BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Proses
pembelajaran pada hakikatnya adalah mengembangkan aktivitas peserta didik,
melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Arah pembelajaran seharusnya
terfokus pada belajar seperti: learning how to learn, learning how to do,
learning to live together, dan learning to be (a good citizen). Semua
pembelajaran tersebut di atas dapat dibelajarkan melalui semua jenis mata
pelajaran dengan menggunakan model cooperative learning atau
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari pemikiran
nilai-nilai demokrasi, belajar aktif, prilaku kerja sama dan menghargai
pluralisme dalam masyarakat yang multikultural. Secara histories, model
pembelajaran kooperatif bukanlah sesuatu yang baru.
“Pembelajaran kooperatif
berasal dari kata
cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara
bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu
tim” (Isjoni dan Mohd. Arif Ismail, 2008: 150).
Selanjutnya menurut
Sri Anitah W. Dkk
(2008:
3.7), “belajar kooperatif adalah pembelajaran
yang menggunakan kelompok
kecil sehingga siswa bekerjasama
untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain”.
Hal senada
diungkapkan Nur Asma
(2006: 12), “belajar
kooperatif mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja samadalam
belajar kelompok dan sekaligus masing-masing
bertanggung jawab pada
aktivitas belajar anggota kelompoknya, sehingga
seluruh anggota kelompok
dapat menguasai materi pelajaran dengan baik”.
Sejalan dengan
itu Rusman (2011:
202), “pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan
bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
empat sampai enam
dengan struktur kelompok
yang bersifat heterogen.
Selanjutnya cooperative
learning menurut Etin Solihatin
(2005: 4) mengandung
pengertian yaitu “suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu diatara sesama
dalam struktur kerjasama
yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang
atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari
setiap anggota kelompok itu sendiri”.
Dari
berbagai pendapat para ahli mengenai definisi cooperative learning, maka dapat
disimpulkan bahwa model cooperative learningadalah sebuah model
pembelajaran yang membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok kecil
dengan maksud agar siswa
dapat bekerja dan
belajar bersama dalam sebuah
kelompok untuk menyelesaikan tugas
secara bersama dan
saling membantu dalam
kelompoknya. Dalam model
pembelajaran kooperatif lebih
menekankan pada tugas-tugas yang
diberikan guru untuk
diselesaikan bersama dengan
anggota kelompoknya, sedangkan peran guru hanya sebagai fasilitator
dalam membimbing siswa menyelesaikan tugas.
Johnson
& Johnson (1994) menegaskan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki lima elemen dasar
yaitu: (1) positive
interdependence – yaitu
peserta didik harus mengisi
tanggung jawab belajarnya
sendiri dan saling
membantu dengan anggota lain
dalam kelompoknya; (2)
face to face
interaction yaitu peserta didik
memiliki kewajiban untuk
menjelaskan apa yang
dipelajari kepada peserta didik
lain yang menjadi
anggota kelompoknya; (3)
individual accountability
yaitu masing-masing peserta
didik harus menguasai
apa yang menjadi tugas dirinya di
dalam kelompok; (4) social skill yaitu
masing-masing anggota harus mampu berkomunikasi secara
efektif, menjaga rasa
hormat dengan sesama anggota dan bekerja bersama untuk menyelesaikan
konflik; (5) group processing, kelompok
harus dapat menilai
dan melihat bagaimana
tim mereka telah bekerjasama
dan memikirkan bagaimana
agar dapat memperbaikinya.
Walaupun
prinsip dasar pembelajaraan kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi
dari model tersebut. Setidaknya terdapat beberapa pendekatan yang seharusnya
merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif. Salah satunya adalah Think Pair and Share.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apakah
pengertian model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share?
2. Bagaimanakah
karakteristik model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share?
3. Apakah
kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran Think Pair and Share?
4. Bagaimana
langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair
and Share?
C.
TUJUAN
1. Untuk
menjelaskan pengertian model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share
2. Untuk
menjelaskan karakteristik model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share?
3. Untuk
menjelaskan kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif Think Pair
and Share
4. Untuk
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Think
Pair and Share
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Think Pair and Share
Dalam Nurhadi (2005:
120), Frank Lyman
(1981) think pair
share merupakan metode pembelajaran
yang dapat mengaktifkan seluruh siswa selama proses pembelajaran dan
memberikan kesempatan untuk bekeja sama antar siswa yang mempunyai
kemampuan heterogen. Dikemukakan
oleh Lie (2002:56) bahwa, “think pair
share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja
sendiri dan bekerjasama
dengan orang lain.
Think pair share memiliki prosedur
secara eksplisit dapat
memberi siswa waktu
lebih banyak untuk berpikir,
menjawab, saling membantu
satu sama lain
(Ibrahim, 2007:10) dengan cara
ini diharapkan siswa
mampu bekerja sama,
saling membutuhkan dan saling
bergantung pada kelompok-kelompok kecil
secara kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
tipe think pair
share merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif
yang mampu mengubah
asumsi bahwa metode resitasi dan
diskusi perlu diselenggarakan dalam setting
kelompok secara keseluruhan.
Karakteristik model think
pair share siswa
dibimbing secara mandiri, berpasangan,
dan saling berbagi
untuk menyelesaikan permasalahan.
Model ini selain diharapkan dapat menjembatani dan
mengarahkan proses belajar mengajar
juga mempunyai dampak
lain yang sangat
bermanfaat bagi siswa.
Beberapa akibat yang
dapat ditimbulkan dari
model ini adalah
siswa dapat berkomunikasi secara
langsung oleh individu
lain yang dapat
saling memberi informasi dan
bertukar pikiran serta
mampu berlatih untuk
mempertahankan pendapatnya jika pendapat itu layak untuk dipertahankan.
Pembelajaran
think pair share
dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide
atau gagasan dengan
kata-kata secara verbal
dan membandingkan ide-idenya dengan
orang lain. Membantu
siswa untuk respek pada
orang lain dan
menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. Siswa dapat
mengembangkan kemampuan untuk menguji
ide dan pemahamannya sendiri
dan menerima umpan
balik. Interaksi yang
terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberikan
rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses pendidikan jangka
panjang.
Dari berbagai pendapat
diatas dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe think pair
share adalah model
pembelajaran yangdapat
mengaktifkan seluruh kelas karena siswa diberi kesempatan bekerja sendiri dan
bekerja sama dengan orang lain dalam
kelompok kecil sehingga membantu siswa untuk respek pada orang lain
dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan
dan siswa dapat mengembangkan kemampuan
untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik.
Peningkatan penguasaan isi akademis
siswa terhadap materi pelajaran dilalui dengan tiga proses tahapan yaitu melalui proses thinking
(berpikir) siswa diajak untuk merespon,
berpikir dan mencari jawaban atas pertanyaan guru, melalui proses pairing (berpasangan) siswa diajak
untuk bekerjasama dan saling membantu dalam kelompok kecil untuk
bersama-sama menemukan jawaban yang paling tepat atas pertanyaan guru. Terakhir
melalui tahap sharing (berbagi) siswa diajak
untuk mampu membagi hasil diskusi
kepada teman dalam satu kelas. Jadi melalui
metode Think Pair Share
ini
penguasaan isi akademis siswa terhadap
materi pelajaran dapat meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
- Karakteristik Model Pembelajaraan Kooperatif Think Pair Share
Dinamakan TPS berdasarkan tahap utama dalam
langkah-langkah yang ada pada saat pelaksanaannya (National Science
Institute for Education, 1997), yaitu tiga langkah utamanya yang
dilaksanakan dalam proses pembelajaran, yaitu langkah Think (berpikir), Pair
(berpasangan), dan Share (berbagi).
Think (berpikir). Pada langkah ini,
pertama-tama guru memancing siswa melalui suatu pertanyaan permasalahan. Di
sini, guru mengajak siswa untuk berpikir mengenai permasalahan tersebut untuk
beberapa saat.
Pair (berpasangan). Pada langkah ini, siswa
dapat mencari teman berpasangan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan
tadi. Siswa dapat berpasangan dengan teman sebangkunya untuk lebih
mengefektifkan waktu selama
pembelajaran. Di sini, pasangan dapat saling bertukar ide atau pendapat guna
memperoleh pemecahan masalah yang terbaik menurut keduanya.
Share (berbagi). Pada langkah ini, tiap-tiap
pasangan dapat membagikan
hasil pemikiran mereka kepada teman lain dan kelas.
Teknisnya, guru dapat memanggil tiap pasangan ke depan kelas untuk berbagi
solusi, mendatangi tiap pasangan, atau mempersilahkan tiap pasangan yang
mengajukan diri, dan lainnya.
Think
Pair Share memiliki
prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa
waktu
lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama
lain
(Ibrahim dalam Estiti, 2007:10). Pada tahap Think, terdapat “wait or
think
time”
yakni waktu berpikir. Maksudnya, siswa diberi waktu terlebih
dahulu
untuk memikirkan dan memahami permasalahan yang diberikan.
Waktu
tersebut diharapkan dapat dapat digunakan oleh siswa untuk
mencari
solusi permasalahan yang diberikan berdasarkan pemikiran
mereka
sendiri. Dengan adanya waktu berpikir ini tentu saja dapat
meningkatkan
kreatifitas siswa dalam berpikir dan mengungkapkan
pendapatnya.
Namun perlu diingat, waktu berpikir ini sebaiknya diberikan
dengan
batasan yang tidak terlalu lama agar siswa dapat lebih cekatan
dalam
berpikir dan dapat segera bertukar pikiran dengan sesama siswa lain
seperti
yang terdapat pada langkah berikutnya dari model ini.
Setelah
siswa memperoleh solusi versi mereka masing-masing dalam
waktu
berpikir tersebut, mereka akan dipasangkan dengan siswa lainnya
pada
tahap pair.
Di
sini, mereka dapat saling bertukar pikiran dan pendapat guna
memperoleh
solusi terbaik dari keduanya.
Selanjutnya, guru akan kembali
membimbing
siswa untuk memasuki diskusi kelas pada tahap Share. Tiap
pasangan
akan mempresentasikan solusi yang telah mereka peroleh pada
saat
berpasangan. Dengan adanya “pasangan”, siswa tidak akan merasa
malu
lagi dalam mengungkapkan pendapatnya ketika jawaban dari solusi
permasalahan
yang mereka utarakan dirasa belum memenuhi.
Mereka
tidak akan takut salah karena mereka merasa dapat berbagi “rasa
malu”
yang mungkin timbul. Pada tahap Share ini juga dapat
menyadarkan
siswa bahwa seringkali pendapat mereka yang pada awalnya
mereka
anggap salah, ternyata tidak salah sama sekali. Dengan kata lain,
secara
tidak langsung dapat menumbuhkan keberanian siswa dalam
berkomunikasi
di depan kelas. Dengan cara ini diharapkan siswa mampu
bekerja
sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok
kelompok
kecil secara kooperatif. Keunggulan dan teknik ini adalah
optimalisasi
partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali
lebih
banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan
partisipasi
mereka kepada orang lain (Isjoni, 2006).
- Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaraan Kooperatif Think Pair Share
-
Kelebihan:
1. Siswa dapat merumuskan dan mengajukan pertanyaan yang diajarkan
2. Siswa terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran
dengan temannya untuk memecahkan masalah.
3. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam
kelompok.
4. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
5. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses
pembelajaran.
6. Dapat meningkatkan
pasrtisipasi siswa dalam pembelajaran sehingga interaksi belajar lebih mudah
dilaksanakan
7. Lebih mudah dan
cepat membentuk kelompok
8. Dapat digunakan
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik
-
Kelemahan:
1. Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk
mengatur cara berpikir sistematik.
2. Lebih sedikit ide yang masuk.
3. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah
dari siswa dalam kelompok
yang bersangkutan sehingga banyak kelompok yang
melapor dan dimonitor.
- Langkah-langkah Pembelajaran dengan Model Pembelajaraan Kooperatif Think Pair Share
1. Pendahuluan
Pada tahap ini, guru menyampaikan pertanyaan yang
merupakan permasalahan. Tahap ini dimulai dengan guru melakukan apersepsi, menjelaskan
tujuan pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi
yang akan disampaikan.
2. Think
Pada tahap ini, siswa dituntut berpikir secara individual.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari
permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan
meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikirannya masing-masing. Siswa
membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.
3. Pair
Selanjutnya, setiap siswa mendiskusikan hasil
pemikiran masing-masing dengan pasangan. Guru mengorganisasikan siswa untuk
berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban
yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan. Interaksi selama waktu
yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan
atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Guru
memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini
dapat dilengkapi dengan LKS berupa kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang
dikerjakan secara kelompok.
4. Share
Pada langkah ini, guru meminta pasangan-pasangan untuk
berbagi dengan keseluruhan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal
ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan
sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan hasil
kelompoknya. Areans, (1997) disandur Tjokrodihardjo, (2003).
5. Evaluasi
Langkah akhirnya yaitu menganalisis dan mengevaluasi
hasil pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi dan
penguatan terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan. Dalam hal peran guru dalam mengajar dapat dilihat
dari aktivitas yang dilakukan oleh guru selama model diterapkan. Langkah-langkah
penyelenggaraan model diskusi Think-Pair-Share dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tahap
|
Kegiatan guru
|
Tahap 1 menyampaikan tujuan
dan mengatur siswa
|
a.
motivasi,
b.
menyampaikan
tujuan dasar diskusi
c.
apersepsi;
|
Tahap 2 mengarahkan diskusi
|
|
Tahap 3
menyelenggarakan
diskusi
|
|
Tahap 4 mengakhiri diskusi
|
Menutup diskusi.
|
Tahap 5 melakukan Tanya
jawab singkat tentang proses
diskusi
|
Membantu siswa membuat rangkuman
diskusi dengan Tanya jawab singkat
|
Sumber: Tjokrodihardjo, (2003)
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Kegiatan “berpikir-berpasangan-berbagi” dalam Model
Pembelajaran Kooperatif Think Pair
Share (TPS) memberikan banyak keutungan. Siswa secara individu dapat
mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (wait
or think time), sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat.
Menurut Jones (2006), akuntabilitas berkembang karena
siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi
(berdiskusi) dengan pasangannya, kemudian pasangan-pasangan tersebut harus
berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah kelompok yang kecil mendorong setiap anggota
untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah
berbicara di depan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban karena
pasangannya.
Selain itu, menurut Spencer Kagan manfaat Think
Pair Share antara lain : Para siswa menggunakan waktu yang lebih
banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sma lain ketika
mereka terlibat dalam kegiatan Think Pair Share lebih banyak siswa yang
mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para
siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas
jawaban mungkin menjadi lebih banyak.
- SARAN
Para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih
banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think Pair Share. Mereka dapat
berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan
mengajukan pertanyaan tingkat tinggi.
Keunggulan dari Think-Pair-Share ini adalah optimalisasi
partisipasi siswa. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkatan anak didik.
DAFTAR PUSTAKA
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Warsono dan Hariyanto. 2013. Pembelajaran Aktif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
http://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/c00perative-learning.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar