Senin, 15 Desember 2014

model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini pendidikan sudah mengalami perubahan yang sangat pesat. Berbagai cara pembelajaran atau model pembelajaran juga telah banyak digunakan dalam proses pembelajaran.
Supaya terwujud pembelajaran yang dapat menuntun peserta didik mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka tugas guru adalah mengusahakan suasana kelas selama pembelajaran berlangsung berada pada kondisi yang menyenangkan dan menarik perhatian siswa. Hal ini dikarenakan belajar akan efektif apabila dilakukan dalam keadaan yang menyenangkan.
Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Pembelajaran kooperatif juga menurut mereka memberikan efek terhadap sikap penerimaan perbedaan antar-individu, baik ras, keragaman budaya, gender, sosial-ekonomi, dll. Selain itu yang terpenting, pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok atau teamwork. Keterampilan ini sangat dibutuhkan anak saat nanti lepas ke tengah masyarakat.
Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok
Menurut Nur dan Wikandari (2000), menjelaskan bahwa TGT telah digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran dan paling cocok digunakan untuk mengajar pembelajaran yang dirumuskanndengan tajam dengan satu jawaban benar seperti perhitungan,dan penerapan berarti matematika dan fakta-fakta serta konsep IPA.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-6 siswa yang memiliki kemampuan,melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan, melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforment.

B.  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari Teams Games Tournament (TGT)?
2.      Bagaimana  pendekatan pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)?
3.      Bagaimana strategi dan metode pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)?
4.      Apa saja persiapan pembelajaran tipe Teams Games Tournaments (TGT)?
5.      Apa saja langkah-langkah pembelajaran tipe Teams Games Tournaments (TGT)?
6.      Apa kelebihan dan kekurangan Teams Games Tournament (TGT)?

C. Tujuan
1.      Untuk menjelaskan pengertian dari Teams Games Tournament (TGT).
2.      Untuk menjelaskan pendekatan pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).
3.      Untuk menjelaskan strategi dan metode pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).
4.      Untuk menjelaskan persiapan pembelajaran tipe Teams Games Tournaments (TGT).
5.      Untuk menjelaskan langkah-langkah pembelajaran tipe Teams Games Tournaments (TGT).
6.      Untuk menjelaskan kelebihan dan kekurangan Teams Games Tournament (TGT).




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Teams Games Tournaments (TGT)
TGT adalah teknik pembelajaran yang sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu: sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik. TGT terdiri dari komponen-komponen yaitu: presentasi kelas dan tim.
Model pembelajaran TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
TGT pada mulanya dikembangkan oleh Davied Devries dan Kelth Edward ini, merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Strategi ini dikembangkan untuk membantu siswa meriview dan menguasai materi pelajaran. Slavin menemukan bahwa TGT berhasil meningkatkan skill-skill dasar, pencapaian, interaksi positif antarsiswa, harga diri, dan sikap penerimaan pada siswa-siswa lain yang berbeda.
Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
Permainan tersusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan konten yang dirancang untuk mengetes pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi kelas dan latihan tim. Diadakan aturan tantangan yang memungkinkan seorang pemain mengemukakan jawaban berbeda untuk menantang jawaban lainnya.
Turnamen merupakan struktur bagaimana dilaksanakannya permainan tersebut. Turnamen itu biasanya dilaksanakan pada akhir minggu, setelah guru menyelesaikan presentasi kelas dan tim-tim memperoleh kesempatan berlatih dengan LKS. Untuk turnamen pertama, guru menetapkan siapa yang akan bertanding pada meja permainan. Menetapkan tiga siswa peringkat atas dalam kinerja yang lalu pada meja 1, masing-masing siswa mewakili timnya. Tiga siswa berikutnya pada meja dua, dan seterusnya.

B.     Pendekatan pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran (Sanjaya, 2006:127). Pendekatan yang digunakan pada model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) adalah sebagai berikut.
a.       Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach), hal ini dapat dilihat dari kegiatan siswa dalam TGT yang belajar bersama secara berkelompok dan melibatkan siswa sebagai tutor sebaya.
b.      Pendekatan Liberal (Liberal approaches)
Pendekatan ini memberikan kesempatan luas pada siswa untuk mengembangkan strategi dan keterampilan belajarnya sendiri.
c.       Pendekatan bervariasi
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi anaka didik dalam belajar adalah bervariasi (Bahri Djamarah, 2006). Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat digunakan pendekatan yang bervariasi yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Sehingga dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.
C.    Strategi dan metode pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
1.   Strategi pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) strategi yang digunakan adalah strategi pembelajaran kooperatif yaitu strategi pembelajaran kelompok yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, meningkatkan harga diri, dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah serta mengintregasikan pengetahuan dengan keterampilan (Sanjaya, 2006).
2. Metode pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Metode yang dapat digunakan pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ada berbagai macam, beberapa diantaranya yaitum sebagai berikut.
a.       Metode ceramah
Metode ceramah adalah sebuah cara melaksanakan pembelajaran yang dilakukan guru secara monolog dan berlangsung satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT), metode ceramah dapat digunakan pada menjelaskan diawal pelajaran, menyimpulkan materi pembelajaran dan mengkonfirmasi bila ada jawaban siswa yang perlu diperbaiki (Arikunto, Dalam Djamarah, 2005)
b.      Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu kelompok sebagai suatu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut (Sriyono, 1992:121). pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT), siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-6 orang untuk menyelesaikan permasalahan tertentu.
c.       Metode diskusi
Pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT), siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompok masing-masing untuk memecahkan suatu permasalahan.
d.      Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan (Sanjaya, 2006:152).
e.       Metode Problem Solving
Metode problem solving adalah suatu cara mengajar yang menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan (Sriyono, 1992:118). Pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT), siswa dihadapkan pada suatu masalah yang terdapat pada LKS atau permasalahan yang diberikan oleh guru untuk dipecahkan dalam kelompok masing-masing.
f.       Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas dapat diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya satua atau lebih tugas yang diberikan oleh guru, tugas tersebut dapat diselesaikan secara individu atau secara berkelompok sesuai dengan perintahnya (Sriyono, 1992). Pada model pembelajaran TGT, guru memberikan tugas kepada kelompok masing-masing untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikannya.


D.    Persiapan Teams Games Tournaments (TGT)
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam TGT yaitu:
1.      Bahan
Bahan ajar TGT adalah sama seperti bahan ajar untuk STAD. TGT juga membutuhkan satu set kartu yang diberi nomor dari 1-30 untuk tiap tiga siswa dalam kelas terbesar. TGT digunakan untuk menyajikan materi kurikulum pada pembelajaran kelompok.
Sebelum presentasi materi dimulai, perlu disiapkan Lembar Kerja Siswa yang akan dipelajari oleh kelompok kooperatif. Lembar jawaban dari LKS tersebut, satu set dengan kartu bernomor 1 – 30 atau paling sedikit 1 – 15 untuk setiap siswa dalam kelas.
2.      Menempatkan Siswa ke dalam Tim
Menempatkan siswa ke dalam tim-tim heterogen yang terdiri dari empat sampai lima siswa sama seperti STAD. Untuk setiap kelompok belajar kooperatif beranggotakan 4 atau 5 orang siswa yang terdiri atas siswa berkemampuan akademis tinggi, sedang dan rendah.
 Untuk membentuk siswa dalam kelompok perlu dilakukan langkah-langkah sbb:
a.       Rangking siswa dalam kelas berdasarkan prestasi akademis dari yang tertinggi sampai pada yang berkemampuan terendah. Gunakan informasi apa saja yang dapat digunakan untuk ranking siswa tersebut.
b.      Menentukan jumlah anggota setiap tim, sebaiknya beranggotakan 4 orang siswa jika mungkin. Untuk menentukan banyaknya siswa dalam kelompok yang akan dibentuk, bagilah jumlah siswa dalam kelas dengan 4. Jika hasilnya bulat, misalnya: jumlah siswa 34 orang maka ada 8 kelompok yang beranggotakan 4 orang dan 2 kelompok yang beranggotakan 5 orang.
c.       Usahakan agar rata-rata kemampuan siswa dalam setiap kelompok relatif sama. Gunakan rangking dalam menentukan anggota kelompok. Contoh: jika menggunakan 8 kelompok, maka kita bisa mengggunakan huruf A sampai H mulai pada posisi rangking atas berilah tanda A; berikan abjad sampai seterusnya. Ketika sampai pada huruf terakhir, kembalilah lagi pemberian abjad berlawanan dengan urutan abjad yang telah dibuat. Siswa harus dicek apakah ras, etnik dan jenis kelamin telah seimbang. Tetapi jika tim yang dibentuk berdasarkan rangking kemampuan bukan atas dasar penyeimbang jenis kelamin atas suku, atur siswa supaya setiap tim mempunyai tingkat kemampuan yang relatif sama sehingga keseimbangan tim bisa tercapai.
d.      Isilah lembar ringkasan yang memuat nama tim. Isilah nama siswa pada tiap tim yang dibentuk.
3.      Menempatkan Siswa Pada Meja Turnamen Awal
Buat satu salinan lembar penempatan meja turnamen. Pada lembar ini, rangking siswa dari atas ke bawah menurut kinerja yang lalu. hitung jumlah siswa di dalam kelas anda. Jika jumlah tersebut dapat habis dibagi dengan tiga, maka seluruh meja turnamen akan memiliki tiga anggota, apabila ada anggota yang sisa , maka ada kelompok yang beranggotakan 4 orang. Dalam mengumumkan penempatan meja kepada siswa, sebut meja itu dengan meja biru, hijau dan seterusnya.
Awali TGT dengan jadwal kegiatan. Setelah mengajar sebuah pelajaran, umumkan penempatan tim dan mintalah siswa menggeser meja bersama-sama untuk membuat meja-meja tim.
4.      Jadwal Kegiatan
TGT terdiri dari suatu siklus kegiatan pengajaran diatur seperti berikut ini:
a.       Mengajar
Waktu: 1-2 jam pelajaran.
Ide utama: Siswa mengerjakan LKS dalam tim mereka.
Bahan ajar yang dibutuhkan: Dua LKS untuk tiap tim. Dua lembar jawaban untuk tiap tim.
b.      Belajar Tim
Waktu: 1-2 jam pelajaran
Ide utama: Siswa mengerjakan LKS didalam tim mereka
Bahan ajar yang dibutuhkan: Dua LKS untuk tiap tim. Dua lembar jawaban untuk tiap tim.
c.       Turnamen
Waktu: Satu pertemuan kelas
Ide Utama: Siswa bertanding pada meja-meja turnamen tiga siswa dengan kemampuan homogen.
Bahan turnamen yang dibutuhkan: Lembar penempatan meja turnamen dengan penempatan meja turnamen yang telah di isi.
Satu kopi lembar permainan dan kunci lembar permainan (sama seperti kuis dan kunci kuis untuk STAD) untuk tiap meja turnamen.
Satu lembar skor permainan (apendiks 6) untuk tiap meja turnamen.
Satu tumpuk kartu-kartu bernomor yang sesuai dengan nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar permainan untuk tiap meja turnamen.
d.      Penghargaan Tim
Ide Utama: Menghitung skor tim dan menyiapkan sertifikat dan papan buletin. Sesegera mungkin setelah usai turnamen tersebut, hitung skor tim dan siapkan sertifikat tim atau menulis hasil turnamen itu untuk di umumkan pada papan buletin.
e.       Bumping
Bumping merupakan penempatan kembali siswa ke meja-meja turnamen yang baru, harus dilakukan setelah setiap turnamen berikutnya. Paling mudah melakukan bumping ketika menghitung skor tim.
f.       Pengubahan Tim
Setelah lima dan enam minggu TGT, tempatkan pada tim-tim baru
g.      Penggabungan TGT dengan Kegiatan-kegiatan lain
Guru dapat menggunakan TGT untuk sebagian pengajaran mereka, dan metode atau model lain untuk bagian pengajaran lain.
h.      Pemberian Nilai
TGT tidak secara otomatis menghasilkan skor yang dapat digunakan untuk menghitung nilai individual. Apabila hal ini merupakan masalah yang serius, pertimbangkan yang penggunaan STAD sebagai pengganti TGT.
Untuk menentukan nilai, banyak guru yang menggunakan TGT untuk evaluasi tengah semester dan tes akhir tiap semester, beberapa guru memberi juga kuis setelah tiap turnamen.
5.      Mengembangkan Lembar Kegiatan Siswa dan Kuis untuk STAD dan TGT
Mengembangkan bahan ajar untuk STAD dan TGT sangat mirip dengan mengembangkan lembar kegiatan siswa dan kuis untuk setiap satuan pengajaran. Langkah-langkah untuk mengembangkan bahan ajar untuk STAD atau TGT:
a.       Mengembangkan LKS dan kunci LKS untuk setiap satuan pelajaran.
Bahan kurikulum The Johns Hopkins Learning Project selalu menggunakan LKS dengan 33 butir (Apendiks 7), tanpa ada alasan khusus mengapa membuat butir sebanyak itu. Ide utamanya adalah untuk memastikan bahwa LKS tersebut memberi latihan langsung guna menghadapi kuis atau permainan. Siswa dapat bekerja pada proyek jawaban terbuka atau kegiatan pemecahan masalah sebagai pengganti LKS.
Setelah dibuat sebuah LKS,juga harus segera dibuat kunci LKSnya. Siswa dapat menggunakan kunci ini untuk memeriksa sendiri jawaban mereka pada saat mereka belajar.
b.      Mengembangkan Sebuah Permainan/ Kuis dan Kunci permainan / kuis untuk setiap Unit.
LKS yang sama dapat digunakan sebagai permainan dalam TGT dan kuis dalam STAD. Anda perlu untuk membuat kunci permainan / kuis untuk TGT, sehingga siswa dapat memeriksa jawabannya sendiri selama permainan.

E.     Langkah-Langkah Teams Games Tournaments (TGT)
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok (team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki langkah-langkah (sintaks) sebagai  berikut :
1.      Tahap penyajian kelas (class precentation)
Penyajian materi dalam TGT diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi kelas dilakukan oleh guru pada saat awal pembelajaran. Guru menyampaikan materi kepada siswa terlebih dahulu yang biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung melalui ceramah. Selain menyajikan materi, pada tahap ini guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, serta memberikan motivasi.
Pada tahap ini, siswa juga dapat diikutsertakan saat penyajian materi. Bahkan agar lebih menarik, penyajian materi bisa disajikan dalam bentuk audiovisual yang dikemas dalam CD interaktif seperti yang dilakukan dalam penelitian ini.
Pada saat penyajian materi, siswa harus benar-benar memperhatikan serta berusaha untuk memahami materi sebaik mungkin, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok, game dan saat turnamen akademik. Selain itu, siswa dituntut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran seperti mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan yang diajukan guru, dan mempresentasikan jawaban di depan kelas.
2.      Belajar dalam kelompok (teams)
Setelah penyajian materi oleh guru, siswa kemudian berkumpul berdasarkan kelompok yang sudah dibagi guru. Setiap tim atau kelompok terdiri dari 3 sampai 5 siswa yang anggotanya heterogen. Dalam kelompoknya siswa berusaha mendalami materi yang telah diberikan guru agar dapat bekerja dengan baik dan optimal saat turnamen.
Guru kemudian memberikan LKS untuk dikerjakan. Siswa lalu mencocokkan jawabannya dengan jawaban teman sekelompok. Bila ada siswa yang mengajukan pertanyaan, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjawab dan menjelaskan pertanyaan tersebut. Apabila teman sekelompoknya tidak ada yang bisa menjawabnya, maka pertanyaan tersebut bisa diajukan kepada guru.
Belajar dalam kelompok sangat bermanfaat, karena dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial memupuk keterampilan kerja sama siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud adalah berbagi tugas dengan anggota kelompoknya, saling bekerja sama, aktif bertanya, menjelaskan dan mengemukakan ide, menanggapi jawaban/pertanyaan dari teman, dan sebagainya.
3.      Permainan (Games)
Apabila siswa telah selesai mengerjakan LKS bersama anggota kelompoknya, tugas siswa selanjutnya adalah melakukan game. Game dimainkan oleh perwakilan dari tiap-tiap kelompok pada meja yang telah dipersiapkan. Di meja tersebut terdapat kartu bernomor yang berhubungan dengan nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar permainan yang harus dikerjakan peserta. Siswa yang tidak bermain juga berkewajiban mengerjakan soal-soal game beserta teman sekelompoknya.
4.      Pertandingan (Tournament)
Tujuan dari turnamen ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan – pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok. Turnamen biasanya dilakukan tiap akhir pekan atau akhir subbab. Turnamen diikuti oleh semua siswa. Tiap-tiap siswa akan ditempatkan di meja turnamen dengan siswa dari kelompok lain yang kemampuan akademiknya setara. Jadi, dalam satu meja turnamen akan diisi oleh siswa-siswa homogen (kemampuan setara) yang berasal dari kelompok yang berbeda.
Meja turnamen diurutkan dari tingkatan kemampuan tinggi ke rendah. Meja 1 untuk siswa dengan kemampuan tinggi, meja 2 untuk siswa dengan kemampuan sedang. Meja 3 untuk siswa dengan kemampuan di bawah siswa-siswa di meja 2, dan seterusnya. Di meja turnamen tersebut siswa akan bertanding menjawab soal-soal yang disediakan mewakili kelompoknya.
Soal-soal turnamen harus dirancang sedemikian rupa agar semua siswa dari semua tingkat kemampuan dapat menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Jadi, guru membuat kartu soal yang sulit untuk siswa pintar, dan kartu dengan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. 
Siswa yang mendapat skor tertinggi akan naik ke meja yang setingkat lebih tinggi. Siswa yang mendapatkan peringkat kedua bertahan pada meja yang sama, sedangkan siswa dengan peringkat-peringkat di bawahnya akan turun ke meja yang yang tingkatannya lebih rendah. 
Setelah siswa ditempatkan dalam meja turnamen, maka turnamen dimulai dengan memperhatikan aturan-aturannya. Aturan-aturan turnamen TGT yaitu:
a.       Cara memulai permainan
Untuk memulai permainan, terlebih dahulu ditentukan pembaca pertama. Cara menentukan siswa yang menjadi pembaca pertama adalah dengan menarik kartu bernomor. Siswa yang menarik nomor tertinggi adalah pembaca pertama.
b.      Kocok dan ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan.
Setelah pembaca pertama ditentukan, pembaca pertama kemudian mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas. Pembaca pertama lalu membacakan soal yang berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu. Setelah itu, semua siswa harus mengerjakan soal tersebut agar mereka siap ditantang. Setelah si pembaca memberikan jawabannya, maka penantang I (siswa yang berada di sebelah kirinya) berhak untuk menantang jawaban pembaca atau melewatinya.
c.       Tantang atau lewati
Apabila penantang I berniat menantang jawaban pembaca, maka penantang I memberikan jawaban yang berbeda dengan jawaban pembaca. Jika penantang I  melewatinya, penantang II boleh menantang atau melewatinya pula. Begitu seterusnya sampai semua penantang menentukan akan menantang atau melewati.
Apabila semua penentang sudah menantang atau melewati, penantang II memeriksa lembar jawaban dan mencocokkannya dengan jawaban pembaca serta penantang. Siapapun yang jawabannya benar berhak menyimpan kartunya. Jika jawaban pembaca salah maka tidak dikenakan sanksi, tetapi bila jawaban penantang salah maka penantang mendapatkan sanksi. Sanksi tersebut adalah dengan mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya (jika ada).
d.      Memulai putaran selanjutnya
Untuk memulai putaran selanjutnya, semua posisi bergeser satu posisi ke kiri. Siswa yang tadinya menjadi penantang I berganti posisi menjadi pembaca, penantang II menjadi penantang I, dan pembaca menjadi penantang yang terakhir. Setelah itu, turnamen berlanjut sampai kartu habis atau sampai waktu yang ditentukan guru.
e.       Perhitungan poin
Apabila turnamen telah berakhir, siswa mencatat nomor yang telah meraka menangkan pada lembar skor permainan. Pemberian poin turnamen selanjutnya dilakukan oleh guru.
Selanjutnya, poin-poin tersebut dipindahkan ke lembar rangkuman tim untuk dihitung rerata skor kelompoknya. Untuk menghitung rerata skor kelompok adalah dengan menambahkan skor seluruh anggota tim kemudian dibagi dengan jumlah anggota tim yang bersangkutan.
5.      Penghargaan Kelompok (team recognition)
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing – masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata – rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing – masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh oleh seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain
Pemain dengan
Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh
Top Scorer
40
High Middle Scorer
30
Low Middle Scorer
20
Low Scorer
10

 Tabel 2.2 Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain
Pemain dengan
Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh
Top scorer
60
Middle scorer
                      40
Low scorer
20
Dengan keterangan sebagai berikut:
Top Scorer (skor tertinggi), High Middle scorer ( skor tinggi ), Low Middle Scorer ( skor rendah ), Low Scorer ( skor terendah)
Tabel 2.3 Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria ( Rerata Kelompok )
Predikat
30 sampai 39
Tim Kurang baik
40 sampai44
Tim Baik
45 sampai 49
Tik Baik Sekali
 50 ke atas
Tim Istimewa
(Sumber Slavin, 1995 )



Sedangkan pelaksanaan games dalam bentuk turnamen dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut:
1.      Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja turnamen (3 orang, kemampuan setara). Setiap meja terdapat 1 lembar permainan, 1 lembar jawaban, 1 kotak kartu nomor, 1 lembar skor permainan.
2.      Siswa mencabut kartu untuk menentukan pembaca I (nomor tertinggi) dan yang lain menjadi penantang I dan II.
3.      Pembaca I menggocok kartu dan mengambil kartu yang teratas.
4.      Pembaca I membaca soal sesuai nomor pada kartu dan mencoba menjawabnya. Jika jawaban salah, tidak ada sanksi dan kartu dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai bukti skor.
5.      Jika penantang I dan II memiliki jawaban berbeda, mereka dapat mengajukan jawaban secara bergantian.
6.      Jika jawaban penantang salah, dia dikenakan denda mengembalikan kartu jawaban yang benar (jika ada).
7.      Selanjutnya siswa berganti posisi (sesuai urutan) dengan prosedur yang sama.
8.      Setelah selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka dan diakumulasi dengan semua tim.
9.      Penghargaan sertifikat, Tim Super untuk kriteria atas, Tim Sangat Baik (kriteria tengah), Tim Baik (kriteria bawah) , untuk melanjutkan turnamen, guru dapat melakukan pergeseran tempat siswa berdasarkan prestasi pada meja turnamen.

F.     Kelebihan dan Kekurangan Teams Games Tournament (TGT)
Menurut Slavin (2008) keunggulan dan kelemahan model pembelajaran TGT, sebagai berikut:
1.      Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
2.      Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
3.      TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
4.      TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
5.      Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
6.      TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
Sedangkan menurut Suarjana (2000:10) Kelebihan dari  model pembelajaran TGT adalah :
1.      Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
2.      Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3.      Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
4.      Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
5.      Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
6.      Motivasi belajar lebih tinggi
7.      Hasil belajar lebih baik
8.      Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.                     
Dan Kelemahan dari model pembelajaran TGT  adalah :
1.      Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
2.      Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
  1. Model TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi peserta didik yang berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya.
  2. Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya.
  3. Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru menjanjikan sebuah penghargaan pada peserta didik atau kelompok terbaik.
  4. Dalam pembelajaran ini membuat peserta didik menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournamen dalam model ini.
Kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
  1. Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang sangat lama.
  2. Dalam model pembelajaran ini, guru dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran yang cocok untuk model ini.
  3. Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya membuat soal untuk setiap meja turnamen atau lomba, dan guru harus tahu urutan akademis peserta didik dari yang tertinggi hingga terendah.






BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Model pembelajaran TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Pendekatan yang digunakan pada model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) adalah sebagai berikut: Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach), pendekatan Liberal (Liberal approaches), pendekatan Bervariasi.
Metode yang dapat digunakan pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ada berbagai macam, beberapa diantaranya yaitu sebagai berikut: metode ceramah, metode kerja kelompok, metode demonstrasi, metode diskusi, metode problem solving, dan metode pemberian tugas.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok (team recognition).
Keunggulan metode kooperatif adalah sebagai berikut: para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional, meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan, dll.
Kelemahan metode kooperatif adalah sebagai berikut: dalam model pembelajaran ini harus menggunakan waktu yang sangat lama, guru dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran yang cocok untuk model ini.






DAFTAR PUSTAKA

Miftahul Huda. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Anwar, Nhing. Makalah model pembelajaran kooperatif:  http://nhingz-anwar.blogspot.com/2013/05/makalah-model-pembelajaran-kooperatif_21.html (30 november 2014 pukul 10.00WIB)
Desy, kartika putrid. 2013. Makalah model pembelajaran koopertaif TGT: http://desykartikaputri.wordpress.com/2013/01/02/makalah-model-pembelajaran-tgt-teams-games-tournament/ (30 november 2014 pukul 10.00WIB)
Pratiwi dkk. 2013. Teams Games Tournaments (TGT): http://3bkelompok5.blogspot.com/ (Sabtu, 8 November 2014 pukul 09:30)

Risky Aeni. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament): http://rizardian.blogspot.com (Sabtu, 8 November 2014 pukul 09:39)

Wawan Listyawan. 2012. Model pembelajaran kooperatif TGT: http://www.wawanlistyawan.com (Sabtu, 8 November 2014 pukul 09:35)

2 komentar: