BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada
zaman sekarang ini pendidikan sudah mengalami perubahan yang sangat pesat.
Berbagai cara pembelajaran atau model pembelajaran juga telah banyak digunakan
dalam proses pembelajaran.
Supaya terwujud
pembelajaran yang dapat menuntun peserta didik mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, maka tugas guru adalah mengusahakan suasana kelas selama
pembelajaran berlangsung berada pada kondisi yang menyenangkan dan menarik
perhatian siswa. Hal ini dikarenakan belajar akan efektif apabila dilakukan
dalam keadaan yang menyenangkan.
Banyak
ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep sulit. Pembelajaran kooperatif juga menurut mereka
memberikan efek terhadap sikap penerimaan perbedaan antar-individu, baik ras,
keragaman budaya, gender, sosial-ekonomi, dll. Selain itu yang terpenting,
pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok
atau teamwork. Keterampilan ini sangat dibutuhkan anak saat nanti lepas ke
tengah masyarakat.
Menurut Saco (2006), dalam TGT
siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru
dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi
pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan
dengan kelompok
Menurut Nur dan Wikandari (2000),
menjelaskan bahwa TGT telah digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran dan
paling cocok digunakan untuk mengajar pembelajaran yang dirumuskanndengan tajam
dengan satu jawaban benar seperti perhitungan,dan penerapan berarti matematika
dan fakta-fakta serta konsep IPA.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat kita tarik
kesimpulan bahwa salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-6 siswa yang memiliki
kemampuan,melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan,
melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforment.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari Teams Games
Tournament (TGT)?
2.
Bagaimana pendekatan pada model pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT)?
3.
Bagaimana strategi dan metode pada model
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)?
4. Apa saja persiapan
pembelajaran tipe Teams Games Tournaments (TGT)?
5. Apa saja langkah-langkah
pembelajaran tipe Teams Games Tournaments (TGT)?
6. Apa
kelebihan dan kekurangan Teams Games Tournament (TGT)?
C.
Tujuan
1.
Untuk menjelaskan pengertian dari Teams
Games Tournament (TGT).
2.
Untuk menjelaskan pendekatan pada model
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).
3.
Untuk menjelaskan strategi dan metode
pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).
4.
Untuk menjelaskan persiapan pembelajaran tipe Teams Games Tournaments (TGT).
5.
Untuk menjelaskan langkah-langkah pembelajaran tipe Teams Games Tournaments
(TGT).
6.
Untuk menjelaskan kelebihan dan
kekurangan Teams Games Tournament (TGT).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Teams Games Tournaments (TGT)
TGT
adalah teknik pembelajaran yang sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali
satu: sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan
turnamen permainan akademik. TGT terdiri dari komponen-komponen yaitu:
presentasi kelas dan tim.
Model
pembelajaran TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang
mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status. Melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang
dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih
rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan
sehat dan keterlibatan belajar.
TGT
pada mulanya dikembangkan oleh Davied Devries dan Kelth Edward ini, merupakan
metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Strategi ini dikembangkan untuk
membantu siswa meriview dan menguasai materi pelajaran. Slavin menemukan bahwa
TGT berhasil meningkatkan skill-skill dasar, pencapaian, interaksi positif
antarsiswa, harga diri, dan sikap penerimaan pada siswa-siswa lain yang
berbeda.
Menurut
Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan
anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan
dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan
pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
Permainan
tersusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan konten yang dirancang
untuk mengetes pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi kelas dan
latihan tim. Diadakan aturan tantangan yang memungkinkan seorang pemain
mengemukakan jawaban berbeda untuk menantang jawaban lainnya.
Turnamen
merupakan struktur bagaimana dilaksanakannya permainan tersebut. Turnamen itu
biasanya dilaksanakan pada akhir minggu, setelah guru menyelesaikan presentasi
kelas dan tim-tim memperoleh kesempatan berlatih dengan LKS. Untuk turnamen
pertama, guru menetapkan siapa yang akan bertanding pada meja permainan.
Menetapkan tiga siswa peringkat atas dalam kinerja yang lalu pada meja 1,
masing-masing siswa mewakili timnya. Tiga siswa berikutnya pada meja dua, dan
seterusnya.
B.
Pendekatan
pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran (Sanjaya, 2006:127).
Pendekatan yang digunakan pada model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament
(TGT) adalah sebagai berikut.
a. Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach), hal ini dapat dilihat dari kegiatan siswa dalam TGT yang belajar
bersama secara berkelompok dan melibatkan siswa sebagai tutor sebaya.
b. Pendekatan
Liberal (Liberal approaches)
Pendekatan
ini memberikan kesempatan luas pada siswa untuk mengembangkan strategi dan
keterampilan belajarnya sendiri.
c. Pendekatan
bervariasi
Pendekatan
ini merupakan pendekatan yang bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang
dihadapi anaka didik dalam belajar adalah bervariasi (Bahri Djamarah, 2006).
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat digunakan pendekatan yang
bervariasi yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Sehingga dengan cara tersebut
akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat
baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.
C.
Strategi
dan metode pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
1. Strategi
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Pada model pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) strategi yang digunakan adalah strategi pembelajaran
kooperatif yaitu strategi pembelajaran kelompok yang mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial,
menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, meningkatkan harga
diri, dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan
masalah serta mengintregasikan pengetahuan dengan keterampilan (Sanjaya, 2006).
2.
Metode pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Metode yang dapat digunakan pada model
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ada berbagai macam, beberapa
diantaranya yaitum sebagai berikut.
a. Metode
ceramah
Metode ceramah adalah
sebuah cara melaksanakan pembelajaran yang dilakukan guru secara monolog dan
berlangsung satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Pada model pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT), metode ceramah dapat digunakan pada menjelaskan diawal
pelajaran, menyimpulkan materi pembelajaran dan mengkonfirmasi bila ada jawaban
siswa yang perlu diperbaiki (Arikunto, Dalam Djamarah, 2005)
b. Metode
kerja kelompok
Metode kerja kelompok
adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu kelompok
sebagai suatu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok
tersebut (Sriyono, 1992:121). pada model pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT), siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-6 orang
untuk menyelesaikan permasalahan tertentu.
c. Metode
diskusi
Pada model pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT), siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompok
masing-masing untuk memecahkan suatu permasalahan.
d. Metode
Demonstrasi
Metode demonstrasi
adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan
kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya
atau hanya sekedar tiruan (Sanjaya, 2006:152).
e. Metode
Problem Solving
Metode problem solving adalah suatu cara
mengajar yang menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau
diselesaikan (Sriyono, 1992:118). Pada model pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT), siswa dihadapkan pada suatu masalah yang terdapat pada LKS
atau permasalahan yang diberikan oleh guru untuk dipecahkan dalam kelompok
masing-masing.
f. Metode
pemberian tugas
Metode pemberian tugas
dapat diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar yang ditandai
dengan adanya satua atau lebih tugas yang diberikan oleh guru, tugas tersebut
dapat diselesaikan secara individu atau secara berkelompok sesuai dengan
perintahnya (Sriyono, 1992). Pada model pembelajaran TGT, guru memberikan tugas
kepada kelompok masing-masing untuk menyelesaikan permasalahan yang
diberikannya.
D.
Persiapan
Teams Games Tournaments (TGT)
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam TGT yaitu:
1. Bahan
Bahan ajar TGT adalah sama seperti
bahan ajar untuk STAD. TGT juga membutuhkan satu set kartu yang diberi nomor
dari 1-30 untuk tiap tiga siswa dalam kelas terbesar. TGT digunakan untuk
menyajikan materi kurikulum pada pembelajaran kelompok.
Sebelum presentasi materi dimulai,
perlu disiapkan Lembar Kerja Siswa yang akan dipelajari oleh kelompok
kooperatif. Lembar jawaban dari LKS tersebut, satu set dengan kartu bernomor 1
– 30 atau paling sedikit 1 – 15 untuk setiap siswa dalam kelas.
2. Menempatkan
Siswa ke dalam Tim
Menempatkan siswa ke dalam tim-tim
heterogen yang terdiri dari empat sampai lima siswa sama seperti STAD. Untuk
setiap kelompok belajar kooperatif beranggotakan 4 atau 5 orang siswa yang
terdiri atas siswa berkemampuan akademis tinggi, sedang dan rendah.
Untuk membentuk siswa dalam
kelompok perlu dilakukan langkah-langkah sbb:
a. Rangking siswa dalam kelas berdasarkan
prestasi akademis dari yang tertinggi sampai pada yang berkemampuan terendah.
Gunakan informasi apa saja yang dapat digunakan untuk ranking siswa tersebut.
b. Menentukan jumlah anggota setiap
tim, sebaiknya beranggotakan 4 orang siswa jika mungkin. Untuk menentukan
banyaknya siswa dalam kelompok yang akan dibentuk, bagilah jumlah siswa dalam kelas
dengan 4. Jika hasilnya bulat, misalnya: jumlah siswa 34 orang maka ada 8
kelompok yang beranggotakan 4 orang dan 2 kelompok yang beranggotakan 5 orang.
c. Usahakan agar rata-rata kemampuan
siswa dalam setiap kelompok relatif sama. Gunakan rangking dalam menentukan
anggota kelompok. Contoh: jika menggunakan 8 kelompok, maka kita bisa
mengggunakan huruf A sampai H mulai pada posisi rangking atas berilah tanda A;
berikan abjad sampai seterusnya. Ketika sampai pada huruf terakhir, kembalilah
lagi pemberian abjad berlawanan dengan urutan abjad yang telah dibuat. Siswa
harus dicek apakah ras, etnik dan jenis kelamin telah seimbang. Tetapi jika tim
yang dibentuk berdasarkan rangking kemampuan bukan atas dasar penyeimbang jenis
kelamin atas suku, atur siswa supaya setiap tim mempunyai tingkat kemampuan
yang relatif sama sehingga keseimbangan tim bisa tercapai.
d. Isilah lembar ringkasan yang memuat
nama tim. Isilah nama siswa pada tiap tim yang dibentuk.
3. Menempatkan
Siswa Pada Meja Turnamen Awal
Buat satu salinan lembar penempatan
meja turnamen. Pada lembar ini, rangking siswa dari atas ke bawah menurut
kinerja yang lalu. hitung jumlah siswa di dalam kelas anda. Jika jumlah
tersebut dapat habis dibagi dengan tiga, maka seluruh meja turnamen akan
memiliki tiga anggota, apabila ada anggota yang sisa , maka ada kelompok yang
beranggotakan 4 orang. Dalam mengumumkan penempatan meja kepada siswa, sebut
meja itu dengan meja biru, hijau dan seterusnya.
Awali TGT dengan jadwal kegiatan.
Setelah mengajar sebuah pelajaran, umumkan penempatan tim dan mintalah siswa
menggeser meja bersama-sama untuk membuat meja-meja tim.
4. Jadwal Kegiatan
TGT terdiri dari suatu siklus
kegiatan pengajaran diatur seperti berikut ini:
a. Mengajar
Waktu: 1-2 jam pelajaran.
Ide utama: Siswa mengerjakan LKS dalam tim mereka.
Bahan ajar yang dibutuhkan: Dua LKS untuk tiap tim. Dua
lembar jawaban untuk tiap tim.
b. Belajar
Tim
Waktu: 1-2 jam pelajaran
Ide utama: Siswa mengerjakan LKS didalam tim mereka
Bahan ajar yang dibutuhkan: Dua LKS untuk tiap tim. Dua lembar
jawaban untuk tiap tim.
c. Turnamen
Waktu: Satu pertemuan kelas
Ide Utama: Siswa bertanding pada meja-meja turnamen tiga
siswa dengan kemampuan homogen.
Bahan turnamen yang dibutuhkan: Lembar penempatan meja
turnamen dengan penempatan meja turnamen yang telah di isi.
Satu kopi lembar permainan dan kunci lembar permainan (sama
seperti kuis dan kunci kuis untuk STAD) untuk tiap meja turnamen.
Satu lembar skor permainan (apendiks 6) untuk tiap meja
turnamen.
Satu tumpuk kartu-kartu bernomor yang sesuai dengan nomor
pertanyaan-pertanyaan pada lembar permainan untuk tiap meja turnamen.
d. Penghargaan
Tim
Ide Utama: Menghitung skor tim dan menyiapkan sertifikat dan
papan buletin. Sesegera mungkin setelah usai turnamen tersebut, hitung skor tim
dan siapkan sertifikat tim atau menulis hasil turnamen itu untuk di umumkan
pada papan buletin.
e. Bumping
Bumping merupakan penempatan kembali siswa ke meja-meja
turnamen yang baru, harus dilakukan setelah setiap turnamen berikutnya. Paling mudah
melakukan bumping ketika menghitung skor tim.
f. Pengubahan Tim
Setelah lima dan enam minggu TGT, tempatkan pada tim-tim
baru
g. Penggabungan TGT dengan Kegiatan-kegiatan lain
Guru dapat menggunakan TGT untuk sebagian pengajaran mereka,
dan metode atau model lain untuk bagian pengajaran lain.
h. Pemberian Nilai
TGT tidak secara otomatis menghasilkan skor yang dapat
digunakan untuk menghitung nilai individual. Apabila hal ini merupakan masalah
yang serius, pertimbangkan yang penggunaan STAD sebagai pengganti TGT.
Untuk menentukan nilai, banyak guru yang menggunakan TGT
untuk evaluasi tengah semester dan tes akhir tiap semester, beberapa guru
memberi juga kuis setelah tiap turnamen.
5. Mengembangkan
Lembar Kegiatan Siswa dan Kuis untuk STAD dan TGT
Mengembangkan bahan ajar untuk STAD
dan TGT sangat mirip dengan mengembangkan lembar kegiatan siswa dan kuis untuk
setiap satuan pengajaran. Langkah-langkah untuk mengembangkan bahan ajar untuk
STAD atau TGT:
a. Mengembangkan LKS dan kunci LKS
untuk setiap satuan pelajaran.
Bahan kurikulum The Johns Hopkins Learning Project selalu
menggunakan LKS dengan 33 butir (Apendiks 7), tanpa ada alasan khusus mengapa
membuat butir sebanyak itu. Ide utamanya adalah untuk memastikan bahwa LKS
tersebut memberi latihan langsung guna menghadapi kuis atau permainan. Siswa
dapat bekerja pada proyek jawaban terbuka atau kegiatan pemecahan masalah
sebagai pengganti LKS.
Setelah dibuat sebuah LKS,juga harus segera dibuat kunci
LKSnya. Siswa dapat menggunakan kunci ini untuk memeriksa sendiri jawaban
mereka pada saat mereka belajar.
b. Mengembangkan Sebuah Permainan/ Kuis
dan Kunci permainan / kuis untuk setiap Unit.
LKS
yang sama dapat digunakan sebagai permainan dalam TGT dan kuis dalam STAD. Anda
perlu untuk membuat kunci permainan / kuis untuk TGT, sehingga siswa dapat
memeriksa jawabannya sendiri selama permainan.
E.
Langkah-Langkah Teams Games
Tournaments (TGT)
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri
dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar
dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament),
dan perhargaan kelompok (team recognition). Berdasarkan apa yang
diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki
langkah-langkah (sintaks) sebagai berikut :
1. Tahap penyajian kelas (class
precentation)
Penyajian
materi dalam TGT diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi kelas
dilakukan oleh guru pada saat awal pembelajaran. Guru menyampaikan materi
kepada siswa terlebih dahulu yang biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung
melalui ceramah. Selain menyajikan materi, pada tahap ini guru juga
menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, serta
memberikan motivasi.
Pada
tahap ini, siswa juga dapat diikutsertakan saat penyajian materi. Bahkan agar
lebih menarik, penyajian materi bisa disajikan dalam bentuk audiovisual yang
dikemas dalam CD interaktif seperti yang dilakukan dalam penelitian ini.
Pada
saat penyajian materi, siswa harus benar-benar memperhatikan serta berusaha
untuk memahami materi sebaik mungkin, karena akan membantu siswa bekerja lebih
baik pada saat kerja kelompok, game dan saat turnamen akademik. Selain
itu, siswa dituntut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran seperti mengajukan
pertanyaan, menjawab pertanyaan yang diajukan guru, dan mempresentasikan
jawaban di depan kelas.
2. Belajar dalam kelompok (teams)
Setelah
penyajian materi oleh guru, siswa kemudian berkumpul berdasarkan kelompok yang
sudah dibagi guru. Setiap tim atau kelompok terdiri dari 3 sampai 5 siswa yang
anggotanya heterogen. Dalam kelompoknya siswa berusaha mendalami materi yang
telah diberikan guru agar dapat bekerja dengan baik dan optimal saat turnamen.
Guru
kemudian memberikan LKS untuk dikerjakan. Siswa lalu mencocokkan jawabannya
dengan jawaban teman sekelompok. Bila ada siswa yang mengajukan pertanyaan,
teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjawab dan menjelaskan pertanyaan
tersebut. Apabila teman sekelompoknya tidak ada yang bisa menjawabnya, maka
pertanyaan tersebut bisa diajukan kepada guru.
Belajar
dalam kelompok sangat bermanfaat, karena dapat mengembangkan keterampilan sosial
siswa. Keterampilan sosial memupuk keterampilan kerja sama siswa. Keterampilan
sosial yang dimaksud adalah berbagi tugas dengan anggota kelompoknya, saling
bekerja sama, aktif bertanya, menjelaskan dan mengemukakan ide, menanggapi
jawaban/pertanyaan dari teman, dan sebagainya.
3. Permainan (Games)
Apabila
siswa telah selesai mengerjakan LKS bersama anggota kelompoknya, tugas siswa
selanjutnya adalah melakukan game. Game dimainkan oleh perwakilan dari
tiap-tiap kelompok pada meja yang telah dipersiapkan. Di meja tersebut terdapat
kartu bernomor yang berhubungan dengan nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar
permainan yang harus dikerjakan peserta. Siswa yang tidak bermain juga
berkewajiban mengerjakan soal-soal game beserta teman sekelompoknya.
4. Pertandingan
(Tournament)
Tujuan
dari turnamen ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah
menguasai materi, dimana pertanyaan – pertanyaan yang diberikan berhubungan
dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok. Turnamen
biasanya dilakukan tiap akhir pekan atau akhir subbab. Turnamen diikuti oleh
semua siswa. Tiap-tiap siswa akan ditempatkan di meja turnamen dengan siswa
dari kelompok lain yang kemampuan akademiknya setara. Jadi, dalam satu meja
turnamen akan diisi oleh siswa-siswa homogen (kemampuan setara) yang berasal
dari kelompok yang berbeda.
Meja
turnamen diurutkan dari tingkatan kemampuan tinggi ke rendah. Meja 1 untuk
siswa dengan kemampuan tinggi, meja 2 untuk siswa dengan kemampuan sedang. Meja
3 untuk siswa dengan kemampuan di bawah siswa-siswa di meja 2, dan seterusnya.
Di meja turnamen tersebut siswa akan bertanding menjawab soal-soal yang
disediakan mewakili kelompoknya.
Soal-soal
turnamen harus dirancang sedemikian rupa agar semua siswa dari semua tingkat
kemampuan dapat menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Jadi, guru membuat kartu
soal yang sulit untuk siswa pintar, dan kartu dengan soal yang lebih mudah
untuk anak yang kurang pintar.
Siswa
yang mendapat skor tertinggi akan naik ke meja yang setingkat lebih tinggi.
Siswa yang mendapatkan peringkat kedua bertahan pada meja yang sama, sedangkan
siswa dengan peringkat-peringkat di bawahnya akan turun ke meja yang yang
tingkatannya lebih rendah.
Setelah
siswa ditempatkan dalam meja turnamen, maka turnamen dimulai dengan
memperhatikan aturan-aturannya. Aturan-aturan turnamen TGT yaitu:
a. Cara
memulai permainan
Untuk memulai
permainan, terlebih dahulu ditentukan pembaca pertama. Cara menentukan siswa
yang menjadi pembaca pertama adalah dengan menarik kartu bernomor. Siswa yang
menarik nomor tertinggi adalah pembaca pertama.
b. Kocok
dan ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor
tersebut pada lembar permainan.
Setelah pembaca pertama
ditentukan, pembaca pertama kemudian mengocok kartu dan mengambil kartu yang
teratas. Pembaca pertama lalu membacakan soal yang berhubungan dengan nomor
yang ada pada kartu. Setelah itu, semua siswa harus mengerjakan soal tersebut
agar mereka siap ditantang. Setelah si pembaca memberikan jawabannya, maka
penantang I (siswa yang berada di sebelah kirinya) berhak untuk menantang
jawaban pembaca atau melewatinya.
c. Tantang
atau lewati
Apabila penantang I
berniat menantang jawaban pembaca, maka penantang I memberikan jawaban yang
berbeda dengan jawaban pembaca. Jika penantang I melewatinya, penantang
II boleh menantang atau melewatinya pula. Begitu seterusnya sampai semua
penantang menentukan akan menantang atau melewati.
Apabila semua penentang
sudah menantang atau melewati, penantang II memeriksa lembar jawaban dan
mencocokkannya dengan jawaban pembaca serta penantang. Siapapun yang jawabannya
benar berhak menyimpan kartunya. Jika jawaban pembaca salah maka tidak
dikenakan sanksi, tetapi bila jawaban penantang salah maka penantang
mendapatkan sanksi. Sanksi tersebut adalah dengan mengembalikan kartu yang
telah dimenangkan sebelumnya (jika ada).
d. Memulai
putaran selanjutnya
Untuk memulai putaran
selanjutnya, semua posisi bergeser satu posisi ke kiri. Siswa yang tadinya
menjadi penantang I berganti posisi menjadi pembaca, penantang II menjadi
penantang I, dan pembaca menjadi penantang yang terakhir. Setelah itu, turnamen
berlanjut sampai kartu habis atau sampai waktu yang ditentukan guru.
e. Perhitungan
poin
Apabila turnamen telah
berakhir, siswa mencatat nomor yang telah meraka menangkan pada lembar skor
permainan. Pemberian poin turnamen selanjutnya dilakukan oleh guru.
Selanjutnya, poin-poin
tersebut dipindahkan ke lembar rangkuman tim untuk dihitung rerata skor
kelompoknya. Untuk menghitung rerata skor kelompok adalah dengan menambahkan
skor seluruh anggota tim kemudian dibagi dengan jumlah anggota tim yang
bersangkutan.
5.
Penghargaan Kelompok (team recognition)
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok
adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok
dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing – masing
anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian
penghargaan didasarkan atas rata – rata poin yang didapat oleh kelompok
tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing – masing anggota
kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh oleh seperti ditunjukkan
pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain
Pemain dengan
|
Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh
|
Top Scorer
|
40
|
High Middle Scorer
|
30
|
Low Middle Scorer
|
20
|
Low
Scorer
|
10
|
Tabel 2.2
Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain
Pemain
dengan
|
Poin
Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh
|
Top
scorer
|
60
|
Middle
scorer
|
40
|
Low scorer
|
20
|
Dengan keterangan sebagai berikut:
Top Scorer (skor tertinggi), High Middle scorer ( skor
tinggi ), Low Middle Scorer ( skor rendah ), Low Scorer (
skor terendah)
Tabel 2.3 Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria
( Rerata Kelompok )
|
Predikat
|
30
sampai 39
|
Tim
Kurang baik
|
40
sampai44
|
Tim
Baik
|
45
sampai 49
|
Tik
Baik Sekali
|
50
ke atas
|
Tim
Istimewa
|
(Sumber Slavin, 1995 )
Sedangkan
pelaksanaan games dalam bentuk turnamen
dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut:
1. Guru
menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja turnamen (3 orang,
kemampuan setara). Setiap meja terdapat 1 lembar permainan, 1 lembar jawaban, 1
kotak kartu nomor, 1 lembar skor permainan.
2. Siswa
mencabut kartu untuk menentukan pembaca I (nomor tertinggi) dan yang lain
menjadi penantang I dan II.
3. Pembaca
I menggocok kartu dan mengambil kartu yang teratas.
4. Pembaca
I membaca soal sesuai nomor pada kartu dan mencoba menjawabnya. Jika jawaban
salah, tidak ada sanksi dan kartu dikembalikan. Jika benar kartu disimpan
sebagai bukti skor.
5. Jika
penantang I dan II memiliki jawaban berbeda, mereka dapat mengajukan jawaban
secara bergantian.
6. Jika
jawaban penantang salah, dia dikenakan denda mengembalikan kartu jawaban yang
benar (jika ada).
7. Selanjutnya
siswa berganti posisi (sesuai urutan) dengan prosedur yang sama.
8. Setelah
selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka dan diakumulasi dengan semua
tim.
9. Penghargaan
sertifikat, Tim Super untuk kriteria atas, Tim Sangat Baik (kriteria tengah),
Tim Baik (kriteria bawah) ,
untuk melanjutkan
turnamen, guru dapat melakukan pergeseran tempat siswa berdasarkan prestasi
pada meja turnamen.
F.
Kelebihan
dan Kekurangan Teams Games Tournament (TGT)
Menurut Slavin (2008) keunggulan dan kelemahan model
pembelajaran TGT, sebagai berikut:
1. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT
memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial
mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
2. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang
mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
3. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi
tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
4. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja
sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
5. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama,
tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
6. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada
remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau
perlakuan lain.
Sedangkan menurut Suarjana (2000:10) Kelebihan dari
model pembelajaran TGT adalah :
1. Lebih
meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
2. Mengedepankan
penerimaan terhadap perbedaan individu
3. Dengan
waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
4. Proses
belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
5. Mendidik
siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
6. Motivasi
belajar lebih tinggi
7. Hasil
belajar lebih baik
8. Meningkatkan
kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Dan Kelemahan dari model pembelajaran TGT adalah :
1. Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan
heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang
bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok
waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati
waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu
menguasai kelas secara menyeluruh.
2. Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa
dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan
ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan
akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa
yang lain.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai
berikut:
- Model TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi peserta didik yang berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya.
- Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya.
- Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru menjanjikan sebuah penghargaan pada peserta didik atau kelompok terbaik.
- Dalam pembelajaran ini membuat peserta didik menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournamen dalam model ini.
Kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT
adalah sebagai berikut:
- Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang sangat lama.
- Dalam model pembelajaran ini, guru dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran yang cocok untuk model ini.
- Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya membuat soal untuk setiap meja turnamen atau lomba, dan guru harus tahu urutan akademis peserta didik dari yang tertinggi hingga terendah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Model pembelajaran TGT adalah salah
satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Melibatkan peran
siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Pendekatan yang digunakan pada model
pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) adalah sebagai
berikut: Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach), pendekatan Liberal (Liberal approaches),
pendekatan Bervariasi.
Metode
yang dapat digunakan pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ada
berbagai macam, beberapa diantaranya yaitu sebagai berikut: metode ceramah,
metode kerja kelompok, metode demonstrasi, metode diskusi, metode problem
solving, dan metode pemberian tugas.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri
dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar
dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament),
dan perhargaan kelompok (team recognition).
Keunggulan metode kooperatif adalah
sebagai berikut: para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT
memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial
mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional, meningkatkan
perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja
dan bukannya pada keberuntungan, dll.
Kelemahan metode kooperatif adalah
sebagai berikut: dalam model pembelajaran ini harus menggunakan waktu yang
sangat lama, guru dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran yang cocok
untuk model ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Miftahul Huda. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Anwar,
Nhing. Makalah model pembelajaran
kooperatif: http://nhingz-anwar.blogspot.com/2013/05/makalah-model-pembelajaran-kooperatif_21.html (30 november 2014 pukul 10.00WIB)
Desy,
kartika putrid. 2013. Makalah model pembelajaran koopertaif TGT: http://desykartikaputri.wordpress.com/2013/01/02/makalah-model-pembelajaran-tgt-teams-games-tournament/
(30 november 2014 pukul 10.00WIB)
Pratiwi dkk.
2013. Teams Games Tournaments (TGT): http://3bkelompok5.blogspot.com/ (Sabtu, 8 November 2014 pukul 09:30)
Risky Aeni. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament): http://rizardian.blogspot.com (Sabtu, 8 November 2014 pukul 09:39)
Wawan Listyawan. 2012. Model pembelajaran kooperatif TGT:
http://www.wawanlistyawan.com
(Sabtu, 8 November 2014 pukul 09:35)
bagus... infonya sangat membantu saya
BalasHapuskakak punya bukunya slavin 2005 ngga kak ?
BalasHapus