Senin, 15 Desember 2014

Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah mengembangkan aktivitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Arah pembelajaran seharusnya terfokus pada belajar seperti: learning how to learn, learning how to do, learning to live together, dan learning to be (a good citizen). Semua pembelajaran tersebut di atas dapat dibelajarkan melalui semua jenis mata pelajaran dengan menggunakan model cooperative learning atau pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari pemikiran nilai-nilai demokrasi, belajar aktif, prilaku kerja sama dan menghargai pluralisme dalam masyarakat yang multikultural. Secara histories, model pembelajaran kooperatif bukanlah sesuatu yang baru.
“Pembelajaran  kooperatif  berasal  dari  kata  cooperative yang  artinya mengerjakan  sesuatu  secara  bersama-sama  dengan  saling  membantu  satu  sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim” (Isjoni dan Mohd. Arif Ismail, 2008: 150). 
Selanjutnya  menurut  Sri  Anitah  W.  Dkk  (2008:  3.7),  “belajar  kooperatif adalah  pembelajaran  yang  menggunakan  kelompok  kecil sehingga  siswa bekerjasama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang  lain”. 
Hal  senada  diungkapkan  Nur  Asma  (2006:  12),  “belajar  kooperatif mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja samadalam belajar kelompok dan  sekaligus  masing-masing  bertanggung  jawab  pada  aktivitas  belajar  anggota kelompoknya,  sehingga  seluruh  anggota  kelompok  dapat  menguasai  materi pelajaran dengan baik”.
Sejalan  dengan  itu  Rusman  (2011:  202),  “pembelajaran  kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri  dari  empat  sampai  enam  dengan  struktur  kelompok  yang  bersifat heterogen. 
Selanjutnya  cooperative  learning menurut  Etin  Solihatin  (2005:  4) mengandung pengertian  yaitu  “suatu sikap atau  perilaku bersama dalam  bekerja atau  membantu  diatara  sesama  dalam  struktur  kerjasama  yang  teratur  dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri”.
Dari berbagai pendapat para ahli mengenai definisi cooperative learning, maka dapat disimpulkan bahwa model cooperative learningadalah sebuah model pembelajaran  yang  membagi  kelas  menjadi  kelompok-kelompok  kecil  dengan maksud  agar  siswa  dapat  bekerja  dan  belajar  bersama dalam  sebuah  kelompok untuk  menyelesaikan  tugas  secara  bersama  dan  saling membantu  dalam kelompoknya.  Dalam  model  pembelajaran  kooperatif  lebih  menekankan  pada tugas-tugas  yang  diberikan  guru  untuk  diselesaikan  bersama  dengan  anggota kelompoknya, sedangkan peran guru hanya sebagai fasilitator dalam membimbing siswa menyelesaikan tugas.
Johnson & Johnson (1994) menegaskan bahwa pembelajaran kooperatif  memiliki lima elemen  dasar  yaitu:  (1)  positive  interdependence    yaitu  peserta  didik  harus mengisi  tanggung  jawab  belajarnya  sendiri  dan  saling  membantu  dengan anggota  lain  dalam  kelompoknya;  (2)  face  to  face  interaction  yaitu  peserta didik  memiliki  kewajiban  untuk  menjelaskan  apa  yang  dipelajari  kepada peserta  didik  lain  yang  menjadi  anggota  kelompoknya;  (3)  individual accountability  yaitu  masing-masing  peserta  didik  harus  menguasai  apa  yang menjadi tugas dirinya di dalam kelompok; (4) social skill  yaitu masing-masing anggota  harus  mampu  berkomunikasi  secara  efektif,  menjaga  rasa  hormat dengan sesama anggota dan bekerja bersama untuk menyelesaikan konflik; (5) group  processing,  kelompok  harus  dapat  menilai  dan  melihat  bagaimana  tim mereka  telah  bekerjasama  dan  memikirkan  bagaimana  agar  dapat memperbaikinya.
Walaupun prinsip dasar pembelajaraan kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Setidaknya terdapat beberapa pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif. Salah satunya adalah Think Pair and Share.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian model pembelajaran kooperatif  Think Pair and Share?
2.      Bagaimanakah karakteristik model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share?
3.      Apakah kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran Think Pair and Share?
4.      Bagaimana langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share?
C.    TUJUAN
1.      Untuk menjelaskan pengertian model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share
2.      Untuk menjelaskan karakteristik model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share?
3.      Untuk menjelaskan kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share
4.      Untuk menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Metode Think Pair and Share
Dalam  Nurhadi  (2005:  120),  Frank  Lyman  (1981)  think  pair  share merupakan metode pembelajaran  yang dapat mengaktifkan seluruh siswa selama proses pembelajaran dan memberikan kesempatan untuk bekeja sama antar siswa yang  mempunyai  kemampuan  heterogen.  Dikemukakan  oleh  Lie  (2002:56) bahwa, “think  pair  share  adalah pembelajaran  yang memberi siswa kesempatan untuk  bekerja  sendiri  dan  bekerjasama  dengan  orang  lain.  Think  pair share memiliki  prosedur  secara  eksplisit  dapat  memberi  siswa  waktu  lebih banyak  untuk  berpikir,  menjawab,  saling  membantu  satu  sama  lain  (Ibrahim, 2007:10)  dengan  cara  ini  diharapkan  siswa  mampu  bekerja  sama,  saling membutuhkan  dan  saling  bergantung  pada  kelompok-kelompok  kecil  secara kooperatif. Model pembelajaran  kooperatif   tipe   think  pair  share  merupakan  salah satu  model  pembelajaran  kooperatif  yang  mampu  mengubah  asumsi  bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting  kelompok secara keseluruhan.  Karakteristik  model  think  pair  share  siswa  dibimbing  secara mandiri,  berpasangan,  dan  saling  berbagi  untuk  menyelesaikan  permasalahan.
Model ini selain diharapkan dapat menjembatani dan mengarahkan proses belajar mengajar  juga  mempunyai  dampak  lain  yang  sangat  bermanfaat  bagi  siswa.
Beberapa  akibat  yang  dapat  ditimbulkan  dari  model  ini  adalah  siswa  dapat berkomunikasi  secara  langsung  oleh  individu  lain  yang  dapat  saling  memberi informasi  dan  bertukar  pikiran  serta  mampu  berlatih  untuk  mempertahankan pendapatnya jika pendapat itu layak untuk dipertahankan.
Pembelajaran  think  pair  share  dapat  mengembangkan  kemampuan mengungkapkan  ide  atau  gagasan  dengan  kata-kata  secara  verbal  dan membandingkan  ide-idenya  dengan  orang  lain.  Membantu  siswa  untuk  respek pada  orang  lain  dan  menyadari  akan  segala  keterbatasannya  serta  menerima segala perbedaan. Siswa dapat mengembangkan  kemampuan untuk menguji ide dan  pemahamannya  sendiri  dan  menerima  umpan  balik.  Interaksi  yang  terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses pendidikan jangka panjang.
Dari  berbagai  pendapat  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  model pembelajaran  kooperatif  tipe  think  pair  share  adalah  model  pembelajaran  yangdapat mengaktifkan seluruh kelas karena siswa diberi kesempatan bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain  dalam kelompok kecil  sehingga  membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan dan  siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik.
Peningkatan penguasaan isi akademis siswa terhadap materi pelajaran dilalui dengan tiga proses tahapan yaitu melalui proses thinking (berpikir) siswa diajak untuk merespon, berpikir dan mencari jawaban atas pertanyaan guru, melalui proses pairing (berpasangan) siswa diajak untuk bekerjasama dan saling membantu dalam kelompok kecil untuk bersama-sama menemukan jawaban yang paling tepat atas pertanyaan guru. Terakhir melalui tahap sharing (berbagi) siswa diajak untuk mampu membagi hasil diskusi kepada teman dalam satu kelas. Jadi melalui metode Think  Pair  Share  ini  penguasaan  isi  akademis  siswa  terhadap  materi pelajaran dapat meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
  1. Karakteristik Model Pembelajaraan Kooperatif Think Pair Share
Dinamakan TPS berdasarkan tahap utama dalam langkah-langkah yang ada pada saat pelaksanaannya (National Science Institute for Education, 1997), yaitu tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, yaitu langkah Think (berpikir), Pair (berpasangan), dan Share (berbagi).
Think (berpikir). Pada langkah ini, pertama-tama guru memancing siswa melalui suatu pertanyaan permasalahan. Di sini, guru mengajak siswa untuk berpikir mengenai permasalahan tersebut untuk beberapa saat.
Pair (berpasangan). Pada langkah ini, siswa dapat mencari teman berpasangan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan tadi. Siswa dapat berpasangan dengan teman sebangkunya untuk lebih mengefektifkan  waktu selama pembelajaran. Di sini, pasangan dapat saling bertukar ide atau pendapat guna memperoleh pemecahan masalah yang terbaik menurut keduanya.
Share (berbagi). Pada langkah ini, tiap-tiap pasangan dapat membagikan
hasil pemikiran mereka kepada teman lain dan kelas. Teknisnya, guru dapat memanggil tiap pasangan ke depan kelas untuk berbagi solusi, mendatangi tiap pasangan, atau mempersilahkan tiap pasangan yang mengajukan diri, dan lainnya.

Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa
waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama
lain (Ibrahim dalam Estiti, 2007:10). Pada tahap Think, terdapat “wait or
think time” yakni waktu berpikir. Maksudnya, siswa diberi waktu terlebih
dahulu untuk memikirkan dan memahami permasalahan yang diberikan.
Waktu tersebut diharapkan dapat dapat digunakan oleh siswa untuk
mencari solusi permasalahan yang diberikan berdasarkan pemikiran
mereka sendiri. Dengan adanya waktu berpikir ini tentu saja dapat
meningkatkan kreatifitas siswa dalam berpikir dan mengungkapkan
pendapatnya. Namun perlu diingat, waktu berpikir ini sebaiknya diberikan
dengan batasan yang tidak terlalu lama agar siswa dapat lebih cekatan
dalam berpikir dan dapat segera bertukar pikiran dengan sesama siswa lain
seperti yang terdapat pada langkah berikutnya dari model ini.
Setelah siswa memperoleh solusi versi mereka masing-masing dalam
waktu berpikir tersebut, mereka akan dipasangkan dengan siswa lainnya
pada tahap pair.
Di sini, mereka dapat saling bertukar pikiran dan pendapat guna
memperoleh solusi terbaik dari keduanya.  Selanjutnya, guru akan kembali
membimbing siswa untuk memasuki diskusi kelas pada tahap Share. Tiap
pasangan akan mempresentasikan solusi yang telah mereka peroleh pada
saat berpasangan. Dengan adanya “pasangan”, siswa tidak akan merasa
malu lagi dalam mengungkapkan pendapatnya ketika jawaban dari solusi
permasalahan yang mereka utarakan dirasa belum memenuhi.
Mereka tidak akan takut salah karena mereka merasa dapat berbagi “rasa
malu” yang mungkin timbul. Pada tahap Share ini juga dapat
menyadarkan siswa bahwa seringkali pendapat mereka yang pada awalnya
mereka anggap salah, ternyata tidak salah sama sekali. Dengan kata lain,
secara tidak langsung dapat menumbuhkan keberanian siswa dalam
berkomunikasi di depan kelas. Dengan cara ini diharapkan siswa mampu
bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok
kelompok kecil secara kooperatif. Keunggulan dan teknik ini adalah
optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali
lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan
partisipasi mereka kepada orang lain (Isjoni, 2006).


  1. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaraan Kooperatif Think Pair Share
-          Kelebihan:
1.      Siswa dapat merumuskan dan mengajukan pertanyaan yang diajarkan
2.      Siswa terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk memecahkan masalah.
3.      Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok.
4.      Siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
5.      Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.
6.      Dapat meningkatkan pasrtisipasi siswa dalam pembelajaran sehingga interaksi belajar lebih mudah dilaksanakan
7.      Lebih mudah dan cepat membentuk kelompok
8.      Dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik
-          Kelemahan:
1.      Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir  sistematik.
2.      Lebih sedikit ide yang masuk.
3.      Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok
yang bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor.
  1. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Model Pembelajaraan Kooperatif Think Pair Share
1.      Pendahuluan 
Pada tahap ini, guru menyampaikan pertanyaan yang merupakan permasalahan. Tahap ini dimulai dengan guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
2.      Think
Pada tahap ini, siswa dituntut berpikir secara individual. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikirannya masing-masing. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.
3.      Pair
Selanjutnya, setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan pasangan. Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS berupa kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok.
4.      Share
Pada langkah ini, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan hasil kelompoknya. Areans, (1997) disandur Tjokrodihardjo, (2003).
5.      Evaluasi
Langkah akhirnya yaitu menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi dan penguatan terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan.  Dalam hal peran guru dalam mengajar dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan oleh guru selama model diterapkan. Langkah-langkah penyelenggaraan model diskusi Think-Pair-Share dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tahap
Kegiatan guru
Tahap 1 menyampaikan tujuan
dan mengatur siswa

  1. Menyampaikan pendahuluan,
a.       motivasi,
b.      menyampaikan tujuan dasar diskusi
c.       apersepsi;
  1. Menjelaskan tujuan diskusi,
Tahap 2 mengarahkan diskusi
  1. Mengajukan pertanyaan   awal/permasalahan;
  2. Modeling
Tahap 3  menyelenggarakan
diskusi

  1. Membimbing/mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS secara mandiri (think);
  2. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berpasangan (pair);
  3. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berbagi (share);
  4. Menerapkan waktu tunggu;
  5. Membimbing kegiatan siswa,
Tahap 4 mengakhiri diskusi
Menutup diskusi.
Tahap 5 melakukan Tanya
jawab singkat tentang proses
diskusi
Membantu siswa membuat rangkuman
diskusi dengan Tanya jawab singkat
Sumber: Tjokrodihardjo, (2003)



BAB III
PENUTUP
  1. KESIMPULAN
Kegiatan “berpikir-berpasangan-berbagi” dalam Model Pembelajaran Kooperatif  Think Pair Share (TPS) memberikan banyak keutungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (wait or think time), sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat.
Menurut Jones (2006), akuntabilitas berkembang karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi (berdiskusi) dengan pasangannya, kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah berbicara di depan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban karena pasangannya.
Selain itu, menurut Spencer Kagan manfaat Think Pair Share antara lain :  Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sma lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think Pair Share lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih banyak.
  1. SARAN
Para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think Pair Share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan tingkat tinggi.  Keunggulan dari Think-Pair-Share ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik. 



DAFTAR PUSTAKA

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Warsono dan Hariyanto. 2013. Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
http://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/c00perative-learning.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar