BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Pembelajaran Kooperatif TAI
Pembelajaran Kooperatif
adalah metode pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang
saling membantu, kelompok yang dibentuk terdiri dari 4-5 siswa yang memiliki
kemampuan yang berbeda–beda (Huda, 2011: 32). Sedangkan metode pembelajaran
kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individulaization) adalah salah satu
tipe metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kemampuan individu,
dimana individu–individu tersebut memiliki kemampuan yang berbeda–beda dan
dijadikan dalam suatu kelompok kecil. Dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–5
orang dan dengan kemampuan yang heterogen tersebut, diharapkan antar individu
dapat saling bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. TAI pertama kali
diprakarsai oleh Robert E. Slavin yang merupakan perpaduan antara pembelajaran
kooperatif dan pengajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan
pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah.
Dasar
pemikiran Slavin merancang metode ini adalah untuk mengadaptasikan pengajaran
terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan siswa maupun
pencapaian prestasi siswa. Individualisasi dipandang perlu karena siswa
memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam.
Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada bermacam-macam kelompok, besar
kemungkinan ada sebagian siswa yang tidak memiliki syarat kemampuan untuk
mempelajari pelajaran tersebut dan akan gagal memperoleh manfaat dari metode
tersebut. Di lain pihak, siswa lain mungkin malah sudah tahu materi itu, atau
bisa juga dapat mempelajarinya dengan sangat cepat sehingga waktu mengajar yang
dihabiskan bagi mereka hanya membuang-buang waktu saja”. Ciri khas pada tipe
TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang
sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke
kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok,
dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai
tanggung jawab bersama.
Menurut
Sharan (2009; dalam Nugroho), “TAI dikembangkan untuk beberapa alasan. Pertama,
berharap agar TAI menyediakan cara penggabungan kekuatan motivasi dan bantuan
teman sekelas pada pembelajaran kooperatif dengan program pengajaran individual
yang mampu memberi semua peserta didik materi yang sesuai dengan tingkat
kemampuan mereka dalam bidang matematika dan memungkinkan mereka untuk memulai
materi-materi ini berdasarkan kemampuan mereka sendiri. Kedua, mengembangkan
TAI untuk menerapkan teknik pembelajaran kooperatif untuk memecahkan banyak
masalah pengajaran individual”.
Ciri –
ciri dari pembelajaran dengan metode TAI adalah:
1. Siswa aktif (Stahl, 1994). Siswa
belajar secara individual mempelajari materi yang telah disiapkan oleh guru.
2. Hasil belajar individual akan dibawa
ke dalam kelompok masing – masing untuk dibahas dan didiskusikan bersama
anggota kelompok.
3. Semua anggota kelompok saling
berdiskusi, saling memeriksa pekerjaan dan bertanggung jawab atas keseluruhan
jawaban yang telah dikerjakan.
4. Sebelum dibentuk kelompok, siswa
diajarkan bagaimana bekerja sama dalam kelompok, menjadi pendengar yang baik,
memberikan penjelasan kepada teman satu kelompok, berdiskusi, dan menghargai
pendapat teman lain.
5. Setiap anggota dalam kelompok
memiliki tugas yang sama, karena keberhasilan kelompok sangat diperhatikan.
6. Belajar bersama dengan teman,
7. Selama proses belajar terjadi tatap
muka antar teman
8. Saling mendengarkan pendapat di
antara anggota kelompok
9. Belajar dari teman sendiri dalam
kelompok
10. Belajar dalam kelompok kecil
Pembelajaran
kooperatif tipe TAI dirancang untuk memuaskan kriteria berikut ini untuk
menyelesaiakan masalah-masalah teoretis dan praktis dari sistem pengajaran
individual:
1. Dapat meminimalisir keterlibatan
guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin.
2. Guru setidaknya akan menghabiskan
separuh waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil.
3. Para siswa akan termotifasi untuk
mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat, dan tidak
akan bisa berbuat curang atau menemukan jalan pintas.
4. Tersedianya banyak cara pengecekkan
pengusaan supaya para siswa jarang menghabiskan waktu mempelajari kembali
materi yang sudah mereka kuasai atau menghadapi kesulitan serius yang
membutuhkan bantuan guru. Pada pos pengecekkan penguasaan, dapat tersedia
kegiatan-kegiatan pengajaran alternatif dan tes-tes yang parallel.
6. Programnya mudah dipelajari baik
oleh guru maupun siswa, tidak mahal, fleksibel, dan tidak membutuhkan guru
tambahan ataupun tim guru.
7. Dengan membuat para siswa bekerja
dalam kelompok-kelompok kooperatif, dengan status yang sejajar, program ini
akan membangun kondisi untuk terbentuknya sikap-sikap positif terhadap
siswa-siswa main stream yang cacat secara akademik dan diantara para
siswa dari latar belakang yang ras atau etnik yang berbeda.
- Komponen-Komponen Dalam Metode Kooperatif Tipe TAI
Metode
pembelajaran kooperatif TAI terdiri dari beberapa komponen. Menurut Murtadlo
(2005: 54 – 55) ada 8 komponen yang menjadi bagian dari metode TAI ini.
Komponen itu adalah sebagai berikut :
1. Placement
test
Guru
memberikan pre-test kepada siswa agar guru mengetahui kemampuan siswa dalam
bidang tertentu dan hasil ini juga dijadikan acuan dalam pengelompokan. Selain
dengan pre-test, hasil test yang sebelumnya juga bisa dipakai sebagai dasar
pengelompokan.
2. Teams
Guru
membentuk kelompok yang heterogen yang terdiri atas 4–5 siswa. Dalam kelompok
tersebut, setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan
kemampuannya.
3. Teaching
Group
Guru
menjelaskan materi pokok secara klasikal pada siswa yaitu dengan memperkenalkan
konsep-konsep utama pada siswa sebelum mereka mengerjakan tugas secara individu.
4. Student
creative
Sebelum
siswa bekerja dalam kelompoknya, terlebih dahulu masing-masing siswa berusaha
membaca, memahami materi pelajaran serta mencoba mengerjakan tugas secara
individu.
5. Team
study
Para
siswa diberikan suatu unit perangkat pembelajaran secara individu, unit
tersebut berisikan materi kemudian para siswa mengerjakan dan membahas
unit-unit tersebut dalam kelompok masing-masing. Jika ada siswa yang mendapat
kesulitan disarankan untuk meminta bantuan dalam kelompok sebelum meminta bantuan
kepada guru.
6. Whole
class unit
Pada
tahap ini dilakukan diskusi kelas. setiap anggota kelompok mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya. Ketika ada kelompok yang mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya, maka tugas kelompok lain adalah menganggapi jawaban dari hasil
kerja kelompok yang dipresentasikan. Setelah diskusi selesai guru melakukan
evaluasi terhadap jalannya diskusi serta membenahi atau menyempurnakan belajar
siswa. Diakhir diskusi guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan.
7. Facts
test
Pelaksanaan
tes kecil untuk mengukur kemampuan siswa setelah diberikan materi. Tes ini
diberikan pada akhir pembelajaran.
8. Team Score dan Team Recognition
Guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok dan
memberikan “gelar” penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang
dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. Misalnya
dengan menyebut mereka sebagai “kelompok OK”, kelompok LUAR BIASA”, dan
sebagainya.
C. Unsur-unsur yang perlu
diperhatikan dalam Team Assisted Individualization
Menurut Robert E. Slavin, 1995, Unsur-unsur yang perlu diperhatikan
dalam Team Assisted Individualization
antara lain:
1.
Team (kelompok): Peserta didik
dikelompokkan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang
peserta didik dengan kemampuan yang berbeda.
2.
Tes Penempatan: Peserta didik
diberi pre tes di awal pertemuan, kemudian peserta didik ditempatkan sesuai
dengan nilai yang didapatkan dalam tes, sehingga didapatkan anggota yang
heterogen (memiliki kemampuan berbeda) dalam kelompok.
Alasan
Slavin Mengembangkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Robert Slavin mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini
di Johns Hopkins University bersama Nancy Madden dengan beberapa alasan, yaitu
:
1.
Model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif
dan program pengajaran individual.
2.
Model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari
belajar kooperatif.
3.
TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program
pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.
Model
pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin untuk mata
pelajaran matematika, khususnya untuk materi keterampilan-keterampilan
berhitung (computation skills).
D. Langkah-langkah (sintaks) Metode Pembelajaran
Kooperatif TAI
Adapun langkah-langkah dalam model
pembelajaran TAI adalah sebagai berikut.
1. Guru menyiapkan materi bahan ajar
yang akan diselesaikan oleh kelompok siswa.
2. Guru memberikan pre-test kepada
siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan
siswa pada bidang tertentu. (Mengadopsi komponen Placement Test).
3. Guru memberikan materi secara
singkat. (Mengadopsi komponen Teaching Group).
4. Guru membentuk kelompok kecil yang
heterogen tetapi harmonis berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap
kelompok 4-5 siswa. (Mengadopsi komponen Teams).
5. Setiap kelompok mengerjakan tugas
dari guru berupa LKS yang telah dirancang sendiri sebelumnya, dan guru
memberikan bantuan secara individual bagi yang memerlukannya. (Mengadopsi
komponen Team Study).
6. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan
kelompoknya dengan mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi
ulangan oleh guru. (Mengadopsi komponen Student Creative).
7. Guru memberikan post-test untuk
dikerjakan secara individu. (Mengadopsi komponen Fact Test).
8. Guru menetapkan kelompok terbaik
sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi.
(Mengadopsi komponen Team Score and Team Recognition).
9. Guru memberikan tes formatif sesuai
dengan kompetensi yang ditentukan.
Berdasarkan tes penempatan, guru mengajarkan pelajaran pertama, kemudian
peserta didik bekerja pada kelompok mereka masing masing. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut.
1.
Peserta didik berpasangan atau
bertiga dengan anggota kelompok mereka.
2.
Peserta didik diberi Lembar
Kerja Siswa (LKS) pembelajaran yang disiapkan guru untuk diskusi sebagai
pemahaman konsep materi yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan
bertanya pada teman sekelompok atau guru untuk minta bantuan jika mengalami
kesulitan. Selanjutnya dimulai dengan tes pertama yaitu tes keterampilan.
3.
Masing-masing peserta didik
dengan kemampuannya sendiri mengerjakan 3 soal tes keterampilan yang pertama,
bila sudah selesai, peserta didik boleh melanjutkan 3 soal berikutnya. Begitu
sudah selesai baru melanjutkan 4 soal terakhir. Peserta didik yang mengalami
kesulitan bisa meminta bantuan pada teman sekelompoknya sebelum meminta bantuan
guru.
4.
Apabila sudah bisa
menyelesaikan soal tes keterampilan dengan benar, peserta didik bisa
melanjutkan mengerjakan tes formatif A yang terdiri dari 8 soal. Dalam tes ini
peserta didik juga bekerja sendiri-sendiri dulu sampai selesai. Jika peserta
didik dapat mengerjakan 6 soal dengan benar, maka peserta didik tersebut bisa
mengambil soal tes keseluruhan. Jika peserta didik tidak bisamenjawab 6 soal
dengan benar, guru merespon dan menampung semua masalah yang dimiliki peserta
didik. Guru boleh menyuruh peserta didik untuk bekerja kembali pada nomor-nomor
soal tes keterampilan dan kemudian mengambil soal tes formatif B, yaitu 8 soal
kedua yang isi dan tingkat kesulitannya sebanding dengan tes formatif A.
Selanjutnya peserta didik boleh melanjutkan ke tes keseluruhan. Peserta didik
tidak boleh mengambil soal tes keseluruhan sebelum dia bisa menyelesaikan tes
formatif dengan kelompoknya.
5.
Peserta didik kemudian
mengikuti tes keseluruhan. Tes ini merupakan tes terakhir dalam model
pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), yang terdiri
dari 10 soal. Di sini peserta didik juga bekerja secara individu dulu sampai
selesai. Setelah selesai baru bisa berdiskusi dengan kelompoknya. Setelah tes
keseluruhan ini selesai kemudian dilakukan pembahasan dan penilaian bersama
antara guru dan peserta didik.
6.
Penilaian kelompok
Pada
akhir pertemuan, guru menghitung nilai dari masing-masing kelompok. Nilai ini berdasarkan
pada jumlah rata-rata dari anggota masing-masing kelompok dan ketelitian dari
tes keseluruhan. Kriteria pemberian predikat berdasarkan kemampuan kelompok.
Kelompok dengan kemampuan bagus diberi predikat Super Team, kelompok dengan
kemampuan sedang diberi predikat Great Team, kelompok dengan kemampuan kurang
diberi predikat Good Team. Pemberian predikat ini bertujuan untuk memotivasi
dan member semangat kepada masing-masing kelompokagar pada pada pembelajaranbselanjutnya
mau berusaha untuk melakukan yang lebih baik lagi. 7) Mengajar kelompok Setiap
pertemuan guru mengajar 10 sampai 15 menit untuk dua atau tiga kelompok yang
mempunyai nilai yang sama. Guru menggunakan konsep belajar yang diprogramkan
atau direncanakan sebelumnya. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan konsep
utama pada peserta didik. Pembelajaran dibuat untuk membantu peserta didik agar
mengerti dan memahami hubungan antara matematika yang mereka pelajari dengan
masalah kehidupan nyata. Ketika guru sedang mengajar dalam suatu kelompok,
peserta didik lain melanjutkan bekerja dalam kelompok mereka sendiri dengan
kemampuan individu masing-masing.
Fase
|
Penjelasan
|
Fase
– 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi
|
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan memotivasi siswa agar
lebih giat dalam pembelajaran.
|
Fase
– 2 :
Menyajikan informasi
|
Guru
menyajikan informasi dengan cara ceramah tentang pokok bahasan materi.
|
Fase
– 3 : Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok – kelompok belajar
|
Guru
membentuk kelompok, dimana kelompok tersebut terdiri dari siswa – siswa yang
kemampuannya heterogen. Dasar penegelompokan adalah dengan melakukan
placement test atau menggunakan data yang sudah ada sebelumnya.
|
Fase
– 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Guru
memberikan bimbingan seperlunya kepada masing – masing kelompok dan mengawasi
jalannya diskusi.
|
Fase
– 5 : Evaluasi
|
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari siswa.
|
Fase
– 6 : Memberikan penghargaan
|
Guru
mencari upaya yang berkaitan dengan penghargaan atas keberhasilan belajar
siswa.
|
Penyusunan Kelompok pada Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TAI
Kelompok heterogen digunakan dalam penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization atau Team
Accelerated Instruction) karena beberapa alasan, yaitu :
1.
Kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk
saling mengajar melalui tutor sebaya (peer tutoring) dan saling mendukung
2.
Kelompok heterogen meningkatkan hubungan dan
interaksi antar siswa walaupun berbeda ras, agama, etnik, dan gender
3.
Kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas
karena pada setiap kelompok terdapat siswa yang memiliki kemampuan akademis
bagus, dengan demikian secara tidak langsung guru mendapatkan asisten-asistem
mengajar untuk siswa-siswa lain yang berada di dalam kelompok yang sama. Kunci
model pembelajaran kooperatif yang menggunakan tipe Team Assisted
Individualization adalah penerapan bimbingan antar teman.
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Pembelajaran Kooperatif
TAI
Kelebihan metode pembelajaran TAI :
1. Meningkatkan hasil belajar.
2. Meningkatkan motivasi belajar pada
siswa.
3. Melatih peserta didik untuk bekerja
secara kelompok, melatih keharmonisan dalam hidup bersama atas dasar saling
menghargai.
4. Menimbulkan rasa tanggung jawab
dalam kelompok dalam menyelesaikan masalah.
5. Dapat membantu siswa yang lemah. Dengan
pengajaran seperti ini, siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan dan
pengalamannya sendiri dalam mempelajari suatu bahan ajar, sehingga pemahaman
siswa terhadap materi tersebut semakin terasah, bukan semata-mata hafalan yang
didapatkannya dari guru.
6. Model pembelajaran Team Assisted
Individualization membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta
didik dan mengurangi anggapan banyak peserta didik bahwa matematika itu sulit.
7. Pada model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization peserta didik mendapatkan
penghargaan atas usaha mereka.
Kekurangan metode pembelajaran TAI :
1. Dibutuhkan waktu yang lama untuk
membuat dan mengembangkan perangkat pembelajaran.
2. Guru mengalami kesulitan dalam
memberikan bimbingan pada siswa, karena dengan jumlah siswa yang banyak dalam
kelas maka akan semakin banyak kelompok yang terbentuk.
3. Tidak semua materi dapat diterapkan
menggunakan metode pembelajaran TAI.
4. Menimbulkan ketergantungan siswa,
dimana siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan bergantung pada
siswa yang pandai.
5. Menimbulkan sikap pasif kepada siswa
tertentu, karena dia hanya mengandalkan teman sekelompok dan tidak mau
berusaha.
6. Membutuhkan
pengelolaan kelas yang baik
7.
Tidak ada persaingan antar
kelompok.
8.
Siswa yang lemah dimungkinkan
menggantungkan pada siswa yang pandai.
Kemampuan
individu yang berbeda–beda bukanlah penghalang dari metode pembelajaran ini,
karena pada dasarnya metode pembelajaran kooperatif TAI ini justru lebih menekankan pada kemampuan
individu itu sendiri. Dengan dibentuknya kelompok, diharapkan siswa mampu
mengembangkan kemampuannya itu.Dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu dan
yang tidak paham menjadi paham.
Setelah
guru memberikan gambaran materi, individu harus memahami materi itu terlebih
dahulu setelah itu baru mendiskusikannya dalam kelompok yang telah dibentuk
sebelumnya. Sehingga setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk
mengembangkan kemampuannya. Oleh karena itu, dengan metode pembelajaran
kooperatif TAI ini diharapkan dapat memajukan prestasi siswa dalam
pembelajaran.
bagus
BalasHapusmbk ada bukunya gak?
BalasHapusBuku yg membahas tentang model ini buku apa??? Tolong kasih tau dong��
BalasHapus