Selasa, 18 November 2014

metode pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individulaization)



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Metode Pembelajaran Kooperatif TAI
Pembelajaran Kooperatif adalah metode pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang saling membantu, kelompok yang dibentuk terdiri dari 4-5 siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda–beda (Huda, 2011: 32). Sedangkan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individulaization) adalah salah satu tipe metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kemampuan individu, dimana individu–individu tersebut memiliki kemampuan yang berbeda–beda dan dijadikan dalam suatu kelompok kecil. Dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–5 orang dan dengan kemampuan yang heterogen tersebut, diharapkan antar individu dapat saling bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. TAI pertama kali diprakarsai oleh Robert E. Slavin yang merupakan perpaduan antara pembelajaran kooperatif dan pengajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah.
Dasar pemikiran Slavin merancang metode ini adalah untuk mengadaptasikan pengajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi siswa. Individualisasi dipandang perlu karena siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam. Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada bermacam-macam kelompok, besar kemungkinan ada sebagian siswa yang tidak memiliki syarat kemampuan untuk mempelajari pelajaran tersebut dan akan gagal memperoleh manfaat dari metode tersebut. Di lain pihak, siswa lain mungkin malah sudah tahu materi itu, atau bisa juga dapat mempelajarinya dengan sangat cepat sehingga waktu mengajar yang dihabiskan bagi mereka hanya membuang-buang waktu saja”. Ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Menurut Sharan (2009; dalam Nugroho), “TAI dikembangkan untuk beberapa alasan. Pertama, berharap agar TAI menyediakan cara penggabungan kekuatan motivasi dan bantuan teman sekelas pada pembelajaran kooperatif dengan program pengajaran individual yang mampu memberi semua peserta didik materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dalam bidang matematika dan memungkinkan mereka untuk memulai materi-materi ini berdasarkan kemampuan mereka sendiri. Kedua, mengembangkan TAI untuk menerapkan teknik pembelajaran kooperatif untuk memecahkan banyak masalah pengajaran individual”.
Ciri – ciri dari pembelajaran dengan metode TAI adalah:
1.      Siswa aktif (Stahl, 1994). Siswa belajar secara individual mempelajari materi yang telah disiapkan oleh guru.
2.      Hasil belajar individual akan dibawa ke dalam kelompok masing – masing untuk dibahas dan didiskusikan bersama anggota kelompok.
3.      Semua anggota kelompok saling berdiskusi, saling memeriksa pekerjaan dan bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban yang telah dikerjakan.
4.      Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam kelompok, menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman satu kelompok, berdiskusi, dan menghargai pendapat teman lain.
5.      Setiap anggota dalam kelompok memiliki tugas yang sama, karena keberhasilan kelompok sangat diperhatikan.
6.      Belajar bersama dengan teman,
7.      Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman
8.      Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok
9.      Belajar dari teman sendiri dalam kelompok
10.  Belajar dalam kelompok kecil
Pembelajaran kooperatif tipe TAI dirancang untuk memuaskan  kriteria berikut ini untuk menyelesaiakan masalah-masalah teoretis dan praktis dari sistem pengajaran individual:
1.      Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin.
2.      Guru setidaknya akan menghabiskan separuh waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil.
3.      Para siswa akan termotifasi untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat, dan tidak akan bisa berbuat curang atau menemukan jalan pintas.
4.      Tersedianya banyak cara pengecekkan pengusaan supaya para siswa jarang menghabiskan waktu mempelajari kembali materi yang sudah mereka kuasai atau menghadapi kesulitan serius yang membutuhkan bantuan guru. Pada pos pengecekkan penguasaan, dapat tersedia kegiatan-kegiatan pengajaran alternatif dan tes-tes yang parallel.
6.      Programnya mudah dipelajari baik oleh guru maupun siswa, tidak mahal, fleksibel, dan tidak membutuhkan guru tambahan ataupun tim guru.
7.      Dengan membuat para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kooperatif, dengan status yang sejajar, program ini akan membangun kondisi untuk terbentuknya sikap-sikap positif terhadap siswa-siswa main stream yang cacat secara akademik dan diantara para siswa dari latar belakang yang ras atau etnik yang berbeda.

  1. Komponen-Komponen  Dalam Metode Kooperatif Tipe TAI
Metode pembelajaran kooperatif TAI terdiri dari beberapa komponen. Menurut Murtadlo (2005: 54 – 55) ada 8 komponen yang menjadi bagian dari metode TAI ini. Komponen itu adalah  sebagai berikut :
1.      Placement test
Guru memberikan pre-test kepada siswa agar guru mengetahui kemampuan siswa dalam bidang tertentu dan hasil ini juga dijadikan acuan dalam pengelompokan. Selain dengan pre-test, hasil test yang sebelumnya juga bisa dipakai sebagai dasar pengelompokan.
2.      Teams
Guru membentuk kelompok yang heterogen yang terdiri atas 4–5 siswa. Dalam kelompok tersebut, setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan kemampuannya.
3.      Teaching Group
Guru menjelaskan materi pokok secara klasikal pada siswa yaitu dengan memperkenalkan konsep-konsep utama pada siswa sebelum mereka mengerjakan tugas secara individu.
4.      Student creative
Sebelum siswa bekerja dalam kelompoknya, terlebih dahulu masing-masing siswa berusaha membaca, memahami materi pelajaran serta mencoba mengerjakan tugas secara individu.
5.      Team study
Para siswa diberikan suatu unit perangkat pembelajaran secara individu, unit tersebut berisikan materi kemudian para siswa mengerjakan dan membahas unit-unit tersebut dalam kelompok masing-masing. Jika ada siswa yang mendapat kesulitan disarankan untuk meminta bantuan dalam kelompok sebelum meminta bantuan kepada guru.
6.      Whole class unit
Pada tahap ini dilakukan diskusi kelas. setiap anggota kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Ketika ada kelompok yang mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, maka tugas kelompok lain adalah menganggapi jawaban dari hasil kerja kelompok yang dipresentasikan. Setelah diskusi selesai guru melakukan evaluasi terhadap jalannya diskusi serta membenahi atau menyempurnakan belajar siswa. Diakhir diskusi guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan.
7.      Facts test
Pelaksanaan tes kecil untuk mengukur kemampuan siswa setelah diberikan materi. Tes ini diberikan pada akhir pembelajaran.
8.      Team Score dan Team Recognition
Guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok dan memberikan “gelar” penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. Misalnya dengan menyebut mereka sebagai “kelompok OK”, kelompok LUAR BIASA”, dan sebagainya.

C.    Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam Team Assisted Individualization
Menurut Robert E. Slavin, 1995, Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam Team Assisted Individualization antara lain:
1.      Team (kelompok): Peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang peserta didik dengan kemampuan yang berbeda.
2.      Tes Penempatan: Peserta didik diberi pre tes di awal pertemuan, kemudian peserta didik ditempatkan sesuai dengan nilai yang didapatkan dalam tes, sehingga didapatkan anggota yang heterogen (memiliki kemampuan berbeda) dalam kelompok.

Alasan Slavin Mengembangkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Robert Slavin mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini di Johns Hopkins University bersama Nancy Madden dengan beberapa alasan, yaitu :
1.      Model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual.
2.      Model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif.
3.      TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual. 
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin untuk mata pelajaran matematika, khususnya untuk materi keterampilan-keterampilan berhitung (computation skills).

D.    Langkah-langkah (sintaks) Metode Pembelajaran Kooperatif TAI
Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran TAI adalah sebagai berikut.
1.      Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok siswa.
2.      Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu. (Mengadopsi komponen Placement Test).
3.      Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponen Teaching Group).
4.      Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-5 siswa. (Mengadopsi komponen Teams).
5.      Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara individual bagi yang memerlukannya. (Mengadopsi komponen Team Study).
6.      Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru. (Mengadopsi komponen Student Creative).
7.      Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu. (Mengadopsi komponen Fact Test).
8.      Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi. (Mengadopsi komponen Team Score and Team Recognition).
9.      Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.

Berdasarkan tes penempatan, guru mengajarkan pelajaran pertama, kemudian peserta didik bekerja pada kelompok mereka masing masing. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1.      Peserta didik berpasangan atau bertiga dengan anggota kelompok mereka.
2.      Peserta didik diberi Lembar Kerja Siswa (LKS) pembelajaran yang disiapkan guru untuk diskusi sebagai pemahaman konsep materi yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan bertanya pada teman sekelompok atau guru untuk minta bantuan jika mengalami kesulitan. Selanjutnya dimulai dengan tes pertama yaitu tes keterampilan.
3.      Masing-masing peserta didik dengan kemampuannya sendiri mengerjakan 3 soal tes keterampilan yang pertama, bila sudah selesai, peserta didik boleh melanjutkan 3 soal berikutnya. Begitu sudah selesai baru melanjutkan 4 soal terakhir. Peserta didik yang mengalami kesulitan bisa meminta bantuan pada teman sekelompoknya sebelum meminta bantuan guru.
4.      Apabila sudah bisa menyelesaikan soal tes keterampilan dengan benar, peserta didik bisa melanjutkan mengerjakan tes formatif A yang terdiri dari 8 soal. Dalam tes ini peserta didik juga bekerja sendiri-sendiri dulu sampai selesai. Jika peserta didik dapat mengerjakan 6 soal dengan benar, maka peserta didik tersebut bisa mengambil soal tes keseluruhan. Jika peserta didik tidak bisamenjawab 6 soal dengan benar, guru merespon dan menampung semua masalah yang dimiliki peserta didik. Guru boleh menyuruh peserta didik untuk bekerja kembali pada nomor-nomor soal tes keterampilan dan kemudian mengambil soal tes formatif B, yaitu 8 soal kedua yang isi dan tingkat kesulitannya sebanding dengan tes formatif A. Selanjutnya peserta didik boleh melanjutkan ke tes keseluruhan. Peserta didik tidak boleh mengambil soal tes keseluruhan sebelum dia bisa menyelesaikan tes formatif dengan kelompoknya.
5.      Peserta didik kemudian mengikuti tes keseluruhan. Tes ini merupakan tes terakhir dalam model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), yang terdiri dari 10 soal. Di sini peserta didik juga bekerja secara individu dulu sampai selesai. Setelah selesai baru bisa berdiskusi dengan kelompoknya. Setelah tes keseluruhan ini selesai kemudian dilakukan pembahasan dan penilaian bersama antara guru dan peserta didik.
6.      Penilaian kelompok
Pada akhir pertemuan, guru menghitung nilai dari masing-masing kelompok. Nilai ini berdasarkan pada jumlah rata-rata dari anggota masing-masing kelompok dan ketelitian dari tes keseluruhan. Kriteria pemberian predikat berdasarkan kemampuan kelompok. Kelompok dengan kemampuan bagus diberi predikat Super Team, kelompok dengan kemampuan sedang diberi predikat Great Team, kelompok dengan kemampuan kurang diberi predikat Good Team. Pemberian predikat ini bertujuan untuk memotivasi dan member semangat kepada masing-masing kelompokagar pada pada pembelajaranbselanjutnya mau berusaha untuk melakukan yang lebih baik lagi. 7) Mengajar kelompok Setiap pertemuan guru mengajar 10 sampai 15 menit untuk dua atau tiga kelompok yang mempunyai nilai yang sama. Guru menggunakan konsep belajar yang diprogramkan atau direncanakan sebelumnya. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan konsep utama pada peserta didik. Pembelajaran dibuat untuk membantu peserta didik agar mengerti dan memahami hubungan antara matematika yang mereka pelajari dengan masalah kehidupan nyata. Ketika guru sedang mengajar dalam suatu kelompok, peserta didik lain melanjutkan bekerja dalam kelompok mereka sendiri dengan kemampuan individu masing-masing.

Fase
Penjelasan
Fase – 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan memotivasi siswa agar lebih giat dalam pembelajaran.
Fase – 2  :  Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi dengan cara ceramah tentang pokok bahasan materi.
Fase – 3 : Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok – kelompok belajar
Guru membentuk kelompok, dimana kelompok tersebut terdiri dari siswa – siswa yang kemampuannya heterogen. Dasar penegelompokan adalah dengan melakukan placement test atau menggunakan data yang sudah ada sebelumnya.
Fase – 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru memberikan bimbingan seperlunya kepada masing – masing kelompok dan mengawasi jalannya diskusi.
Fase – 5 : Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari siswa.
Fase – 6 : Memberikan penghargaan
Guru mencari upaya yang berkaitan dengan penghargaan atas keberhasilan belajar siswa.

Penyusunan Kelompok pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Kelompok heterogen digunakan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction) karena beberapa alasan, yaitu :
1.      Kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar melalui tutor sebaya (peer tutoring) dan saling mendukung
2.      Kelompok heterogen meningkatkan hubungan dan interaksi antar siswa walaupun berbeda ras, agama, etnik, dan gender
3.      Kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena pada setiap kelompok terdapat siswa yang memiliki kemampuan akademis bagus, dengan demikian secara tidak langsung guru mendapatkan asisten-asistem mengajar untuk siswa-siswa lain yang berada di dalam kelompok yang sama. Kunci model pembelajaran kooperatif yang menggunakan tipe Team Assisted Individualization adalah penerapan bimbingan antar teman.

E.     Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Kooperatif TAI           
Kelebihan metode pembelajaran TAI :
1.      Meningkatkan hasil belajar.
2.      Meningkatkan motivasi belajar pada siswa.
3.      Melatih peserta didik untuk bekerja secara kelompok, melatih keharmonisan dalam hidup bersama atas dasar saling menghargai.
4.      Menimbulkan rasa tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan masalah.
5.      Dapat membantu siswa yang lemah. Dengan pengajaran seperti ini, siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan dan pengalamannya sendiri dalam mempelajari suatu bahan ajar, sehingga pemahaman siswa terhadap materi tersebut semakin terasah, bukan semata-mata hafalan yang didapatkannya dari guru.
6.      Model pembelajaran Team Assisted Individualization membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dan mengurangi anggapan banyak peserta didik bahwa matematika itu sulit.
7.      Pada model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization peserta didik mendapatkan penghargaan atas usaha mereka.

Kekurangan metode pembelajaran TAI :
1.      Dibutuhkan waktu yang lama untuk membuat dan mengembangkan perangkat pembelajaran.
2.      Guru mengalami kesulitan dalam memberikan bimbingan pada siswa, karena dengan jumlah siswa yang banyak dalam kelas maka akan semakin banyak kelompok yang terbentuk.
3.      Tidak semua materi dapat diterapkan menggunakan metode pembelajaran TAI.
4.      Menimbulkan ketergantungan siswa, dimana siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan bergantung pada siswa yang pandai.
5.      Menimbulkan sikap pasif kepada siswa tertentu, karena dia hanya mengandalkan teman sekelompok dan tidak mau berusaha.
6.      Membutuhkan pengelolaan kelas yang baik
7.      Tidak ada persaingan antar kelompok.
8.      Siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai.

Kemampuan individu yang berbeda–beda bukanlah penghalang dari metode pembelajaran ini, karena pada dasarnya metode pembelajaran kooperatif  TAI ini justru lebih menekankan pada kemampuan individu itu sendiri. Dengan dibentuknya kelompok, diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuannya itu.Dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu dan yang tidak paham menjadi paham.
Setelah guru memberikan gambaran materi, individu harus memahami materi itu terlebih dahulu setelah itu baru mendiskusikannya dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. Sehingga setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan kemampuannya. Oleh karena itu, dengan metode pembelajaran kooperatif TAI ini diharapkan dapat memajukan prestasi siswa dalam pembelajaran.

3 komentar: