang pendidikan:
1.      Crow and crow, mengartikan pendidikan sebagai proses di mana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai hasil dari proses belajar.
2.      John Dewey (pandangan pakar pendidikan dari Amerika), berpandangan bahwa pendidikan ialah suatu proses membentuk kecenderungan asas yang berupa akaliah dan perasaan terhadap alam dan manusia.
3.      Prof. Horne (tokoh pendidik di Amerika), berpendapat bahwa pendidikan merupakan proses abadi bagi menyesuaikan perkembangan diri manusia yang merangkumi aspek jasmani, alam, akaliah, kebebasan, dan perasaan manusia terhadap Tuhan sebagaimana yang ternyata dalam akaliah, perasaan, dan kemahuan manusia.
4.      Herbert Spencer (ahli falsafah Inggris (820-903M)), mengatakan bahwa pendidikan ialah mempersiapkan manusia supaya dapat hidup dengan kehidupan yang sempurna.
5.      Johan Amos Comenius (1592-1671), mencetuskan konsep pendidikan bahwa pendidikan adalah untuk membuat persiapan yang lebih berguna di akhirat nanti.
Pada hakikatnya pendidikan diperoleh melalui proses yang terdapat di dalam suatu masyarakat dan individu di dalamnya. Sehingga pendidikan itu tidak hanya berupa pendidikan formal yang diperoleh di lembaga pendidikan saja, tetapi lebih bersifat menyeluruh, yaitu adanya pendidikan informal dan nonformal yang sebenarnya membantu tercapainya kesuksesan pembentukan kedewasaan anak. Semua ini karena pada dasarnya pendidikan formal, informal, dan nonformal merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan sehingga terdapat kesinambungan yang tidak bisa terpisahkan dalam kaitannya untuk menciptakan manusia yang sempurna dalam hal penguasaan iptek dan pengoptimalan potensi.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia transformasi dan di dalam masyarakat yang saling mempengaruhi seperti saat zaman globalisasi sekarang ini. Setiap manusia dituntut untuk menyesuaikan dirinya secara terus-menerus dengan situasi baru.
Pengertian pendidikan sepanjang hayat menurut beberapa pakar pendidikan antara lain:
1.      Delker (1974) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat adalah perbuatan manusia secara wajar dan alamiah yang prosesnya tidak selalu memerlukan kehadiran guru, pamong, atau pendidik. Proses belajar tersebut mungkin tidak didasari oleh seseorang atau kelompok bahwa ia atau mereka telah atau sedang terlibat di dalamnya. Kegiatan belajar sepanjang hayat terwujud apabila terdapatdorongan pada diri seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kepuasan, serta apabila ada kesadaran dan semangat untuk belajar selama hayat masih di kandung badan.
2.      Gestrelius (1977) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat mencakup interaksi belajar (pembelajaran), penentuan bahan belajar dan metode belajar, lembaga penyelenggara, fasilitas, administrasi, dan kondisi lingkungan yang mendukung kegiatan belajar berkelanjutan. Ke dalam pendidikaan ini termasuk pula peranan pendidik dan peserta didik yang harus dan saling belajar, pengelolaan kegiatan belajar, dan faktor-faktor lainnya yang mendukung terjadinya proses belajar.
Arti luas pendidikan sepanjang hayat (Lifelong Education) adalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Pendidikan sepanjang hayat menjadi semakin tinggi urgensinya pada saat ini karena, manusia perlu menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup secara wajar dalam lingkungan masyarakatnya yang selalu berubah. Dalam GBHN termaktub: “pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”. Ini berarti bahwa setiap insan di Indonesia dituntut untuk selalu berkembang sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, masyarakat dan pemerintah harus menciptakan suasana atau iklim belajar yang baik, sebab pendidikan formal bukanlah satu-satunya tempat untuk belajar.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan pada sekolah. Sistem sekolah secara tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini dan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan-tuntutan manusia yang semakin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya terbatas pada tingkat pendidikan sejak kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia yang berkembang sangat pesat. Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan suatu sistem yang fleksibel. Pendidikan harus tetap bergerak dan mengenal inovasi secara terus-menerus. Melalui proses belajar sepanjang hayat inilah manusia mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara terus-menerus, mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan masyarakat yang diakibatkannya dan budaya untuk menghadapi tantangan masa depan, serta mau dan mampu mengubah tantangan menjadi peluang.
Ciri-ciri manusia yang menjadi pelajar sepanjang hayat (Cropley 1977:49):
1.      Sadar bahwa dirinya harus belajar sepanjang hayat.
2.      Memiliki pandangan bahwa belajar hal-hal yang baru merupakan cara logis untuk mengatasi masalah.
3.      Bersemangat tinggi untuk belajar pada semua level.
4.      Menyambut baik perubahan.
5.      Percaya bahwa tantangan sepanjang hidup adalah peluang untuk belajar hal baru.
Pendidikan sepanjang hayat juga mempunyai ciri-ciri, antara lain:
1.      Pendidikan sepanjang hayat mampu menghilangkan tembok pemisah antara sekolah dengan lingkungan kehidupan nyata di luar sekolah.
2.      Pendidikan sepanjang hayat mampu  menempatkan kegiatan belajar sebagai bagian integral dari proses hidup yang berkesinambungan.
3.      Pendidikan sepanjang hayat  lebih mengutamakan pembekalan sikap dan metode dari pada isi pendidikan.
4.      Pendidikan sepanjang hayat mampu  menempatkan peserta didik sebagai individu yang menjadi pelaku utama dalam proses pendidikan.

B.     Dasar, Tujuan, dan Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat
1.      Dasar-Dasar Pendidikan Sepanjang Hayat
Prinsip pendidikan manusia seutuhnya berlangsung seumur hidup didasarkan atas berbagai landasan yang meliputi:
a.       Dasar-dasar filosofis
Filosofis hakikat kodrat martabat manusia merupakan kesatuan integral segi-segi:
1.      Manusia sebagai makhluk pribadi (individualbeing).
2.      Manusia sebagai makhluk social (sosialbeing).
3.      Manusia sebagai makhluk susila (moralbeing).
Ketiga esensial ini merupakan potensi-potensi dan kesadaran yang integral yang dimiliki oleh setiap manusia serta menentukan martabat dan kepribadian seseorang. Yang artinya bahwa individu itu merealisaikan potensi-potensi tersebut secara optimal dan berkeseimbangan itulah wujud kejadiannya.
b.      Dasar-dasar psikofisis
Merupakan dasar-dasar kejiwaan dan kejasmanian manusia. Realitas psikofisis manusia menunjukkan bahwa pribadi manusia merupakan kesatuan antara:
1.      Potensi-potensi dan kesadaran rohaniah baik dari segi pikis, rasa, karsa, cipta, dan budi nurani.
2.      Potensi-potensi dan kesadaran jasmaniah yang sehat dengan pancaindra yang normal secara fisiologis bekerjasama dengan sistem saraf dan kejiwaan.
3.      Potensi-potensi psikofisis berada di dalam suatu lingkungan hidupnya, baik alamiah maupun sosial budaya.
c.       Dasar-dasar sosio-budaya
Meskipun manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan namun manusia terbina pula oleh tata nilai sosio-budaya sendiri. Inilah segi-segi budaya bangsa dan sosio psikologis manusia yang wajar diperhatikan oleh pendidikan. Dasar-dasar segi sosio-budaya bangsa mencakup:
1.      Tata nilai warisan budaya bangsa seperti nilai keutuhan, musyawarah, gotong-royong dan tenggang rasa yang dijadikan sebagai filsafat hidup rakyat.
2.      Nilai-nilai filsafat Negara yakni pancasila.
3.      Nilai-nilai budaya nasional, adat istiadat, dan lain-lain.
4.      Tata kelembagaan dalam hidup kemasyarakatan dan kenegaraan baik bersifat formal maupun nonformal.
2.      Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat
Tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup ialah:
a.       Tujuan untuk pendidikan manusia seutuhnya dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin.
b.      Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup. Adapun aspek pembawaan (potensi manusia), seperti: potensi jasmani (fisiologis dan pancaindera) dan potensi rohaniah (psikologis dan budi nurani).
Dengan adanya keseimbangan yang wajar antara potensi jasmani dan rohani, berarti kita mengembangkan keduanya secara utuh sesuai dengan kodrat kebutuhannya, akan dapat terwujud manusia seutuhnya.
3.      Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat
Sebagai satu kebijakan yang mendasar dalam memandang hakikat pendidikan manusia dapat kita jelaskan segi implikasinya sebagai berikut:
a.       Pengertian implikasi ialah akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan.
b.      Segi-segi implikasi dari konsepsi pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup:
1.      manusia seutuhnya sebagai subyek didik atau sasaran didik,
2.      proses berlangsungnya pendidikan, yakni waktunya seumur hidup manusia.
c.       Materi pendidikannya
Dengan mengingat potensi-potensi manusia seutuhnya itu (meliputi tujuh potensi), maka dapat dikembangkan wujud manusia seutuhnya itu dengan membina dan mengembangkan sikap hidup:
1.      Potensi jasmani dan pancaindera, dengan mengembangkan sikap hidup sehat, memelihara gizi makanan, olah raga yang teratur, istirahat yang cukup, dan lingkungan hidup bersih.
2.      Potensi pikir (rasional), dengan mengembangkan kecerdasan, suka membaca, belajar ilmu pengetahuan yang sesuai dengan minat, mengembangkan daya pikir yang kritis, dan obyektif.
3.      Potensi perasaan, dengan mengembangkan perasaan etika dengan menghayati tata nilai Ketuhanan/keagamaan, kemanusiaan, sosial budaya, filsafat, dan perasaan estetika dengan mengembangkan minat kesenian dengan berbagai seginya, sastra, dan budaya.
4.      Potensi karsa atau kemauan yang keras, dengan mengembangkan sikap rajin belajar/bekerja, ulet, tabah menghadapi segala tantangan, berjiwa perintis (kepeloporan), suka berprakarsa, termasuk hemat, dan hidup sederhana.
5.      Potensi cipta, dengan mengembangkan daya kreasi dan imajinasi baik dari segi konsepsi-konsepsi pengetahuan maupun seni-budaya (sastra, puisi, lukisan, desain, dan model).
6.      Potensi karya, konsepsi, dan imajinasi tidak cukup diciptakan sebagai konsepsi, semuanya diharapkan dilaksanakan secara operasional. Inilah tindakan, amal, atau yang nyata. Misalnya gagasan yang baik tidak cukup dilontarkan, kita berkewajiban merintis penerapannya.
7.      Potensi budi nurani, kesadaran Ketuhanan, dan keagamaan, yakni kesadaran moral yang meningkatkan harkat dan martabat manusia menjadi manusia yang berbudi luhur, atau insan kamil, ataupun manusia yang takwa menurut konsepsi agama masing-masing.
Dengan mengembangkan ketujuh potensi itu melalui sikap positif dan mendasar maka akan mencapai kesinambungan.
d.      Wadah pendidikan sepanjang hayat
Pendidikan sepanjang hayat berwadahkan di semua lembaga pendidikan, sumber-sumber informasi, sesuai dengan kepentingan perseorangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, lembaga dari pendidikan sepanjang hayat adalah lembaga pendidikan yang selama ini kita kenal, yaitu:
1.      Pendidikan sekolah
2.      Pendidikan luar sekolah
3.      Sumber informasi baik berupa terbitan buku, majalah, atau media massa seperti media cetak atau elektronik ataupun sajian dalam internet.
Wadah pendidikan sepanjang hayat adalah semua lembaga pendidikan yang ada. Wadah mana yang dipakai, tergantung pada apa yang diperlukan oleh individu. Banyaknya pendidikan luar sekolah yang di awal Indonesia merdeka hanya kursus mengetik, steno, dan memegang buku (administrasi keuangan) kini sudah banyak sekali ragamnya dan kursus steno semakin surut jumlahnya karna hadirnya teknologi baru.
Media belajar juga pesat perkembangannya. Secara informal orang dapat belajar melalui televisi, radio, atau komputer. Orang dapat belajar di tempat, di gedung di mana lembaga pendidikan itu berada tetapi dapat pula belajar dari jarak jauh. Inilah perluasan wadah untuk belajar yang tedadi saat ini.

C.    Alasan Pendidikan Sepanjang Hayat Diperlukan
Pendidikan sepanjang hayat diperlukan supaya meningkatkan persamaan distribusi pelayanan pendidikan, memiliki implikasi ekonomi yang menyenangkan, dan esensial dalam menghadapi struktur sosial yang berubah terdapat alasan-alasan kejuruan untuk menetapkannya akan menghantarkan peningkatan kualitas hidup. Gagasan dasarnya bahwa pendidikan harus dikonsepkan secara formal sebagai proses yang terus-menerus dalam kehidupan individu, mulai dari anak-anak sampai dewasa.
Di dalam tulisannya, Cropley, dengan memperhatikan masukan dari sebagian pemerhati pendidikan, mengemukakan beberapa alasan diperlukannya pendidikan sepanjang hayat, antara lain: alasan keadilan, ekonomi, faktor sosial, perkembangan iptek, dan sifat pekerjaan.
1.      Alasan Keadilan
Terselenggaranya pendidikan sepanjang hayat secara meluas di kalangan masyarakat dapat menciptakan iklim lingkungan yang memungkinkan terwujudnya keadilan sosial. Hinsen menunjukan konteks yang lebih luas yaitu dengan terselenggaranya pendidikan sepanjang hayat yang lebih baik akan membuka peluang bagi perkembangan nasional untuk mencapai tingkat persamaan internasional (Cropley: 33). Dalam hubungan ini, Bowle mengemukakan statemen bahwa pada prinsipnya dapat mengeliminasi peranan sekolah sebagai alat untuk melestarikan ketidakadilan sosial (Cropley: 33).
2.      Alasan Ekonomi
Tidak dapat dipungkiri, alasan ekonomi merupakan alasan yang sangat vital dalam penyelenggaraan pendidikan. Apalagi di negara berkembang, biaya untuk perluasan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan hampir-hampir tidak tertanggulangi. Di satu sisi tantangan untuk mengejar keterlambatan pembangunan dirasakan, sedangkan di sisi lain keterbatasan biaya dirasakan menjadi penghambat. tidak terkecuali di negara yang sudah maju teknologinya, yaitu dengan munculnya kebutuhan untuk memacu kualitas pendidikan dan jenis-jenis pendidikan, dan mereka merasa berat beban biaya penyelenggaraan pendidikan tersebut. Dalam hubungannya dengan masalah tersebut, pendidikan sepanjang hayat yang secara radikal mendasarkan diri pada konsep baru dalam pemrosesan pendidikan memiliki implikasi pembiayaan pendidikan yang lebih luas dan lebih longgar (Cropley: 35).
3.      Alasan Faktor Sosial
Faktor yang berhubungan dengan perubahan peranan keluarga, remaja, dan emansipasi wanita dalam kaitannya dengan perkembangan iptek. Perkembangan iptek yang demikian pesat yang telah melanda negara maju dan negara-negara yang sedang berkembang memberi dampak yang besar karena adanya perubahan-perubahan kehidupan sosial, ekonomi, dan nilai budaya. Seperti berubahnya corak pekerjaan, status dan peran adolesen versus kelompok dewasa, hubungan sosial pekerja dengan atasannya, khususnya bertambahnya usia harapan hidup dan menurunnya jumlah kematian bayi, dan yang tak kalah pentingnya ialah berubahnya sistem dalam peranan lembaga pendidikan. Fungsi pendidikan yang seharusnya diperankan oleh keluarga, dan juga fungsi lainnya, seperti fungsi ekonomi, rekreasi, dan lain-lain, lebih banyak diambil alih oleh lembaga-lembaga, organisasi-organisasi di luar lingkungan keluarga, khususnya oleh sekolah. Jika dahulu masa anak-anak dan remaja diartikan sebagai masa belajar dalam dunia persekolahan, sedangkan dunia orang dewasa adalah dunia kerja, kini garis batas yang memisahkan kedua kelompok usia tersebut sedang menjadi kabur.
4.      Alasan Perkembangan Iptek
Uraian sebelumnya telah menjelaskan betapa luasnya pengaruh perkembangan iptek dalam semua sektor pembangunan. Meskipun diakui bahwa pengaruh tersebut di dalam dunia pendidikan belum sejauh yang terjadi pada dunia pertanian, industri, transportasi, dan komunikasi. Namun invensinya di dalam dunia pendidikan telah menggejala dalam banyak hal.
5.      Alasan Sifat Pekerjaan
Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan iptek disatu sisi dalam skala besar menyita pekerjaan tangan diganti dengan mesin, tetapi tidak dapat dipungkiri di sisi yang lain juga memberi andil kepada munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang menyerap banyak tenaga kerja dan munculnya cara-cara baru dalam memproses pekerjaan. Akibatnya pekerjaan menuntut persyaratan kerja yang selalu saja berubah.

D.    Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat
Beberapa konsep pendidikan sepanjang hayat antara lain:
1.      Kehidupan Fisik dan Pikiran
Kehidupan  kemanusiaan dibangun oleh kehidupan:
a.       Kehidupan fisik
Berawal dari kelahiran melalui ibu kandung, kemudian tumbuh dilengkapi dengan kehidupan pikirannya yang semakin lama semakin sempurna dan menentukan keberadaan kemanusiaanya.
b.      Kehidupan pikiran
Kehidupan pikiran manusia tidak saja berupa untuk kerja dari bagian tubuh otak, saraf, dan indera baik yang bersifat analisis maupun sintesis, melainkan juga merupakan sarana dan prasarana memahami sumber dari segala sumber kreativitasnya.
Kehidupan pikiran manusia dikembangkan secara sadar melalui pendidikan dan pengajaran di sekolah baik formal maupun nonformal mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.
Kehidupan fisik manusia memerlukan makan, minum, dan bergerak sehingga akan mati bila hal tersebut tidak terpenuhi. Demukian pula kehidupan pikiran manusia akan mati bila tidak belajar atau berpikir. Tidak jarang manusia fisiknya masih hidup tetapi pikirannya sudah berhenti, sehingga kita harus tetap mawas diri apakah proses belajar masih berlangsung dalam diri kita atau tidak.
2.      Proses Belajar
Proses belajar ditunjukkan dengan adanya rasa ingin tahu yang dikemukakan dalam bentuk pertanyaan atau bertanya. Sehingga bisa dikatakan bahwa tidak bertanya atau tidak ingin tahu berarti tidak ada proses belajar. Semakin dewasa seseorang mestinya semakin canggih proses belajar yang berlangsung dalam dirinya, berarti semakin canggih caranya ia bertanya. Sehingga dengan demikian tanpa dibarengi rasa ingin tahu, kegiatan seperti kuliah, membaca, atau praktikum bukanlah proses belajar yang meningkatkan kehidupan pikiran seseorang, namun sekadar kegiatan merekam dan latihan fisik belaka.
3.      Metode Mencari Jawaban
Upaya sistematik setelah merumuskan rasa ingin tahu kedalam bentuk bertanya adalah dengan mencari jawaban. Terdapat beberapa metode mencari jawaban untuk menjawab pertanyaan yang muncul dari rasa ingin tahu, yaitu:
a.       Berguru
Komunikasi dengan guru sangat manusiawi karena diselenggarakan dengan nalar, rasa, bahasa, dan gerak yang telah sama-sama dipahami. Kelembagaan berguru ini berkembang menjadi suatu sistem pendidikan yang formal yang menganut paham-paham seakan-akan semakin banyak guru adalah semakin baik.
b.      Membaca buku
Menbaca buku adalah cara yang paling objektif untuk mengetahui berbagai informasi keilmuan yang merupakan kompilasi pengalaman manusia yang tertulis secara sistematik. Membaca buku dapat dilakukan oleh siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Dengan membaca buku perpindahan informasi dapat langsung terjadi dari tangan si penulis ke seluruh pembacanya.
Baca-tulis  adalah budaya dasar umat manusia untuk meningkatkan peradabannya. Oleh karena itu tingkat kemampuan membaca dan menulis adalah kemampuan dasar kemanusiaan yang tidak akan tergantikan. Kemampuan seseorang untuk membaca dan menulis harus dipelihara setiap saat. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membaca, yaitu:
1.      Kemampuan berbahasa
Kemampuan berbahasa tidak sekadar penguasaan perbendaharaan atau tata bahasa, tetapi juga mencakup kemampuan berekspresi dan apresiasi. Di samping bahasa dari berbagai bangsa yang maju tingkat keilmuannya, dalam beberapa hal matematika (ilmu pasti) juga merupakan bagian dari bahasa keilmuan, terutama untuk secara tepat mengungkapkan tingkat kepastian. Kemampuan berbahasa yang tinggi membuka peluang untuk  mengungkap pengertian yang tersurat maupun tersirat pada tingkat keseksamaan yang tinggi.
2.      Kecepatan membaca
Kemampuan untuk membaca dengan cepat ini perlu dilatih, dipelihara, dan ditingkatkan. Huruf adalah lambang bunyi, kata adalah lambang arti, kalimat adalah lambang pesan, dan alenia adalah lambang pokok pikiran. Oleh karena itu, perlu dilatih membaca alenia agar dapat menangkap pokok-pokok pikiran secara cepat dan tepat, yang bersamaan dengan itu dapat ditangkap pesan utamanya dari kalimat kunci, dan pengertian dasarnya dari kata kunci.
3.      Kemampuan untuk memilih dan membaca buku ajar (text book)
Kemampuan minimal yang harus dikuasai oleh seorang mahasiswa. Perpustakaan dengan segala tata caranya harus merupakan bagian dari kehidupan mahasiswa. Mahasiswa harus bisa menggunakan katalog atau software yang tersedia untuk penelusuran buku dan memilih buku mana yang harus dibaca. Pengertian dari setiap jenis buku harus dipahami sehingga tepat dan benar menggunakannya. Mahasiswa harus bisa membedakan mana buku ensiklopedia, buku indeks, kamus, jurnal, catatan, dan text book.
c.       Praktikum
Keinginan tahu seseorang juga seringkali dapat dijawab dengan membaca  langsung kenyataan alamnya. Dalam hal ini kita harus mampu berdialog secara alami dan secara manusiawi.
Dalam dialog manusiawi dimana lawan bicara kita adalah manusia juga maka lawan bicara mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan pikirannya sendiri dengan bahasa yang telah sama-sama diketahui. Sedangkan dialog dengan alam terlebih dahulu kita harus melakukan kompilasi logika alam ke dalam pikiran manusiawi kita.
Pelajaran Kimia, Fisika,  Biologi, dan ilmu pengetahuan alam lainnya pada dasarnya adalah proses kompilasi pikiran alam ke dalam pikiran manusia yang akan terungkap kembali saat kita berdialog dengan alam.
Berdialog dengan alam tidak mudah, mungkin paling sulit. Oleh karena itu suatu cara sistematik perlu dikembangkan, yaitu dengan cara membawa fenomena alam itu ke dalam laboratorium untuk ditelaah. Praktikum pada dasarnya adalah latihan untuk memiliki kemampuan itu, kemampuan berdialog dengan alam.
Dengan demikian praktikum bukan sekedar cara untuk melengkapi atau menyempurnakan penguasaan materi perkuliahan, melainkan menanamkan pengertian dan kemampuan dasar untuk dapat berdialog langsung dengan alam secara alami dan manusiawi.
4.      Metode SQ3R
Dalam membaca buku ajar (text book) metode SQ3R dapat digunakan, yaitu:
a.       Survey
Melihat sekilas buku dengan ilustrasinya, membaca kata pengantarnya, dan seterusnya sehingga menimbulkan rasa ingin tahu dan bertanya.
b.      Question
Bertanya-tanya tentang bahan yang akan dibahas, dalam buku ajar seringkali disiapkan daftar pertanyaan untuk membantu pembaca memandu rasa ingin tahunya.
c.       Read
Membaca secara cepat dan menyeluruh untuk menangkap pokok-pokok pikiran, tidak mengulang-ulang membaca kata atau kalimat.
d.      Review
Menelaah pokok-pokok pikiran yang penting, pesan-pesan yang penting, serta kata-kata kuncinya.
e.       Recall
      Mengulang telaahan, membahas dan menguasai permasalahannya.
5.      Ilmu dan Agama
Berbagai upaya sistematik di atas adalah upaya untuk menjawab keingintahuan dan pertanyaan berbagai hal yang bersifat fisik alamiah ilmiah, baik yang nyata dan kasat mata maupun ilmiah yang abstrak dan tidak terlihat, hasilnya adalah pemahaman ilmu alamiah dan ilmiah. Sementara itu kehidupan manusia tidak sebatas hal-hal fisik, alamiah dan ilmiah saja melainkan juga mencakup hal-hal yang metafisik dan gaib.
Dalam hal ingin memenuhi keingintahuan atas hal-hal yang gaib dan metafisik ini maka pendekatan yang paling bertanggung jawab adalah pendekatan agama dan ilahiyah, bukan sekedar mimpi atau renungan, karena pendekatan agama merujuk petunjuk guru (Nabi Allah), buku (Kitab Suci), dan pengalaman (Syariah) yang absah dan dapat ditelusuri kebenarannya.
Sesungguhnya ilmu dan agama bersumber dari Allah, dengan demikian kedua hal itu akan saling melengkapi dan menyempurnakan, akan memberikan pemahaman dari rujukan yang utuh, menyeluruh dan terpadu, tidak akan saling bertentangan.
Manusia mempunyai insting ingin mengetahui yang dimanifestasikan dalam upaya mencari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah berbagai pengetahuan manusia yang disusun secara sistematik. Secara garis besar pengetahuan terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a.       Bukan sains
b.      Sains (ilmu pengetahuan)
Ilmu pengetahuan dibangun atas dasar bukti-bukti empirik hasil penelitian ilmiah yang didalamnya tercakup sejumlah teori ilmiah. Teori ilmiah adalah teori-teori dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang berfungsi mendeskripsikan, memprediksi dan mengendalikan (mengontrol).
Teori-teori ilmiah bersifat reliable, meskipun derajat keandalannya bergantung pada keumuman dan keluasan penerapannya, dimana semakin umum penerapannya maka semakin andal teori tersebut.
Contoh teori Copernicus direvisi oleh teori  Kappler: matahari merupakan pusat peredaran planet yang beredar mengelilingi matahari dengan garis edar berbentuk lonjong (elips). Kemudian teori tersebut direvisi lagi oleh teori Newton: sistem planet dengan matahari sebagai pusatnya disertai berbagai rumus-rumus matematika. Teori relatifitas Einstein dianggap lebih andal dibandingkan dengan teori Newton, karena teori relativitas mampu menjelaskan tentang gerak benda yang kecepatannya melebihi kecepatan cahaya dan mampu menjelaskan tentang gerak molekul dan atom.
E.     Mewujudkan Masyarakat Belajar
Secara fisiologis manusia adalah makhluk sosial dan makhluk pembelajar. Ini berarti bahwa setiap manusia perlu pendidikan dan perlu belajar sepanjang kehidupannya. Sebagai bagian dari tujuan pembangunan manusia seutuhnya. Pendidikan merupakan hak kemanusiaan setiap warga negara dan harus dipenuhi oleh negara tersebut. Hal ini seperti yang tertuang dalam UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi “Negara berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Seperti juga yang tertuang dalam amanat Undang-Undang No. 2 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional, penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan pada masyarakat mutlak diperlukan dalam rangka mewujudkan pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan pada masyarakat dapat meningkatkan kecakapan hidup, keterampilan hidup, sikap wirausaha dan kompetensi yang dimiliki oleh manusia.
Pendidikan pada masyarakat juga memiliki beberapa karakteristik antara lain:
1.      Tujuan pendidikan masyarakat adalah memenuhi kebutuhan belajar yang fungsional bagi kehidupan sehari-hari.
2.      Hasil belajar dapat diterapkan langsung dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Lamanya penyelengaraan program relatif singkat tergantung pada kebutuhan warga belajar untuk meningkatkan mutu dan taraf hidupnya.
4.      Waktu kegiatan disesuaikan dengan kesempatan yang dimiliki warga belajar.
5.      Kurikulum bervariasi dan fleksibel sesuai dengan perbedaan kebutuhan warga belajar dan potensi yang tersedia di masyarakat.
6.      Kegiatan pembelajaran berpusat pada warga belajar, dengan lebih menekankan kecakapan dan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
7.      Kegiatan pembelajaran menekankan pada inisiatif dan partisipasi warga belajar, dengan melibatkan masyarakat sekitar.
8.      Hubungan antara tutor dan warga belajar bersifat sejajar atas dasar kefungsian.
9.      Pembinaan program dilakukan secara demokratis antara tutor warga belajar, dan pihak lain yang berpartisipasi.
Adapun untuk mewujudkan masyarakat belajar ada beberapa program yang dapat dilaksanakan antara lain:
a.       Program pengembangan keahlian dan peningkatan kualitas pengelola lembaga pendidikan. Program ini dilaksanakan berdasarkan variasi latar belakang pengelola lembaga pendidikan, serta variasi kondisi geografis dan potensi sumber daya alam yang ada di masing-masing daerah.
b.      Pemberantasan buta aksara. Masalah buta aksara kadang dianggap masalah biasa, padahal masalah ini sangat terkait dengan mutu suatu bangsa di mata Internasional.
c.       Sebagai pembentuk generasi baru yang berkarakter dan berdaya saing tinggi. Sebagai wadah dalam mempersiapkan SDM yang berkualitas, berwawasan, dan berintelektual tinggi.
d.      Sebagai pewaris budaya dari pembinaan satu tahapan dari generasi satu ke generasi berikutnya.
Program mewujudkan masyarakat belajar perlu kerjasama dari berbagai pihak baik dari masyarakat itu sendiri ataupun dari pemerintah, baik pemerintah daerah ataupun pusat. Dengan adanya kerjasama dari berbagai pihak diharapkan mewujudkan masyarakat belajar bukan hal yang tidak mungkin.

F.     Upaya Mewujudkan Masyarakat Belajar
Untuk mewujudakan masyarakat belajar, perlu adanya strategi-strategi pendidikan sepanjang hayat. Strategi dalam rangka pendidikan sepanjang hayat itu meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.      Konsep-Konsep Kunci Pendidikan Sepanjang Hayat
Dalam pendidikan sepanjang hayat dikenal adanya 4 macam konsep kunci, yaitu:
a.       Konsep pendidikan sepanjang hayat itu sendiri.
Sebagai suatu konsep, maka pendidikan sepanjang hayat diartikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman pendidikan. Hal ini berarti pendidikan akan meliputi seluruh rentangan usia dari usia yang paling muda sampai paling tua, dan adanya basis yang mendasari persekolahan konfensional.
b.      Konsep belajar sepanjang hayat
Dalam pendidikan sepanjang hayat berarti pelajar belajar karena respon terhadap keinginan yang didasari untuk belajar dan angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi yang membantu belajar. Jadi, istilah belajar ini merupakan kegiatan yang dikelola walaupun tanpa organisasi sekolah dan kegiatan ini justru mengarah pada penyelengaraan asas pendidikan sepanjang hayat.
c.       Konsep pelajar sepanjang hayat
Belajar sepanjang hayat dimaksudkan adalah orang-orang yang sadar tentang diri mereka sebagai pelajar sepanjang hayat, melihat belajar baru sebagai cara yang logis untuk mengatasi problema dan terdorong untuk belajar di seluruh tingkat usia dan menerima tantangan dan perubahan sepanjang hayat sebagai pemberi kesempatan untuk belajar baru.
Dalam keadaan demikian perlu adanya sistem pendidikan yang bertujuan membantu perkembangan orang-orang secara sadar dan sistematik merespons untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka sepanjang hayat.
d.      Kurikulum yang membantu pendidikan sepanjang hayat
Kurikulum, dalam hubungan ini, didesain atas dasar prinsip pendidikan sepanjang hayat betul-betul telah menghasilkan pelajar sepanjang hayat yang secara berurutan melaksanakan belajar sepanjang hayat. Kurikulum yang demikian, merupakan kurikulum praktis untuk mencapai tujuan pendidikan dan mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan sepanjang hayat.
2.      Arah Pendidikan Sepanjang Hayat
Pada umumnya pendidikan sepanjang hayat diarahkan pada orang-orang dewasa dan pada anak-anak dalam rangka penambahan pengetahuan dan keterampilan mereka yang sangat dibutuhkan di dalam pendidikan.
a.       Pendidikan sepanjang hayat kepada orang dewasa
Sebagai generasi penerus, kaum muda atau dewasa membutuhkan pendidikan sepanjang hayat ini dalam rangka pemenuhan “self interest” yang merupakan tuntutan hidup mereka sepanjang masa. Diantara self interest tersebut, kebutuhan akan baca tulis bagi mereka umumnya dan latihan keterampilan bagi para pekerja, sangat membantu mereka untuk menghadapi situasi dan persoalan-persoalan penting yang merupakan kunci keberhasilan.
b.      Pendidikan sepanjang hayat bagi anak
Pendidikan sepanjang hayat bagi anak, merupakan sisi lain yang perlu memperoleh perhatian dan pemenuhan oleh karena anak akan menjadi “tempat awal” bagi orang dewasa nantinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Program kegiatan disusun mulai dari peningkatan kecakapan baca tulis, keterampilan dasar dan mempertinggi daya pikir anak, sehingga memungkinkan anak terbiasa untuk belajar, berpikir kritis dan mempunyai pandangan kehidupan yang dicita-citakan pada masa yang akan datang.














BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari yang telah diuraikan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan penerapan pendidikan sepanjang hayat dalam mewujudkan masyarakat belajar adalah sebagai berikut:
1.      Belajar sepanjang hayat adalah belajar seumur hidup yang merupakan kebutuhan manusia dalam usaha mengembangkan diri serta mempertahankan eksistensinya adalah melalui belajar yang dilakukan sepanjang hayatnya. Tanpa belajar, manusia akan mengalami kesulitan baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun dalam memenuhi tuntutan hidup dan kehidupan yang selalu berubah.
2.      Dasar-dasar pendidikan sepanjang hayat yaitu, dasar-dasar filosofis, dasar-dasar psikofisis, dan dasar-dasar sosio-budaya.
Tujuan pendidikan sepanjang hayat yaitu:
a.       Tujuan untuk pendidikan manusia seutuhnya dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin.
b.      Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup. Adapun aspek pembawaan (potensi manusia), seperti: potensi jasmani (fisiologis dan pancaindera) dan potensi rohaniah (psikologis dan budi nurani).
3.      Alasan diperlukannya pendidikan sepanjang hayat adalah karena alasan keadilan, faktor ekonomi, faktor sosial, faktor perkembangan iptek, dan sifat pekerjaan.
4.      Masyarakat belajar (Learning Community) adalah pembelajaran yang dilakukan kepada masyarakat dalam bentuk kelompok-kelompok. Hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama. Masyarakat belajar merupakan upaya untuk lebih melibatkan masyarakat dalam upaya-upaya membangun pendidikan untuk kepentingan masyarakat dalam menjalankan perannya dalam kehidupan.
5.      Program mewujudkan masyarakat belajar adalah pengembangan keahlian dan peningkatan kualitas pengelola lembaga pendidikan, pemberantasan buta aksara, pembentukan generasi baru yang berkarakter dan berdaya saing tinggi, membentuk pewaris budaya dari pembinaan satu tahapan dari generasi satu ke generasi berikutnya. Program ini perlu kerjasama dari berbagai pihak baik dari masyarakat itu sendiri ataupun dari pemerintah, baik pemerintah daerah ataupun pusat.
6.      Upaya untuk mewujudkan masyarakat belajar adalah:
a.       Konsep-konsep kunci kendidikan sepanjang hayat
1.      Konsep pendidikan sepanjang hayat itu sendiri.
2.      Konsep belajar sepanjang hayat.
3.      Konsep pelajar sepanjang hayat.
4.      Kurikulum yang membantu pendidikan sepanjang hayat.
b.      Arah pendidikan sepanjang hayat
1.      Pendidikan sepanjang hayat kepada orang dewasa.
2.      Pendidikan sepanjang hayat bagi anak.

B.     Saran
Konsep tentang pendidikan sepanjang hayat diharapkan akan mengubah pandangan masyarakat bahwa pendidikan bukan hanya belajar di sekolah formal saja, melainkan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, misalnya di lingkungan keluarga dan masyarakat. Untuk mendukung konsep tentang pembelajaran sepanjang hayat, dibutuhkan peran aktif dari masyarakat dan pemerintah. sehingga konsep pendidikan sepanjang hayat dapat terealisasikan dengan baik.











DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. ” Filosofi Pendidikan masyarakat”.
(
http://www.glorianet.org/kolom/koloalla.html, diakses 10 Desember 2012).
Anonim. 2012. ”Pendidikan Seumur Hidup”. (
http://my.opera.com, diakses 10 Desember 2012).
Anonim. 2012. “Belajar Seumur Hidup”. (
http://gurupkn.wordpress.com, diakses 10 Desember 2012).
Syuhada, Achmad, Roosdi. 1988. Bimbingan dan Konseling dalam Masyarakat dan Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Depdikbud.
Joesoef, Soelaiman. 1986. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: PT Bumi Aksara.
Drs. Gino, dkk. 1999. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: Depdikbud.


2 komentar:

  1. mba Dyah Maya Rikawati, ijin copas makalah buat referensi yaa..terimakasih

    BalasHapus
  2. mba Dyah Maya Rikawati, ijin copas makalah buat referensi yaa aku juga mba ..terimakasih

    BalasHapus