Selasa, 31 Desember 2013

bahasa indonesia


KETERAMPILAN BERBAHASA

A.    Hakikat Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai setiap orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting dalam menentukan kesuksesan mereka berkomunikasi.
Dalam berkomunikasi kita menggunakan keterampilan berbahasa yang telah kita miliki, seberapa pun tingkat atau kualitas keterampilan itu. Ada orang yang memiliki keterampilan berbahasa secara optimal sehingga setiap tujuan komunikasinya mudah tercapai. Namun, ada pula orang yang tingkat keterampilannya sedang ataupun rendah, sehingga tujuan komunikasinya terkadang menjadi kurang tercapai dengan maksimal. Kondisi tersebut tidak terlepas dari pembawaan manusia itu sendiri. Akan tetapi, tingkat keterampilan berbahasa seseorang dapat dikembangkan dengan cara berlatih

Proses Komunikasi
Pengirim pesan aktif memilih pesan yang akan disampaikan, memformulasikannya dalam bentuk lambang-lambang berupa bunyi atau tulisan. Proses ini disebut encoding. Kemudian, lambang berupa bunyi atau tulisan tersebut disampaikan kepada penerima. Selanjutnya penerima pesan aktif menerjemahkan lambang-lambang bunyi atau tulisan tersebut menjadi makna sehingga pesan tersebut dapat diterima secara utuh. Proses ini disebut decoding. Jadi, kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut harus sama-sama memiliki keterampilan, yaitu si pengirim harus memilih lambang-lambang guna menyampaikan pesan dan si penerima harus terampil memberi makna terhadap lambang yang berisi pesan yang disampaikan.
Dalam komunikasi dua arah, A sebagai pengirim pesan akan melakukan proses encoding, yaitu A akan memilih pesan yang akan disampaikan dan mengubahnya dalam bentuk lambang-lambang berupa bunyi ataupun tulisan. Kemudian B sebagai penerima pesan akan melakukan proses decoding, yaitu B menerjemahkan lambang yang diterimanya menjadi sebuah pesan utuh. Selanjutnya, setelah si B mengerti isi pesan yang disampaikan oleh si A, maka ia akan mencoba memberi umpan balik dengan memberi respon kepada si A. Dalam hal ini si B akan melakukan proses encoding, sementara si A akan melakukan proses decoding.
Selain komunikasi satu arah dan dua arah, ada pula komunikasi multiarah. Komunikasi multiarah biasa terjadi pada saat kita sedang melakukan diskusi kelompok, proses perkuliahan, kegiatan belajar mengajar di kelas, dan lain-lain.
Dalam berkomunikasi, si pengirim mungkin menyampaikan pesan berupa pikiran, perasaan, fakta, kehendak dengan menggunakan lambang-lambang berupa bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan. Dengan kata lain, dalam proses encoding, si pengirim mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi yang diucapkan. Selanjutnya, pesan yang diformulasikan dalam wujud bunyi-bunyi tersebut disampaikan kepada penerima. Aktivitas tersebut biasa kita kenal dengan istilah berbicara. Di pihak lain, si penerima melakukan aktivitas decoding berupa pengubahan bentuk-bentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi lisan tersebut kembali menjadi pesan. Aktivitas tersebut biasa kita sebut dengan istilah menyimak.
Ada pula pengirim menyampaikan pesan itu dengan menggunakan lambang-lambang berupa tulisan. Dalam proses encoding, si pengirim mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa tertulis, kemudian dikirimkan kepada penerima. Aktivitas tersebut biasa kita sebut dengan istilah menulis. Kemudian, si penerima dalam proses decoding berupaya memaknai bentuk-bentuk bahasa tertulis itu sehingga  pesan dapat diterima secara utuh. Aktivitas tersebut kita kenal dengan istilah membaca.


B.     Manfaat Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa sangat bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi di masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan bermasyarakat yang keberhasilannya antara lain tergantung pada tingkat keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang, misalnya profesi sebagai manager, jaksa, pengacara, guru, dan wartawan.
Dapat dibayangkan apabila orang-orang yang berprofesi demikian tidak memiliki kemampuan berbahasa. Mereka akan mengalami banyak kesulitan dalam menjalankan profesinya. Mereka tidak dapat mengungkapkan pikiran, tidak dapat mengekspresikan perasaan, tidak dapat melaporkan fakta-fakta yang diamatinya, dan masih banyak kesulitan-kesulitan lainnya. Sehingga pekerjaan mereka akan mengalami gangguan dan menjadi kurang berhasil.


C.    Aspek Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa mencakup empat keterampilan sebagai berikut.
1.      Keterampilan menyimak
2.      Keterampilan berbicara
3.      Keterampilan membaca
4.      Keterampilan menulis
Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan satu sama lain, sehingga untuk mempelajari salah satu keterampilab berbahasa, beberapa keterampilan berbahasa lainnya juga akan terlibat.
Dalam memperoleh keterampilan berbahasa biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak atau mendengarkan bahasa, kemudian berbicara, membaca, dan menulis. Dengan demikian, rangkaian pemerolehan keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, kemudian menulis.

1.      Keterampilan Menyimak
Pengertian menyimak hampir sama maknanya dengan mendengar dan mendengarkan. Mendengar adalah menangkap bunyi dengan telinga tanpa perencanaan, secara kebetulan, dan tanpa ada unsur kesengajaan. Mendengarkan adalah mendengar sesuatu dengan sungguh-sungguh namun belum ada tingkat pemahaman yang dilakukan. Sementara menyimak adalah mendengarkan dan memperhatikan baik-baik dengan faktor kesengajaan guna memperoleh pemahaman dan pengertian terhadap apa yang disampaikan oleh seseorang.
Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan lisan yang bersifat reseptif. Kegiatan menyimak selalu kita lakukan di mana saja dan kapan saja, bahkan setiap hari kita melakukannya. Baik di lingkungan keluarga, lingkungan belajar, tempat kerja, maupun dalam masyarakat.
Menyimak bukan merupakan suatu proses yang pasif, melainkan suatu proses yang aktif dalam mengonstrusikan suatu pesan dari suatu arus bunyi yang diketahui oleh orang sebagai potensi-potensi fonologis, semantik, sintaksis suatu bahasa. Pada saat penyimak mendengar bunyi bahasa, pada saat itu pula mental seseorang aktif bekerja, mencoba memahami, menafsirkan apa yang disampakan pembicara, dan memberinya respon. Pada dasarnya respon yang diberikan itu akan terjadi setelah adanya integrasi anatara pesan yang didengar bengan latar belakang pengetahuan dan pengalaman penyimak.
Kualitas menyimak seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor fisik, psikologis, pengalaman, sikap, motivasi, jenis kelamin, lingkungan, dan peranan dalam masyarakat (Tarigan, 2006: 98). Untuk dapat menyimak dengan baik, seorang penyimak harus berada pada kondisi yang siap untuk menyimak karana menyimak dengan baik menuntut perhatian, pikiran, penalaran, penafsiran, dan imajinasi.
Ada beberapa macam tujuan menyimak, pada umumnya yaitu untuk mendapatkan fakta, menganalisis fakta, mengevaluasi fakta atau informasi yang ada, mendapatkan inspirasi, mendapatkan hiburan, dan memperbaiki kemampuan berbicara.
Ada dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu situasi menyimak secara interaktif dan situasi menyimak secara noninteraktif. Menyimak secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon. Dalam menyimak jenis ini kita melakukan aktivitas menyimak dan berbicara secara bergantian. Sehingga kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian, contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif yaitu mendengarkan radio, TV, film, khotbah, atau menyimak dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi menyimak noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.

Keterampilan mikro dalam menyimak:
1.      Menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek.
2.      Berupaya membedakan bunti-bunyi yang yang membedakan arti dalam bahasa target.
3.      Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intinasi, menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata.
4.      Membedakan dan memahami arti dari kata-kata yang didengar.
5.      Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus
6.      Mendeteksi kata kunci yang mangidentifikasi topic dan gagasan.
7.      Mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi dan unsure-unsur lainnya.

Ragam Menyimak
Secara garis besar, menyimak dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.      Menyimak Ekstensif
                  Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru.
Menyimak ekstensif terdiri dari:
a.  Menyimak sosial adalah menyimak yang berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol mengenai suatu hal yang menarik dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang disampaikan oleh seorang rekan. Contoh: pada saat kita sedang mengobrol dengan teman atau saudara kita.
b.  Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak kebetulan dan secara ekstensif.
c.        Menyimak estetik adalah fase terakhir dalam kegiatan menyimak kebetulan.
d.     Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai suatu bahasa.
2.      Menyimak Intensif
                  Menyimak intensif adalah jenis menyimak yang pelaksanaannya diarahkan pada suatu kegiatan yang lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu.
                  Menyimak intensif terdiri dari:
a.   Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupaya untuk mencari kesalahan dan kekeliruan bahkan juga butir-butir baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat. Seorang penyimak kritis dikatakan berhasil jika dia mampu membedakan antara fakta dan opini dan akan mampu membuat simpulan sebagai hasil simakan, serta mampu menafsirkan makna ungkapan yang terdapat dalam bahan simakan. Contoh: menyimak ketika sedang berlangsung kegiatan diskusi kelompok di kelas.
b.  Menyimak kreatif adalah sejenis kegiatan menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa yang disimaknya. Penyimak kreatif dituntut mampu menirukan bunyi-bunyi atau lafal yang disimaknya, dan juga mampu mengungkapkan makna tersirat dari bahan simakan. Contoh: pada saat kita sedang menyimak suatu cerita di televisi atau video.
c.       Menyimak eksploratif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan sempit serta menemukan gagasan/informasi bidang-bidang tertentu, kemudian dikembangkan menjadi topik-topik baru.
d.     Menyimak interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentratif dan seleksi, pemusatan perhatian, dan pemulihan butir-butir dari ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan sebanyak mungkin pertanyaan. Contoh: menyimak yang dilakukan oleh polisi ketika sedang melakukan interogasi terhadap pelaku kejahatan yang telah tertangkap.
e.  Menyimak selektif adalah menyimak yang dilakukan sebagai pelengkap kegiatan menyimak pasif guna mengimbangi isolasi kultural dan tendensi kita untuk menginterpretasikan kembali semua yang kita dengar dengan bantuan bahasa yang telah kita kuasai.
f.       Menyimak konsentratif adalah menyimak yang kegiatannya sejenis telaah.


2.      Keterampilan Berbicara
            Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif. Sehubungan dengan keterampilan berbicara ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi berbicara interaktif misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara melalui telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan menyimak, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan, atau kita meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian situasi berbicara semiinteraktif misalnya berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Selanjutnya, situasi berbicara noninteraktif misalnya berpidato melalui radio atau televisi.
            Kemampuan dasar dalam berbicara sudah dimiliki oleh setiap orang. Hal ini dapat dilihat melalui kebiasaan berinteraksi antar individu dan anggota masyarakat. Ketika suasana santai, kemampuan dasar dalam berbicara yang biasa dilakukan orang adalah dialog. Ketika berbicara di hadapan umum tentang kegiatan perlombaan atau pemberitahuan adalah menyampaikan pengumuman. Lain halnya ketika terjadi pertentangan pendapat maka kegiatan yang dilakukan adalah menyampaikan argumentasi. Terakhir, kemampuan dasar dalam kegiatan berbicara adalah bercerita.
            Kemampuan lanjut dalam berbicara banyak manfaatnya terutama berkaitan dengan kemampuan bermusyawarah, berdiskusi, dan berpidato. Hal ini dapat diwujudkan dalam proses belajar mengajar. Kemampuan tersebut memerlukan latihan. Berlatih bermusyawarah dan berdiskusi dapat meningkatkan kemahiran seseorang dalam pengusaan keterampilan berbicara. Bermusyawarah amat baik dilakukan terutama agar setiap permasalahan tidak diselesaikan dengan kekerasan. Namun, apapun alasannya penguasaan keterampilan berbicara akan menjadikan anda lebih unggul dari yang lainnya. Ketika ada masalah yang memerlukan mufakat maka bermusyawarah adalah jalan terbaik. Hal ini sejalan dengan diskusi, yang lebih mengutamakan hasil yang lebih dipadukan dengan beberapa pendapat. Adapun perbedaan diantara keduanya, yaitu jika dalam musyawarah ada istilah voting, maka dalam diskusi tidak ada. Pidato itu sendiri lebih mengutamakan kemampuan seseorang berbicara untuk mempengaruhi pendengar atau khalayak ramai.

            Keterampilan mikro dalam berbicara:
a.       Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya.
b.      Menggunakan tekanan dan nada serta intonasu secara jelas dan tepat sehingga pendengar daoat memahami apa yang diucapkan pembicara.
c.       Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.
d.      Menggunakan register aau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara dan pendengar.
e.       Berupaya agar kalimat-kalimat untama jelas bagi pendengar.

Ragam Berbicara
a.   Pidato, yaitu berbicara di depan umum.
b. Diskusi, yaitu tukar-menukar pikiran atau pendapat yang terjadi dalam kelompok kecil maupun besar.
c. Menyampaikan pengumuman, berarti menyampaikan suatu hal yang perlu diketahui oleh khalayak ramai.
d.  Menyampaikan argumentasi, merupakan salah satu proses komuniksi untuk menyampaikan argumentasi karena harus mempertahankan pendapatnya (debat).
e.    Bercerita, untuk memberikan hiburan, mengajarkan kebenaran, dan memberikan keteladanan.
f.      Musyawarah, yaitu membicarakan sesuatu supaya mencapai kata sepakat.
g.  Wawancara, merupakan salah satu keterampilan berbicara yang digunakan sebagai metode pengumpulan bahan berita.


3.      Keterampilan Membaca
Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulism yang bersifat reseptif. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampian menyimak dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
Dalam arti luas membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahamna yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu.
Membaca sangat banyak mafaatnya. Karena membaca merupakan kunci gudang ilmu yang bisa membawa kita ke dunia luas. Dengan membaca, kita dapat mengetahui peristiwa-peristiwa waktu lampau ataupun waktu sekarang di tempat lain dan berbagai cerita menarik tentang kehidupan di dunia ini. Sebagai salah satu jenis keterampilan berbahasa, membaca sangat diperlukan dalam dunia modern sekarang ini. Karena dunia modern tidak dapat dipisahkan dari kegiatan membaca. Hampir semua orang yang melek huruf memerlukan buku. Pelajar dan mahasiswa memerlukan buku untuk memperlancar studinya. Kemudian guru dan dosen juga memerlukan buku sebagai sumber materi ajar. Selain itu berbagai profesi lainnya pun juga memerlukan buku ataupun bahan bacaan lainnya untuk menunjang profesinya itu.
Keterampilan mikro dalam membaca:
a.       Mengenal sistem tulisan yang digunakan.
b.      Mengenal kosakata.
c.       Menentukan kata-kata kunci yang mngindentifikasikan topik dan  gagasan utama.
d.      Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari   konteks tertulis.
e.       Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya.
f.  Menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara mendalam.

Ragam Membaca
Jazir Burhan (1976) mengemukakan ada beberapa jenis membaca, antara lain:
a.  Membaca intensif, yaitu membaca yang dilakukan dengan hati-hati dan teliti sekali, dan biasanya cara membacanya lambat-lambat. Membaca intensif diperlukan apabila kita ingin mempelajari sesuatu secara mendalam, ingin mengetahui bahan bacaan itu sampai kepada hal yang sekecil-kecilnya.
b.  Membaca kritis, yaitu membaca yang dilakukan secara bijaksana, bukan hanya mencari kesalahan belaka. Penggunaan teknik membaca kritis memberikan manfaat berupa penilaian yang beralasan serta pemahaman yang mantap sebagai akibat keterlibatan yang mendalam dengan bahan bacaan.
c.     Membaca cepat, yaitu jenis kegiatan membaca yang sangat penting pada era yang menuntut segala sesuatunya lebih cepat seerti sekarang ini. Membaca cepat mencakup dua jenis kegiatan yakni skimming dan scanning. Skimming merupaka teknik membaca cepat untuk mencari hal-hal yang penting atau mencari pokok dari bacaan. Sementara scanning merupakan suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lainnya.
d.      Membaca untuk keperluan praktis, merupakan penerapan kegiatan membaca secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, membaca digunakan sebagai sarana untuk memahami setiap bacaan yang perlu untuk dibaca dengan praktis sesuai kebutuhan pembaca. Misalnya saat kita sedang membaca koran.
e.  Membaca untuk keperluan studi, yaitu membaca untuk memahami isi buku secara keseluruhan, baik pikiran pokok maupun pikiran-pikiran penjelas sehingga pemahaman yang komprehensif (mendalam dan utuh) tentang isi buku tercapai.


4.      Keterampilan Menulis
Menulis merupakan sakah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat produktif. Menulis dapat dikatakan keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini dikarenakan menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
Pada prinsipnya tujuan menulis adalah sebagai sarana komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat bermanfaat dalam bidang pendidikan. Dengan menulis kita akan dapat berpikir kritis serta dapat menuangkan pikiran-pikiran kita dalam menyelesaikan suatu permasalahan atau studi kasus.
Keterampilan mikro dalam menulis:
a.       Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan.
b.      Memilih kata yang tepat.
c.       Menggunakan bentuk kata dengan benar.
d.      Mengurutkan kata-kata dengan benar.
e.       Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca.

Ragam Menulis
a.       Narasi, yaitu karangan yang menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman berdasarkan urutan waktu.
b.  Deskripsi, yaitu jenis karangan yang melukiskan atau menggambarkan suatu objek apa adanya, sehingga pembaca ikut juga merasakan, mengalami, melihat, dan mendengar apa yang ditulis oleh pengarang.
c.     Eksposisi, yaitu jenis karangan yang bertujuan menambah pengetahuan pembaca dengan cara memaparkan informasi secara akurat.
d.      Argumentasi, yaitu jenis karangan yang bertujuan memengaruhi pembaca dengan bukti-bukti, alas an, atau pendapat yang kuat, sehingga gagasan yang dikemukakan penulis dapat dipercaya oleh pembaca.



D.    Keterkaitan Antaraspek Keterampilan Berbahasa
Keempat keterampilan berbahasa saling berhubungan satu sama lain. Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dengan tatap muka dan langsung. Namun, menyimak merupakan kegiatan yang bersifat apresiatif, reseptif, dan fungsional. Sementara berbicara merupakan kegiatan yang bersifat produktif dan ekspresif. Kemudian menulis dan membaca merupakan kegiatan yang komunikasi tidak langsung atau tanpa tatap muka. Namun, menulis merupakan kegiatan yang bersifat produktif dan ekspresif. Sedangkan membaca merupakan kegiatan yang bersifat apresiatif dan fungsional.
Empat keterampilan berbahasa baik lisan (menyimak dan berbicara) maupun tulis (membaca dan menulis) memiliki keterkaitan yang sangat erat. Satu keterampilan akan mendukung keterampilan yang lainnya. Hubungan antarragam bahasa (ragam lisan atau ragam tulis) lebih erat dibandingkan hubungan keterampilan antarsifat (reseptif atau produktif). Contohnya menyimak dengan berbicara lebih erat dibandingkan hubungan menyimak dan membaca atau menulis. Hubungan keterampilan pada ragam yang sama dapat disebut hubungan langsung, sedangkan hubungan keterampilan pada sifat yang berbeda hubungannya adalah tidak langsung.
1.      Menyimak dan Berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung. Menyimak bersifat reseftif, sedangkan berbicara bersifat produktif. Misalnya komunikasi yang terjadi antar teman, antar penjual dan pembeli, atau dalam sebuah forum diskusi. Dalam hal ini  A berbicara dan B mendengarkan. Setelah itu giliran B yang berbicara dan A yang mendengarkan. Namun adapula dalam suatu konteks bahwa komunikasi itu terjadi dalam situasi noninteraktif, yaitu suatu pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan. Misalnya khotbah di masjid, dimana penceramah menyampaikan ceramahnya, sedangkan yang lain hanya mendengarkan. Keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia bila dilihat dari pross pemerolehan bahasa. Secara berturut- turut pemerolehan keterampilan berbahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kegiatan menyimak di awali dengan mendengarkan dan pada akhirnya memahami apa yang disimak. Untuk memahami isi bahan simakan diperlukan suatu proses berikut: mendengarkan, mengidentifikasi, menginterprestasi atau menafsirkan, memahami, menilai, dan yang terakhir menanggapi apa yang disimak.
Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, telponan, tanya jawab, dll. Tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimak, tidak mungkin orang menyimak bila tidak ada orang yang berbicara.
2.      Menyimak dan Membaca
Menyimak dan membaca sama-sama merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat resesif. Menyimak berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam lisan, sedangkan membaca merupakan aktifitas berbahasa ragam tulis. Penyimak maupun pembaca melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsur-unsur bahasa yang berupa suara (menyimak), maupun berupa tulisan (membaca) yang selanjutnya diikuti dengan proses decoding guna memperoleh pesan yang berupa konsep, ide, atau informasi.
3.      Menyimak dan Menulis
Menulis dan menyimak merupakan aktifitas berbahasa, di mana keterampilan menyimak bersifat reseptif, dan menulis adalah bersifat produktif. Antara menyimak dan menulis memiliki hubungan yang erat. Dari kegiatan menyimak sutu ujaran atau informasi dapat menumbuhkan kratifitas untuk menulis hasil simakan yang diperoleh. Kemudian dapat dituangkan dalam suatu karya tulis, baik itu cerpen, puisi , prosa, dll.
4.      Membaca dan Menulis
Membaca dan menulis merupakan aktifitas berbahasa ragam tulis. Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca adalah kegiatan yang bersifat reseptif. Seorang penulis menyampaikan gagasan, perasaan, atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya seorang pembaca mecoba memahami gagasan, perasaan, atau informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan.
Dalam menulis, seseorang harus melalui tahap-tahap perencanaan, penulisan, dan revisi. Dalam melakukan perencanaan sering kali penulis melakukan aktivitas membaca yang ekstensif dan intensif guna menelusuri informasi, konsep-konsep atau gagasan-gagasan yang akan dijadikan bahan tulisannya. Kemudian dalam proses penulisan, si penulis sering melakukan revisi-revisi tulisannya dengan cara membaca.
Sementara dalam kegiatan membaca, pemahaman sering kali kita harus menulis catatan-catatan, bagan, dan rangkuman mengenai bacaan guna menunjang pemahaman terhadap isi bacaan.
5.      Menulis dan Berbicara
Berbicara dan menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Berbicara merupakan kegiatan ragam lisan, sedangkan menulis merupakan kegiatan berbahasa ragam tulis. Menulis pada umumnya merupakan kegiatan berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara merupakan kegiatan bahasa yang bersifat langsung. Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi yang dalam proses itu terjadi pemindahan pesan dari komunikator kepada komunikan. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbol-simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak. Aspek-aspek yang dinilai pada kegiatan berbicara terdiri atas aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan terdiri atas: ucapan atau lafal, tekanan kata, nada, dan irama persendian, kosa kata atau ungkapan dan variasi kalimat atau struktur kalimat. Aspek nonkebahasaan terdiri atas: kelancaran, penguasaan materi, keberanian, keramahan, ketertiban, semangat dan sifat.
6.      Berbicara dan Membaca
Terdapat hubungan antara kegiatan berbicara dan membaca antara lain sebagai berikut.
a.    Performansi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbahasa lisan
b. Pola-pola ujaran yang tunaaksara atau buta huruf mungkin sekali mengganggu pelajaran membaca bagi anak-anak
c.  Pada tahun-tahun permulaan sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran membaca, maka membaca bagi anak-anak yang lebih tinggi kelasnya turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka. Misalnya kesadaran linguistic mereka terhadap kata-kata baru atau istilah-istilah baru, struktur kalimat yang baik dan efektif, serta penggunaan kaya-kata yang tepat.
d. Kosakata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung. Andaikata muncul kata-kata baru dalam buku bacaan siswa, maka hendaklah sang guru mendiskudsikannya dengan siswa agar mereka memahami maknanya sebelum mereka mulai membacanya.