KETERAMPILAN
BERBAHASA
A.
Hakikat
Keterampilan Berbahasa
Keterampilan
berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai setiap orang. Dalam
suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang lain dengan cara
berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah salah
satu unsur penting dalam menentukan kesuksesan mereka berkomunikasi.
Dalam berkomunikasi kita menggunakan
keterampilan berbahasa yang telah kita miliki, seberapa pun tingkat atau
kualitas keterampilan itu. Ada orang yang memiliki keterampilan berbahasa
secara optimal sehingga setiap tujuan komunikasinya mudah tercapai. Namun, ada
pula orang yang tingkat keterampilannya sedang ataupun rendah, sehingga tujuan
komunikasinya terkadang menjadi kurang tercapai dengan maksimal. Kondisi
tersebut tidak terlepas dari pembawaan manusia itu sendiri. Akan tetapi,
tingkat keterampilan berbahasa seseorang dapat dikembangkan dengan cara
berlatih
Proses
Komunikasi
Pengirim pesan
aktif memilih pesan yang akan disampaikan, memformulasikannya dalam bentuk
lambang-lambang berupa bunyi atau tulisan. Proses ini disebut encoding. Kemudian, lambang berupa bunyi
atau tulisan tersebut disampaikan kepada penerima. Selanjutnya penerima pesan
aktif menerjemahkan lambang-lambang bunyi atau tulisan tersebut menjadi makna
sehingga pesan tersebut dapat diterima secara utuh. Proses ini disebut decoding. Jadi, kedua belah pihak yang
terlibat dalam komunikasi tersebut harus sama-sama memiliki keterampilan, yaitu
si pengirim harus memilih lambang-lambang guna menyampaikan pesan dan si
penerima harus terampil memberi makna terhadap lambang yang berisi pesan yang
disampaikan.
Dalam komunikasi
dua arah, A sebagai pengirim pesan akan melakukan proses encoding, yaitu A akan memilih pesan yang akan disampaikan dan
mengubahnya dalam bentuk lambang-lambang berupa bunyi ataupun tulisan. Kemudian
B sebagai penerima pesan akan melakukan proses decoding, yaitu B menerjemahkan lambang yang diterimanya menjadi
sebuah pesan utuh. Selanjutnya, setelah si B mengerti isi pesan yang
disampaikan oleh si A, maka ia akan mencoba memberi umpan balik dengan memberi
respon kepada si A. Dalam hal ini si B akan melakukan proses encoding, sementara si A akan melakukan
proses decoding.
Selain
komunikasi satu arah dan dua arah, ada pula komunikasi multiarah. Komunikasi
multiarah biasa terjadi pada saat kita sedang melakukan diskusi kelompok,
proses perkuliahan, kegiatan belajar mengajar di kelas, dan lain-lain.
Dalam
berkomunikasi, si pengirim mungkin menyampaikan pesan berupa pikiran, perasaan,
fakta, kehendak dengan menggunakan lambang-lambang berupa bunyi-bunyi bahasa
yang diucapkan. Dengan kata lain, dalam proses encoding, si pengirim mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa
yang berupa bunyi-bunyi yang diucapkan. Selanjutnya, pesan yang diformulasikan
dalam wujud bunyi-bunyi tersebut disampaikan kepada penerima. Aktivitas
tersebut biasa kita kenal dengan istilah berbicara. Di pihak lain, si penerima
melakukan aktivitas decoding berupa pengubahan bentuk-bentuk bahasa yang berupa
bunyi-bunyi lisan tersebut kembali menjadi pesan. Aktivitas tersebut biasa kita
sebut dengan istilah menyimak.
Ada pula
pengirim menyampaikan pesan itu dengan menggunakan lambang-lambang berupa
tulisan. Dalam proses encoding, si
pengirim mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa tertulis, kemudian
dikirimkan kepada penerima. Aktivitas tersebut biasa kita sebut dengan istilah
menulis. Kemudian, si penerima dalam proses decoding
berupaya memaknai bentuk-bentuk bahasa tertulis itu sehingga pesan dapat diterima secara utuh. Aktivitas
tersebut kita kenal dengan istilah membaca.
B.
Manfaat
Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa sangat bermanfaat
dalam melakukan interaksi komunikasi di masyarakat. Banyak profesi dalam
kehidupan bermasyarakat yang keberhasilannya antara lain tergantung pada
tingkat keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang, misalnya profesi
sebagai manager, jaksa, pengacara, guru, dan wartawan.
Dapat dibayangkan apabila orang-orang yang
berprofesi demikian tidak memiliki kemampuan berbahasa. Mereka akan mengalami
banyak kesulitan dalam menjalankan profesinya. Mereka tidak dapat mengungkapkan
pikiran, tidak dapat mengekspresikan perasaan, tidak dapat melaporkan
fakta-fakta yang diamatinya, dan masih banyak kesulitan-kesulitan lainnya.
Sehingga pekerjaan mereka akan mengalami gangguan dan menjadi kurang berhasil.
C.
Aspek
Keterampilan Berbahasa
Keterampilan
berbahasa mencakup empat keterampilan sebagai berikut.
1.
Keterampilan menyimak
2.
Keterampilan berbicara
3.
Keterampilan membaca
4.
Keterampilan menulis
Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling
berkaitan satu sama lain, sehingga untuk mempelajari salah satu keterampilab
berbahasa, beberapa keterampilan berbahasa lainnya juga akan terlibat.
Dalam memperoleh keterampilan berbahasa
biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa
kecil kita belajar menyimak atau mendengarkan bahasa, kemudian berbicara,
membaca, dan menulis. Dengan demikian, rangkaian pemerolehan keterampilan
berbahasa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, kemudian menulis.
1. Keterampilan Menyimak
Pengertian
menyimak hampir sama maknanya dengan mendengar dan mendengarkan. Mendengar
adalah menangkap bunyi dengan telinga tanpa perencanaan, secara kebetulan, dan
tanpa ada unsur kesengajaan. Mendengarkan adalah mendengar sesuatu dengan
sungguh-sungguh namun belum ada tingkat pemahaman yang dilakukan. Sementara
menyimak adalah mendengarkan dan memperhatikan baik-baik dengan faktor
kesengajaan guna memperoleh pemahaman dan pengertian terhadap apa yang
disampaikan oleh seseorang.
Menyimak
merupakan salah satu jenis keterampilan lisan yang bersifat reseptif. Kegiatan
menyimak selalu kita lakukan di mana saja dan kapan saja, bahkan setiap hari
kita melakukannya. Baik di lingkungan keluarga, lingkungan belajar, tempat
kerja, maupun dalam masyarakat.
Menyimak
bukan merupakan suatu proses yang pasif, melainkan suatu proses yang aktif
dalam mengonstrusikan suatu pesan dari suatu arus bunyi yang diketahui oleh
orang sebagai potensi-potensi fonologis, semantik, sintaksis suatu bahasa. Pada
saat penyimak mendengar bunyi bahasa, pada saat itu pula mental seseorang aktif
bekerja, mencoba memahami, menafsirkan apa yang disampakan pembicara, dan
memberinya respon. Pada dasarnya respon yang diberikan itu akan terjadi setelah
adanya integrasi anatara pesan yang didengar bengan latar belakang pengetahuan
dan pengalaman penyimak.
Kualitas
menyimak seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor fisik, psikologis, pengalaman,
sikap, motivasi, jenis kelamin, lingkungan, dan peranan dalam masyarakat
(Tarigan, 2006: 98). Untuk dapat menyimak dengan baik, seorang penyimak harus
berada pada kondisi yang siap untuk menyimak karana menyimak dengan baik
menuntut perhatian, pikiran, penalaran, penafsiran, dan imajinasi.
Ada
beberapa macam tujuan menyimak, pada umumnya yaitu untuk mendapatkan fakta,
menganalisis fakta, mengevaluasi fakta atau informasi yang ada, mendapatkan
inspirasi, mendapatkan hiburan, dan memperbaiki kemampuan berbicara.
Ada
dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu situasi menyimak secara interaktif dan
situasi menyimak secara noninteraktif. Menyimak secara interaktif terjadi dalam
percakapan tatap muka dan percakapan di telepon. Dalam menyimak jenis ini kita
melakukan aktivitas menyimak dan berbicara secara bergantian. Sehingga kita
memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan
bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara
agak lebih lambat. Kemudian, contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif
yaitu mendengarkan radio, TV, film, khotbah, atau menyimak dalam acara-acara
seremonial. Dalam situasi menyimak noninteraktif tersebut, kita tidak dapat
meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang
diucapkan, dan tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.
Keterampilan
mikro dalam menyimak:
1.
Menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar
menggunakan daya ingat jangka pendek.
2.
Berupaya membedakan bunti-bunyi yang yang membedakan
arti dalam bahasa target.
3.
Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna
suara dan intinasi, menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata.
4.
Membedakan dan memahami arti dari kata-kata yang
didengar.
5.
Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus
6.
Mendeteksi kata kunci yang mangidentifikasi topic dan
gagasan.
7.
Mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek,
predikat, objek, preposisi dan unsure-unsur lainnya.
Ragam
Menyimak
Secara garis besar, menyimak dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1.
Menyimak Ekstensif
Menyimak
ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih
umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan
langsung dari seorang guru.
Menyimak
ekstensif terdiri dari:
a. Menyimak sosial adalah menyimak yang
berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol mengenai suatu
hal yang menarik dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang
disampaikan oleh seorang rekan. Contoh: pada saat kita sedang mengobrol dengan
teman atau saudara kita.
b. Menyimak sekunder adalah sejenis
kegiatan menyimak kebetulan dan secara ekstensif.
c.
Menyimak estetik adalah fase terakhir
dalam kegiatan menyimak kebetulan.
d. Menyimak pasif adalah penyerapan suatu
ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat
belajar kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai,
serta menguasai suatu bahasa.
2.
Menyimak Intensif
Menyimak
intensif adalah jenis menyimak yang pelaksanaannya diarahkan pada suatu
kegiatan yang lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu.
Menyimak intensif terdiri
dari:
a. Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan
menyimak yang berupaya untuk mencari kesalahan dan kekeliruan bahkan juga
butir-butir baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan yang
kuat yang dapat diterima oleh akal sehat. Seorang penyimak kritis dikatakan
berhasil jika dia mampu membedakan antara fakta dan opini dan akan mampu
membuat simpulan sebagai hasil simakan, serta mampu menafsirkan makna ungkapan
yang terdapat dalam bahan simakan. Contoh: menyimak ketika sedang berlangsung
kegiatan diskusi kelompok di kelas.
b. Menyimak kreatif adalah sejenis kegiatan
menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para
penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan
kinestetik yang disarankan oleh apa yang disimaknya. Penyimak
kreatif dituntut mampu menirukan bunyi-bunyi atau lafal yang disimaknya, dan
juga mampu mengungkapkan makna tersirat dari bahan simakan. Contoh: pada saat
kita sedang menyimak suatu cerita di televisi atau video.
c.
Menyimak eksploratif adalah sejenis
kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih
terarah dan sempit serta menemukan gagasan/informasi bidang-bidang tertentu,
kemudian dikembangkan menjadi topik-topik baru.
d. Menyimak interogatif adalah sejenis
kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentratif dan seleksi,
pemusatan perhatian, dan pemulihan butir-butir dari ujaran sang pembicara,
karena sang penyimak akan mengajukan sebanyak mungkin pertanyaan. Contoh:
menyimak yang dilakukan oleh polisi ketika sedang melakukan interogasi terhadap
pelaku kejahatan yang telah tertangkap.
e. Menyimak selektif adalah menyimak yang
dilakukan sebagai pelengkap kegiatan menyimak pasif guna mengimbangi isolasi
kultural dan tendensi kita untuk menginterpretasikan kembali semua yang kita dengar
dengan bantuan bahasa yang telah kita kuasai.
f.
Menyimak konsentratif adalah menyimak
yang kegiatannya sejenis telaah.
2.
Keterampilan
Berbicara
Berbicara
merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat
produktif. Sehubungan dengan keterampilan berbicara ada tiga jenis situasi
berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi
berbicara interaktif misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara
melalui telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan
menyimak, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan, atau
kita meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian
situasi berbicara semiinteraktif misalnya berpidato di hadapan umum secara
langsung. Dalam situasi ini audiens memang tidak dapat melakukan interupsi
terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari
ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Selanjutnya, situasi berbicara
noninteraktif misalnya berpidato melalui radio atau televisi.
Kemampuan dasar dalam berbicara sudah
dimiliki oleh setiap orang. Hal ini dapat dilihat melalui kebiasaan
berinteraksi antar individu dan anggota masyarakat. Ketika suasana santai,
kemampuan dasar dalam berbicara yang biasa dilakukan orang adalah dialog.
Ketika berbicara di hadapan umum tentang kegiatan perlombaan atau pemberitahuan
adalah menyampaikan pengumuman. Lain halnya ketika terjadi pertentangan
pendapat maka kegiatan yang dilakukan adalah menyampaikan argumentasi.
Terakhir, kemampuan dasar dalam kegiatan berbicara adalah bercerita.
Kemampuan lanjut dalam berbicara
banyak manfaatnya terutama berkaitan dengan kemampuan bermusyawarah,
berdiskusi, dan berpidato. Hal ini dapat diwujudkan dalam proses belajar
mengajar. Kemampuan tersebut memerlukan latihan. Berlatih bermusyawarah dan
berdiskusi dapat meningkatkan kemahiran seseorang dalam pengusaan keterampilan
berbicara. Bermusyawarah amat baik dilakukan terutama agar setiap permasalahan
tidak diselesaikan dengan kekerasan. Namun, apapun alasannya penguasaan
keterampilan berbicara akan menjadikan anda lebih unggul dari yang lainnya.
Ketika ada masalah yang memerlukan mufakat maka bermusyawarah adalah jalan
terbaik. Hal ini sejalan dengan diskusi, yang lebih mengutamakan hasil yang
lebih dipadukan dengan beberapa pendapat. Adapun perbedaan diantara keduanya,
yaitu jika dalam musyawarah ada istilah voting, maka dalam diskusi tidak ada.
Pidato itu sendiri lebih mengutamakan kemampuan seseorang berbicara untuk
mempengaruhi pendengar atau khalayak ramai.
Keterampilan mikro
dalam berbicara:
a.
Mengucapkan
bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya.
b.
Menggunakan
tekanan dan nada serta intonasu secara jelas dan tepat sehingga pendengar daoat
memahami apa yang diucapkan pembicara.
c.
Menggunakan
bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.
d.
Menggunakan
register aau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi termasuk
sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara dan pendengar.
e.
Berupaya
agar kalimat-kalimat untama jelas bagi pendengar.
Ragam Berbicara
a. Pidato, yaitu berbicara di depan
umum.
b. Diskusi, yaitu tukar-menukar pikiran
atau pendapat yang terjadi dalam kelompok kecil maupun besar.
c. Menyampaikan pengumuman, berarti
menyampaikan suatu hal yang perlu diketahui oleh khalayak ramai.
d. Menyampaikan argumentasi, merupakan
salah satu proses komuniksi untuk menyampaikan argumentasi karena harus
mempertahankan pendapatnya (debat).
e. Bercerita, untuk memberikan hiburan,
mengajarkan kebenaran, dan memberikan keteladanan.
f. Musyawarah, yaitu membicarakan
sesuatu supaya mencapai kata sepakat.
g. Wawancara, merupakan salah satu
keterampilan berbicara yang digunakan sebagai metode pengumpulan bahan berita.
3. Keterampilan Membaca
Membaca
merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulism yang bersifat
reseptif. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah
dari keterampian menyimak dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memiliki
tradisi literasi yang telah berkembang sering kali keterampilan membaca
dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
Dalam
arti luas membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang
dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahamna yang bersifat menyeluruh tentang
bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan
itu.
Membaca
sangat banyak mafaatnya. Karena membaca merupakan kunci gudang ilmu yang bisa
membawa kita ke dunia luas. Dengan membaca, kita dapat mengetahui
peristiwa-peristiwa waktu lampau ataupun waktu sekarang di tempat lain dan
berbagai cerita menarik tentang kehidupan di dunia ini. Sebagai salah satu
jenis keterampilan berbahasa, membaca sangat diperlukan dalam dunia modern
sekarang ini. Karena dunia modern tidak dapat dipisahkan dari kegiatan membaca.
Hampir semua orang yang melek huruf memerlukan buku. Pelajar dan mahasiswa
memerlukan buku untuk memperlancar studinya. Kemudian guru dan dosen juga
memerlukan buku sebagai sumber materi ajar. Selain itu berbagai profesi lainnya
pun juga memerlukan buku ataupun bahan bacaan lainnya untuk menunjang
profesinya itu.
Keterampilan
mikro dalam membaca:
a. Mengenal sistem tulisan yang
digunakan.
b. Mengenal kosakata.
c. Menentukan kata-kata kunci yang
mngindentifikasikan topik dan gagasan utama.
d. Menentukan makna kata-kata, termasuk
kosakata split, dari konteks tertulis.
e. Mengenal kelas kata gramatikal, kata
benda, kata sifat, dan sebagainya.
f. Menggunakan strategi membaca yang
berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama
atau melakukan studi secara mendalam.
Ragam
Membaca
Jazir
Burhan (1976) mengemukakan ada beberapa jenis membaca, antara lain:
a. Membaca intensif, yaitu membaca yang
dilakukan dengan hati-hati dan teliti sekali, dan biasanya cara membacanya
lambat-lambat. Membaca intensif diperlukan apabila kita ingin mempelajari
sesuatu secara mendalam, ingin mengetahui bahan bacaan itu sampai kepada hal
yang sekecil-kecilnya.
b. Membaca kritis, yaitu membaca yang
dilakukan secara bijaksana, bukan hanya mencari kesalahan belaka. Penggunaan
teknik membaca kritis memberikan manfaat berupa penilaian yang beralasan serta
pemahaman yang mantap sebagai akibat keterlibatan yang mendalam dengan bahan
bacaan.
c. Membaca cepat, yaitu jenis kegiatan
membaca yang sangat penting pada era yang menuntut segala sesuatunya lebih
cepat seerti sekarang ini. Membaca cepat mencakup dua jenis kegiatan yakni skimming dan scanning. Skimming
merupaka teknik membaca cepat untuk mencari hal-hal yang penting atau mencari
pokok dari bacaan. Sementara scanning
merupakan suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca
yang lainnya.
d. Membaca untuk keperluan praktis,
merupakan penerapan kegiatan membaca secara praktis dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan kata lain, membaca digunakan sebagai sarana untuk memahami
setiap bacaan yang perlu untuk dibaca dengan praktis sesuai kebutuhan pembaca.
Misalnya saat kita sedang membaca koran.
e. Membaca untuk keperluan studi, yaitu
membaca untuk memahami isi buku secara keseluruhan, baik pikiran pokok maupun
pikiran-pikiran penjelas sehingga pemahaman yang komprehensif (mendalam dan
utuh) tentang isi buku tercapai.
4. Keterampilan
Menulis
Menulis merupakan sakah satu jenis
keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat produktif. Menulis dapat
dikatakan keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis
keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini dikarenakan menulis bukanlah sekedar
menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan
pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
Pada prinsipnya tujuan menulis
adalah sebagai sarana komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat bermanfaat
dalam bidang pendidikan. Dengan menulis kita akan dapat berpikir kritis serta
dapat menuangkan pikiran-pikiran kita dalam menyelesaikan suatu permasalahan
atau studi kasus.
Keterampilan mikro dalam menulis:
a. Menggunakan ortografi dengan benar,
termasuk di sini penggunaan ejaan.
b. Memilih kata yang tepat.
c. Menggunakan bentuk kata dengan benar.
d. Mengurutkan kata-kata dengan benar.
e. Menggunakan struktur kalimat yang
tepat dan jelas bagi pembaca.
Ragam
Menulis
a. Narasi, yaitu karangan yang
menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman berdasarkan urutan waktu.
b. Deskripsi, yaitu jenis karangan yang
melukiskan atau menggambarkan suatu objek apa adanya, sehingga pembaca ikut
juga merasakan, mengalami, melihat, dan mendengar apa yang ditulis oleh
pengarang.
c. Eksposisi, yaitu jenis karangan yang
bertujuan menambah pengetahuan pembaca dengan cara memaparkan informasi secara
akurat.
d. Argumentasi, yaitu jenis karangan
yang bertujuan memengaruhi pembaca dengan bukti-bukti, alas an, atau pendapat
yang kuat, sehingga gagasan yang dikemukakan penulis dapat dipercaya oleh
pembaca.
D.
Keterkaitan
Antaraspek Keterampilan Berbahasa
Keempat
keterampilan berbahasa saling berhubungan satu sama lain. Menyimak dan
berbicara merupakan kegiatan komunikasi dengan tatap muka dan langsung. Namun,
menyimak merupakan kegiatan yang bersifat apresiatif, reseptif, dan fungsional.
Sementara berbicara merupakan kegiatan yang bersifat produktif dan ekspresif.
Kemudian menulis dan membaca merupakan kegiatan yang komunikasi tidak langsung
atau tanpa tatap muka. Namun, menulis merupakan kegiatan yang bersifat
produktif dan ekspresif. Sedangkan membaca merupakan kegiatan yang bersifat
apresiatif dan fungsional.
Empat keterampilan berbahasa baik lisan (menyimak dan
berbicara) maupun tulis (membaca dan menulis) memiliki keterkaitan yang sangat
erat. Satu keterampilan akan mendukung keterampilan yang lainnya. Hubungan
antarragam bahasa (ragam lisan atau ragam tulis) lebih erat dibandingkan
hubungan keterampilan antarsifat (reseptif atau produktif). Contohnya menyimak
dengan berbicara lebih erat dibandingkan hubungan menyimak dan membaca atau
menulis. Hubungan keterampilan pada ragam yang sama dapat disebut hubungan
langsung, sedangkan hubungan keterampilan pada sifat yang berbeda hubungannya
adalah tidak langsung.
1. Menyimak
dan Berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi
dua arah yang langsung. Menyimak bersifat reseftif, sedangkan berbicara
bersifat produktif. Misalnya komunikasi yang terjadi antar teman, antar penjual
dan pembeli, atau dalam sebuah forum diskusi. Dalam hal ini A
berbicara dan B mendengarkan. Setelah itu giliran B yang berbicara dan A yang
mendengarkan. Namun adapula dalam suatu konteks bahwa komunikasi itu terjadi
dalam situasi noninteraktif, yaitu suatu pihak saja yang berbicara dan pihak
lain hanya mendengarkan. Misalnya khotbah di masjid, dimana penceramah
menyampaikan ceramahnya, sedangkan yang lain hanya mendengarkan. Keterampilan
menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia bila
dilihat dari pross pemerolehan bahasa. Secara berturut- turut pemerolehan
keterampilan berbahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Kegiatan menyimak di awali dengan mendengarkan dan pada
akhirnya memahami apa yang disimak. Untuk memahami isi bahan simakan diperlukan
suatu proses berikut: mendengarkan, mengidentifikasi, menginterprestasi atau
menafsirkan, memahami, menilai, dan yang terakhir menanggapi apa yang disimak.
Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara.
Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi
komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, telponan, tanya jawab,
dll. Tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimak,
tidak mungkin orang menyimak bila tidak ada orang yang berbicara.
2. Menyimak dan Membaca
Menyimak dan membaca sama-sama merupakan keterampilan
berbahasa yang bersifat resesif. Menyimak berkaitan dengan penggunaan bahasa
ragam lisan, sedangkan membaca merupakan aktifitas berbahasa ragam tulis. Penyimak
maupun pembaca melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsur-unsur
bahasa yang berupa suara (menyimak), maupun berupa tulisan (membaca) yang
selanjutnya diikuti dengan proses decoding
guna memperoleh pesan yang berupa konsep, ide, atau informasi.
3. Menyimak dan Menulis
Menulis dan menyimak merupakan aktifitas berbahasa, di
mana keterampilan menyimak bersifat reseptif, dan menulis adalah bersifat
produktif. Antara menyimak dan menulis memiliki hubungan yang erat. Dari
kegiatan menyimak sutu ujaran atau informasi dapat menumbuhkan kratifitas untuk
menulis hasil simakan yang diperoleh. Kemudian dapat dituangkan dalam suatu
karya tulis, baik itu cerpen, puisi , prosa, dll.
4. Membaca dan Menulis
Membaca dan menulis merupakan aktifitas berbahasa ragam
tulis. Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan
membaca adalah kegiatan yang bersifat reseptif. Seorang penulis menyampaikan
gagasan, perasaan, atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya seorang
pembaca mecoba memahami gagasan, perasaan, atau informasi yang disajikan dalam
bentuk tulisan.
Dalam menulis, seseorang harus melalui tahap-tahap
perencanaan, penulisan, dan revisi. Dalam melakukan perencanaan sering kali
penulis melakukan aktivitas membaca yang ekstensif dan intensif guna menelusuri
informasi, konsep-konsep atau gagasan-gagasan yang akan dijadikan bahan
tulisannya. Kemudian dalam proses penulisan, si penulis sering melakukan
revisi-revisi tulisannya dengan cara membaca.
Sementara dalam kegiatan membaca, pemahaman sering
kali kita harus menulis catatan-catatan, bagan, dan rangkuman mengenai bacaan
guna menunjang pemahaman terhadap isi bacaan.
5. Menulis
dan Berbicara
Berbicara dan menulis merupakan kegiatan berbahasa
yang bersifat produktif. Berbicara merupakan kegiatan ragam lisan, sedangkan
menulis merupakan kegiatan berbahasa ragam tulis. Menulis pada umumnya
merupakan kegiatan berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara merupakan
kegiatan bahasa yang bersifat langsung. Berbicara pada hakikatnya merupakan
suatu proses berkomunikasi yang dalam proses itu terjadi pemindahan pesan dari
komunikator kepada komunikan. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan
lebih dahulu diubah ke dalam simbol-simbol yang dipahami oleh kedua belah
pihak. Aspek-aspek yang dinilai pada kegiatan berbicara terdiri atas aspek
kebahasaan dan non kebahasaan.
Aspek
kebahasaan terdiri atas: ucapan atau lafal, tekanan kata, nada, dan irama
persendian, kosa kata atau ungkapan dan variasi kalimat atau struktur kalimat. Aspek nonkebahasaan terdiri atas:
kelancaran, penguasaan materi, keberanian, keramahan, ketertiban, semangat dan
sifat.
6. Berbicara
dan Membaca
Terdapat hubungan antara kegiatan
berbicara dan membaca antara lain sebagai berikut.
a. Performansi
atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbahasa lisan
b. Pola-pola
ujaran yang tunaaksara atau buta huruf mungkin sekali mengganggu pelajaran
membaca bagi anak-anak
c. Pada
tahun-tahun permulaan sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran
membaca, maka membaca bagi anak-anak yang lebih tinggi kelasnya turut membantu
meningkatkan bahasa lisan mereka. Misalnya kesadaran linguistic mereka terhadap
kata-kata baru atau istilah-istilah baru, struktur kalimat yang baik dan
efektif, serta penggunaan kaya-kata yang tepat.
d. Kosakata
khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung. Andaikata
muncul kata-kata baru dalam buku bacaan siswa, maka hendaklah sang guru
mendiskudsikannya dengan siswa agar mereka memahami maknanya sebelum mereka
mulai membacanya.