BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Teori pemrosesan informasi ini didasari oleh asumsi bahwa
pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran
terjadi proses informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan bentuk hasil
belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu
keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan
proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran.Tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase:1) Motifasi, 2)
Pemahaman, 3) Pemerolehan, 4) Penyimpanan, 5) Ingatan kembali, 6) Generalisasi,
7) Perlakuan, 8) Umpan Teori Pemrosesan Informasi
Informasi adalah pengetahuan yang didapat dari pembelajaran,
pengalaman atau instruksi. Dalam beberapa hal pengetahuan tentang situasi yang
telah dikumpulkan atau diterima melalui proses komunikasi, pengumpulan
intelejan dan didapatkan dari berita, juga disebut informasi. Informasi yang
berupa koleksi data dan fakta dinamakan informasi statistik. Dalam bidang ilmu
komputer, informasi adalah data yang disimpan, diproses atau ditransmisikan.
Penelitian ini memokuskan pada definisi informasi sebagai pengetahuan yang
didapatkan dari pembelejaran, pengalaman, dan instruksi.
Model pemrosesan informasi beranggapan bahwa anak-anak
mempunyai kemampuan yang lebih terbatas dan berbeda dengan orang dewasa.
Anak-anak tidak dapat menyerap banyak informasi, kurang sistematis dalam hal
informasi apa yang diserap, tidak banyak mempunyai strategi untuk mengatasi
masalah, tidak mempunyai banyak pengetahuan mengenai dunia yang diperlukan
untuk memahami masalah, dan kurang mampu memonitor kerja proses kognitifnya.
Perkembangan anak yang optimal merupakan tujuan para
psikolog perkembangan, maka sangat relevan jika individu-individu yang
berkecimpung dibidang ini melakukan penelitian yang tujuanya bermuara pada
meningkatkan kemampuan pemrosesan informasi.
Salah satu teori kognitif yang menjelaskan proses belajar
pada diri seseorang yang berkenaan dengan tahap-tahap proses pengolahan
informasi adalah teori pemrosesan informasi. Menurut teori ini proses belajar
tidak berbeda halya dengan proses menerima,menyimpan dan mengungkapken kembali
dengan informasi-informasi yang telah diterima sebelumnya. Genjala-gejala
tentang belajar dapat dijelaskan jika proses belajar itu dianggap sebagai
proses transformasi masukan menjadi keluaran. Jadi, proses belajar tersebut
mirip dengan apa yang terjadi pada sebuah komputer.
Berbagai pemahaman tentang belajar telah benyak dikemukakan
oleh para ahli dari berbagai aliran. Paparan ini mencoba menyajikan pemahaman
tentang belajar dari sudut pandang teori pemrosesan informasi. Proses belajar
menurut teori ini meliputi kegiatan menerima, menyimpan dan mengungkapkan
kembali informasi-informasi yang telah diterima. Belajar tidaklah hanya apa
yang anda lihat, yang penting bagaimana proses kognitif itu terjadi dalam diri
pembelajar.
B. Rumusan Masalah
Untuk mendapatkan makalah yang terarah diperlukan adanya
rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang di atas dapat kita rumuskan masalah
yang ada sebagai berikut :
1.
Bagaimana konsep dari teori
pemrosesan informasi?
2.
Bagaimana penerapan teori pemrosesan
informasi di kelas?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
Pemakalah
harus memiliki tujuan yang jelas. Pemakalah dalam hal ini memiliki tujuan
mengetahui tentang konsep dasar dari teori pemrosesan informasi dan penerapan
teori pemrosesan informasi di kelas.
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoretis dan secara praktis.
1.
Manfaat Teoretis
a.
Hasil penelitian ini daharapkan
dapat bermanfaat untuk dijadikan acuan jika akan diadakan penelitian lanjutan.
b.
Hasil penelitian ini daharapkan
bermanfaat bagi kalangan mahasiswa dan pembaca yaitu menambah wawasan,
pengetahuan tentang teori pemrosesan informasi.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi peneliti diperoleh manfaat dan
penerapan dari teori pemrosesan informasi di kelas.
b.
Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran tentang teori pemrosesan informasi.
c.
Bagi masyarakat dapat dijadikan
sebagai informasi dan pengetahuan tentang teori pemrosesan informasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Dasar Teori pemrosesan
Informasi
Pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja
disimpan pada memori panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara tersusun.
Tahapan pemahaman dalam pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus pada
bagaimana pengatahuan baru yang dimodifikasi.
Urutan dari penerimaan informasi dalam diri manusia
dijelaskan sebagai berikut: pertama, manusia menangkap informasi dari
lingkungan melalui organ-organ sensorisnya yaitu: mata, telinga, hidung dan
sebagainya. Beberapa informasi disaring pada tingkat sensoris, kemudian sisanya
dimasukkan dalam ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek mempnyai
kapasitass pemeliharaan informasi yang terbatas sehingga kandungannya harus
diproses secara sedemikian rupa (misalnya dengan pengulangan atau pelatihan), jika
tidak akan lenyap dengan cepat.
Bila diproses, informasi dari ingatan jangka pendek dapat
ditransfer dalam ingatan jangka panjang. Ingatan jangka panjang merukan hal
penting dalam proses belajar. Karena ingatan jangka panjang merupakan tempat
penyimpanan informasi yang faktual (disebut pengetahuan deklaratif) dan
informasi bagaimana cara mengerjakan sesuatu.
Tingkat pemrosesan stimulus informasi diproses dalam
berbagai tingkat kedalaman secara bersamaan bergantung kepada karakternya.
Semakin dalam suatu informasi diolah, maka informasi tersebut akan semakin lama
diingat. Sebagai contoh, informasi yang mempunyai imaji visual yang kuat atau
banyak berasosiasi dengan pengetahuan ynag telah ada akan diproses secara lebih
dalam. Demikian juga informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses
dari pada stimuli atau kejadian lain di luar pengamatan. Dengan kata lain,
manusia akan lebih mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau
hal-hal yamg menjadi perhatiannya karena hal-hal tersebut diproses secara lebih
mendalam dari pada stimuli yang tidak mempunyai arti atau tidak menjadi
perhatiannya.
Pengulangan memegang peranan penting dalam pendekatan model.
Penyimpanan juga dianggap penting dalam pendekatan model tingkat pemrosesan.
Namun hanya mengulang-ulang saja tidak cukup untuk mengingat. Untuk memperoleh
tingkatan yang lebih dalam, aktivitas pengulangan haruslah bersifat elaboratif.
Dalam hal ini, pengulangan harus merupakan sebuah proses pemberian makna dari
informasi yang masuk.
B.
Penerapan Teori Pemrosesan Informasi
Di Kelas
Dalam sensori input dan sensori register infomasi hanya
beberapa detik, sangat singkat, didapat dari penglihatan, sentuhan dan lain
sebagainya. Dio dalam short term memory, informasi tersebut akan ada dalam
beberapa detik antara 20-30 detik, ada rehaorsal buffer yang diulang terus
menerus dihubungkan dengan informasi lain yang telah ada dalam ingatan.
Sedangkan dalam long term memory, waktunya adalah berhario-hari,
berbulanp-bulan, bertahun-tahun dan sepanjang masa; informasi yang tidak
terproses dengan baik akan hilang atau terlupakan; pada saat kita mengingat
sesuatu segala items akan tergambar di sini. Dari penjelasan di atas dapat
diuraikan sebai berikut:
1.
Dari lingkungan, pembelajar mendapat
rangsangan yang mengativasikan reseptor dan transformasikan pada informasi
saraf. Pada awalnya informasi ini masuk ke dalam struktur yang disebut sensory
register (SR) dan tersimpan dalam waktu yang sangat singkat dalam hitungan
perseratus detik.
2.
Tidak seluruh gambaran informasi
yang direkam dalam SR akan bertahan, karena informasi tersebut ditrasformasikan
ke dalam bentuk rangsang melalui proses persepsi selektif, yaitu proses
pemberian perhatian terhadap gambaran tertentu dari informasi yang ada dalam SR
dan mengabaikan informasi lain (misalnya: tekstur, kemiringa, objek tiga
dimensi dsb). Proses persepsi selektif ini membentuk jenis input baru yang akan
masuk ke dalam short term memory storage (STM).
3.
Dalam STM, informasi akan bertahan
sampai sekitar 20 detik. Ada dua bentuk penyimpanan dalam STM, yaitu:
a).Bentuk akustis (informasi yang secara internal didengar
oleh pembelajar.
b).bentuk artikulator (pembelajar mendengar dirinya sendiri
mengatakan informasi). Sebagai contoh, saat seseorang mengingat nomor telepon
karena akan menelepon, maka ia akan mendengarkan dirinya sendiri mengulang
nomor tersebut. Kapasitas STM terbatas, item bisa berupa huruf, angka, atau
kata dengan satu suku kata. Bila kapasitasnya sudah terisi penuh, maka item
lama akan terbuang saat ada item baru masuk.
4. Dalam STM, ada suatu proses yang disebut rehearsal,
yaitu: suatu proses pengulangan mental (pengulangan secara tenang) dari informasi.
Proses rehearsal ini, selain membantu memperpanjang masa bertahannya informasi
dalam STM, juga membantu dalam pengkodean informasi, sehingga akan bisa masuk
(menjadi input) ke dalam struktur berikutnya, yaitu: long term memory
stotage (LMT) tapi tidak membentu dalam meningkatkan jumlah item yang
disimpan dalam STM.
5. Transformasi informasi yang paling oenting terjadi saat
informasi keluar dari STM dan masuk ke dalam LTM. Proses ini disebut pengkodean
(encoding). Informasi yang terdapat dalam STM demgam gfambaran perspektual
tertentu ditransformasikan ke dalam bentuk konseptual, bentuk yang bermakna.
Jadi informasi tidak lagi disimpan dalam bentuk suara atau bentuk rupa, tapi
sebagai konsep yang diketahui maknanya dan dapat dirujuk dengan cepat dalam
lingkungan pembelajar. Informasi yang disimpan ini diorganisasikan dalam
berbagai cara, tidak hanya dikumpulkan.
6. Penyimpanan dalam LTM bersifat permanen. Tetapi, karena
berbagai faktor informasi-informasi tersebut bisa jadi tidak dapat akses,
misalnya karena interferensi antara memori lama dengan memori baru. Salah satu
contoh akibat kesulitan mengakses informasi dari LTM ini adalah terjadinya
lupa.
7. Untuk menemukan kembali informasi dari LTM biasanya
dibutuhkan adanya cues baik melalui situasi eksternal maupun oleh si pembelajar
itu sendiri (dari sumber memori lain) cues ini diperlukan untuk memasangkan
atau mengaitkan apa yang telah dipelajari sehingga informasi yang dicari dapat
dikenali dan ditemukan kembali.
8. Recall dari apa yang sudah dipelajari dapat terjadi
segera setelah proses belajar terjadi, tapi bisa pula tertunda. Kadang
membutuhkan rekontruksi dari kejadian yang perlu diingat.
9. Transfer of Learning terjadi bila recall terhadap apa
yang dipelajari mencakup aplikasi terhaap situasi atau masalah baru. Dalam hal
ini seseorang yang perlu menerapkan pengetahuan atau ketrampilannya dalam
situasi masalah baru harus mengarahkan suatu proses pencarian yang lebih
kompleks dari pada menggunakannya pada situasi atau masalah yang biasa ditemui.
10. STM juga memiliki peran sebagai memori aktif atau memori
kerja yang sangat penting. Proses pencarian dapat dilakukan dalam memori kerja
untuk menemukan kembali bahan-bahan yang disimpan dalam LTM. Sebagai hasilnya,
bahan tersebut dapat kembali ke dalam memori kerja dalam suatu bentuk yang
dapat disimpan dan dipasangkan dengan input yang baru diterima.
11. Generator respon menentukan, partama, bentuk dasar dari
respon manusia, yaitu apakah muncul dalam bentuk perkataan, otot besar tubuh,
otot kecil tangan atau lainnya. Kedua menentukan pola dari performance, urutan
dan waktu dari gerakan yang masuk tindakan. Secara umum proses yang dihubungkan
dengan generator respon menjamin bahwa performance akan terorganisasikan.
12. Tahapan berikutnya adalah aktifasi dari efektor; pola
aktivitas yang dapat diamati secara eksternal.
Dalam
kegiatan belajar seseorang, menurut teori pemrosesan informasi terdapat efek
eksternak yang mempengaruhi, yaitu:
a)
Kejadian eksternal bisa
mempromosikan belajar dan memori dalam jangka waktu yang sangat singkat sebelum
sesuatu disimpan. Proses yang terjadi dalam pembelajaran berkait dengan
memasukkan stimulus yag relevan ke dalam belajar. Tahapan persiapan ini terdiri
atas; pertama kewaspadaan terhadap rangsang yang disebutsebagai perhatian.
Kedua; persepsi selektif. Merupakan proses penyarinagan dan pengorganisasian
yang sangat penting dari rangsang, yang membawa pada seluruh penyimpanan dari
ciri rangsang yang relevan dalam STM. Dari sinilah informasi yang telah
ditransformasikan kembali (diberi kode) untuk bisa masuk ke dalam LTM.
b)
Untuk belajar, pertama pembelajar
haruslah menerima stimulus artinya panca indera mereka harus diarahkan pada
sumber stimulasi dan mereka harus siap menerimanya. Memberikan perhatian merupakan
langkah awal dalam belajar yang dapat dideteksi dengan mengamati apa yang
dilihat atau didengarkan oleh pembelajar. Stimulasi eksternal yang menghasilkan
kewaspadaan bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya membuat keadaan
menjadi lebih terang atau mengeraskan suara. Secara umum membuat perubahan
tiba-tiba, baik meningkatkan maupun menurun, merupakan stimulus yang efektif
untuk membuat pembelajar wapada.
c)
Persepsi selektif bisa diarahkan
dengan intruksi verbal atau bentuk stimulasi lainnya. Misalnya, pada teks
bacaan persepsi selektif bisa diarahkan dengan membuat garis bawah atau cetak
miring pada kata tertentu yang harus diperhatikan.
Adapun implikasi teori pemrosesan informasi terhadap
kegiatan pembelajaran adlah sebagai berikut:
1.
Model pemrosesan informasi dari
belajar dan ingatan memiliki signifikasi yang besar bagi perencanaan dan desain
pembelajaran dalam proses pemndidikan. Belajar dimulai dengan pemasukan
stimulasi dari reseptor dan diakhiri dengan umpan balik yang mengikuti
performance pembelajar. Diantara kejadian-kejadian ini ada beberapa tahapan
dari pemrosesan internal. Pembelajaran tidak hanya merupakan prose sederhana
dari penyajian stimulus, melainkan merupakan komposisi dari berbagai jenis
stimulasi eksternal yang berbeda, yang mempengaruhi beberapa proses belajar
yang berbeda.
2.
Secara keseluruhan stimulasi yang
diberikan kepada pembelajar selama pembelajaran berfungsi mensupport yang
terjadi pada pembelajaran. Kejadian eksternal yang disebut pembelajaran
bisa mendukung proses internal dengan mengakyifkan mental set (keadaan mental)
yang mempengaruhi perhatian dan persepsi seklektif. Kejadian eksternal bisa
meningkatkan proses internal dengan memberikan pengorganisasian yang dibuat
oleh pembelajar. Pembelajar juga memantapkan pengioperasian proses pengendali
tindakan, seperti harapan akan hasil performance.
BAB III
ANALISIS KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
A.
Analisis Kelebihan
Dengan manggunakan teori pemprosesan informasi akan membantu
meningkatkan keaktifan siswa untuk berfikir dalam kegiatan pembelajaran. Siswa
akan berusaha mengaitkan suatu kejadian atau proses pembelajaran yang menarik
dengan materi yang disampaikan, karena dalam teori pemprosesan informasi guru
atau pendidik di tuntut untuk kreatif dalam memberikan pengajaran terhadap
peserta didik. Yang dimaksud guru kreatif tersebut adalah guru mampu menyajikan
materi pembelajaran dengan menggunakan alat bantu dan metode penyampaian yang
dapat menarik siswa sehingga, siswa akan mudah mengingat dan memahami materi
yang di sampaikan.
B.
Analisis Kelemahan
Jika seorang guru tidak nbisa menyampaikan meteri
pembelajaran dengan metode dan alat bantu yang dapat menarik siswa, maka proses
pembelajaran akan terasa membosankan. Sehingga tidak akan menarik perhatian
siswa yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Selain itu
apabila menghadapi siswa atau peserta didik yang benar-benar tidak mampu diajak
untuk aktif berfikir maka akan terjadi ketidak singkronan antara pendidik dan
peserta didik sehingga tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.
BAB IV
KESIMPULAN
Teori pemprosesan informasi menyatakan bahwa hanya sedikit
informasi yang dapat diolah dalam memori kerja setiap saat. Terlalu banyak
elemen bisa sangat membebani memori kerja sehingga menurunkan keefektifan
pengolahan informasi. Jika penerima diharuskan membagi perhatian mereka
diantara, dan mengintegrasikan secara mental dua atau lebih sumber-sumber
informasi yang berkaitan misalnya, teks dan diagram, proses ini mungkin
menempatkan suatu ketegangan yang tidak perlu pada memori kerja yang terbatas
dan menghambat pemerolehan informasi
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, Asih. 2005. Belajar
danPembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Putra,
Yovan. 2008. Memori dan Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrama Widya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar